the xx - islands

35 0 0
                                    

Aku tidak pernah bisa membayangkan, pergi ketempat yang belum pernah kutemui sebelumnya sendirian. Dari 43 anak yang ikut, hanya aku yang junior cewek. 

Sisanya? kakak kelas semua yang hampir tak kukenal seluruhnya.

Mati gak? Maunya sih begitu, yah kalo gak dosa.

Aku menghela nafas, seketika aku menginjakan kaki di aspal. Udaranya terasa berbeda dengan di Jakarta. Udaranya tidak terlalu dingin, namun karena banyaknya angin yang berhembus dari arah berlawanan itulah yang membuat aku kembali kedalam hotel untuk mengganti jaket, dengan jaket sekolah yang berwarna kuning terang. Emang ye, udah kayak mau ke festival musik yang jedag-jedug (??), nyolok banget.

Perjalanan kami ke Liberty termasuk cukup--sangat membosankan, dengan modal beberapa orang yang kukenal. 

Orang-orang berlalu lalang, berjalan tanpa peduli dengan orang yang disekitarnya. They don't mind  if do something, at least they will never know who you are. New York adalah salahsatu kota pilihan buat kalian diluar sana yang takut dengan social anxiety, takut dengan tidak adanya orang didekatmu, begitulah kata orang-orang yang kutanyai pendapatnya soal disana.

"Guys, kita sudah sampai! bawa semua barang-barangnya, jangan sampai ada yang tertinggal!", Teriak salahsatu guru pendamping. Kereta yang kami naiki turun pun berhenti, dan semua rombongan ikut turun mengikuti yang lain menuju pelabuhan kapal.

Didalam kapal, aku dan beberapa orang yang kukenal pun memilih duduk di rooftop, yang anehnya malah lebih sepi dibanding di lantai dibawahnya. Yah, mungkin karena suhunya makin mendingin secara kapalnya berada ditengah laut.... mungkin?? O.O

Udara dingin semakin terasa menembus ke jemari tangan ku, hingga aku tak bisa merasakan apapun. Memang, tanganku adalah salahsatu bagian yang paling sensitif dan paling labil (??) dibandingkan dengan bagian yang lain.

Terkadang terasa panas, terkadang terasa dingin yang membeku. Tak pernah diantara keduanya.

Tapi karena dingin, aku bisa membedakan, apakah aku pernah merasakan "kehangatan" karena seseorang?

Karena aku sendiri juga tidak yakin, apakah pernah aku merasakan nya?

-------------------------------------------

Selesai berkunjung ke Ellis Island, kami kembali lagi ke Battery Park. Tidak sesuai dengan nama taman nya, baterai handphone ku langsung mati seketika :( 

Setelah aku keluar dari kapal dengan beberapa orang lain nya, aku memilih untuk duduk di bangku taman terdekat. Berdiri selama kurang lebih 2 jam di tanpa duduk dengan jaket sekolah dengan warna alaynya membuat capek fisik dan batin.

Orang orang ini. Semuanya. Walaupun mereka terlihat sibuk dengan satu sama lain, entah mengapa aku merasa nyaman, walaupun hampir semuanya aku tidak kenal sama sekali. Yah....hampir semuanya sih.....

Anak yang satu meja bersamaku tadi pagi saat sarapan, tiba tiba menghampiriku dan duduk disebelahku. Iya, anak yang tadi memakan gula hingga 2 bungkus lebih jumlahnya, mengingatkan aku dengan sepupu ku yang hobinya makan, yang tingginya hampir 2 kalinya aku :( (((funfact : Amel itu pendek. Huhu.)))

Mataku yang tadinya menatap pepohonan disekitarku, turun menatap sepasang kaki yang berdempetan dengan kedua kakiku. Aku bahkan tidak berani menatap matanya langsung.

Cahaya matahari yang melawati celah-celah pepohonan, menyatu dengan kabut tipis yang menghalangi pemandangan. Suasana disekitarku terdengar sunyi, tidak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun. 

Permulaan nya aku merasa ada yang aneh, jujur saja aku bahkan tidak mengenal namanya. Kalau kami bukan satu sekolah, mungkin aku sudah duluan berlari sebelum dia mendekat.

"Kamu namanya siapa?", Ucapnya. 

Aku memberanikan diri menatap wajahnya, yang tertimpa cahaya matahari.

"Amel," Jawabku. Singkat, padat, tanpa terdengar genit sedikitpun. (((funfact : Amel bukan cewek tulen, jangan berharap Amel berubah jadi centil)))

"Kamu anak  kelas 10 itu ya, yang berangkat sendiri?" Tanya nya.

"Iya," Jawabku. Entah apa yang ia pikirkan, tetapi ia terus memandangiku. Apa ia sedang menebak-nebak sifatku, atau ia hanya ingin berbasa-basi?

Aku mulai merasa agak risih, saat ia mulai melakukan hal yang paling kubenci di seantero jagat raya ; cubit pipi.

Yah, aku tau sih ini sifat paling yang biasa banget ato bisa dibilang lucu sih. Cuman, itu gakberlaku buat aku. Jangan tanya kenapa.

Dia awalnya diam, gak ngomong apa-apa. Dia cuma nyubit-nyubitin doang. Oke mel, sumpah lo cuma diem doang sampe dia bosen, baru lo cabut, pikirku dalem hati. Strategi yang paling masuk diakal dibandingkan ngamuk ditengah keramaian dan lari dari rombongan.

 Tapi, lama-kelamaan orang ini gak berhenti nyubitin.

Kalo kayak gini terus sih gabakalan selesai-selesai, sumpah. Mending mulai cari cara biar ini anak berhenti, pikir ku.

Terinspirasi dari buku The Fault in Our Stars, cara ngejinakin (?!) orang yang creep banget sampe-sampe ngeliatin kita lama banget itu : tatap balik. Perang liat-liatan. Entah bakalan bikin orangnya lelah atau bahkan ilfeel.

Nice one, Amel, ucapku dalam hati.

Akhirnya, aku dengan nekatnya natap ni orang. Aneh. Awkward. Aku gapernah natap cowok sampe bener-bener nusuk kemata. Serem amat ye nusuk.

Orang ini tetep nyubitin dengan tatapan yang yah..... gak bisa dideskripsikan. 

Matanya yang tertimpa cahaya matahari itu, membuat semuanya 360 derajat terasa berbeda. Raut wajahnya yang terlihat ramah sekaligus tidak ramah bercampur jadi satu, jika itu memungkinkan. Senyum, juga tidak. Tapi raut wajah bosen-banget-gak-seru-kurang-kerjaan juga enggak.

Rasanya..... nyaman. Bercampur dengan awkward.

Aku gak kenal sama sekali dengan orang ini, tapi somehow i feel safe.

"Mel, sekarang kamu panggil aku kakak!" Ucapnya, dengan nada setengah tertawa.

Kakak? Orang macam apa yang langsung manggil stranger "kakak"??

 "Kenapa?", Tanyaku, yang baru kusadari pertanyaan yang cukup........yha.

"Ya panggil aja gitu kakak, pake huruf 'h' belakangnya!" Sahutnya.

"Kakakh?" Jawabku. Ia terlihat tertawa geli,  

Good job, Amel!

Selamat anda baru saja menjatuhkan harga diri anda sendiri!, maki ku dalam hati.

 Tetapi, mulai saat ini,

Aku merasa mulai diterima disekelilingku.

Aku merasa ada orang yang memerhatikan setiap detail yang kumiliki,

Walaupun terkadang tak selamanya terasa seperti yang seharusnya.

continued, 

Chegaste ao fim dos capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Nov 11, 2014 ⏰

Adiciona esta história à tua Biblioteca para receberes notificações de novos capítulos!

Love Like ThisOnde as histórias ganham vida. Descobre agora