18

735 144 30
                                    

Pengarang Yanni0306

Gadis Berkilau 7

Dari awal kita memang gambling masuk gua bawah tanah yang ternyata ...  Siapa sangka SCR punya kantor di dalam gua! Kelak aku tahu tempat ini adalah laboratorium penelitian spesies x files. Kupikir, SCR hanya mengamati atau meneliti bunyi-bunyian yang dihasilkan di luar planet bumi---meskipun dugaanku, mereka hanya sebatas mencari kehidupan lain selain di bumi---latah ikut-ikutan sejenis proyek 51 nya milik Amerika saja. Nyatanya Enggak. Mereka punya penelitian mendalam yang mencengangkan meskipun agak absurd berafiliasi dengan mistis dan kearifan lokal lainnya. Mereka meneliti dari jalur lain---menabrak kelaziman hal di luar angkasa, yaitu kehidupan Dimensi lain, atau paralel atau apalah aku enggak tahu juga. Terlalu membingungkan menarik kesimpulan sedini ini.

Aku dan Nat seperti tergiring masuk perangkap di pulau Kelor, tanpa tahu jalan keluar. Tapi resiko tetaplah faktor yang membayangi pada setiap keputusan yang di ambil. Konsekuensi memang gitu, meskipun aku sudah coba, tapi yah apa boleh buat kami memang tertangkap.

Aku cemas sebetulnya begitu di tempatkan dalam satu ruangan dengan Muktibayu. Disamping malas lihat wajahnya yang sama sekali nggak enak di pandang. Dia juga marah-marah terus kerjanya. Muktibayu kesal karena aku tidak bisa bebaskan dia waktu di loby. Aku melewatkan kesempatan terbaik katanya.

Melihat banyaknya kamera pengintai di ruangan ini, aku makin yakin mereka memang sengaja menempatkan aku dan Nat dengan mahluk buas itu untuk maksud tertentu. Apalagi ruangan ini berperedam. Jika suatu ruangan punya peredam, Fix mereka menempatkan mic satu arah. Artinya mereka berniat meneliti, sejauh apa komunikasi kami dengan Muktibayu.

Muktibayu ini temperamen sekali. Sulit dibujuk untuk becara selow sedikit, bawaannya nge-gas terus. Lah emang aku superhero apa---dengan kekuatan tak terbatas, terus bisa membebaskan dia seperti sulap-sulapan gitu? 

Saking kesal dengar ocehan dia aku bilang, "yang punya kekuatan dahsyat itu kamu Muktibayu, kenapa kamu nggak bebaskan dirimu sendiri!"

"Kekuatanku lumpuh jika pentagram dan rajah ada disekelilingku bodoh! Belum lagi sekarang kurungan ini entah zat apa yang melapisi ram-nya. Aku sudah coba tembus, malah perisaiku retak," sahutnya dengan nada meninggi mirip lengkingan penyanyi sopran.

Terus nyalahin aku gitu? Helooo. Batinku mencibir.

"Kau yang bodoh kalau begitu!" balasku tak kalah sengit.

Nat mendadak mencengkram bahuku. Tidak keras, tapi cukup tegas memberi isyarat aku untuk diam.

"Muktibayu kenapa aku sekarang bisa melihatmu sejelas seperti pertama kali aku melihatmu di karnaval itu, sebelum akhirnya hanya Ariana yang bisa lihat kamu?"

Mukti bayu langsung membelakangi kami.  Tingkahnya nyaris mirip bocah yang ngambek. Bulu-bulu rambutnya mendadak jigrak ke atas seperti logam tertarik magnet.  Kelakuan, dasar setan.

"Bagi kaum seperti kami. Makin sempit area, makin kecil resikoku kehilangan daya. Jika harus kucontohkan, siapa tahu kau sebodoh Ariana---" tiba-tiba tawanya pecah dengan suara terbahak paling mengerikan yang pernah kudengar. Aku gentar tapi sekaligus kesal dibilang bodoh barusan.

"Contohnya ... sama halnya dengan manusia yang berenang di kolam atau lautan. Kau mungkin bisa kuasai kolam, tapi belum tentu lautan, meskipun kamu perenang ulung. Banyak faktor juga ekosistem asing yang menghambatmu mengeluarkan keahlian berenangmu di lautan. Cuaca, ikan pemangsa daging bahkan amplitudo gelombangnya," urai Muktibayu.

Beautiful MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang