the xx - intro

149 2 0
                                    

Dari semua perilakumu yang selalu manis dihadapanku, ada sesuatu yang gabisa aku pahami, antara aku yang terlalu berharap lebih atau aku yang selalu dianggap lemah.

----

Suara air keran yang mengalir, menghanyutkan ku dalam lamunan. Pikiran negatif itu datang lagi, mimpi buruk yang selalu menghantuiku dan membuatku ingin cepat pulang ke negara asalku.

Aku terdampar di negeri paman sam, Amerika Serikat. Negara adidaya yang penuh dengan banyak wisatawan dan pengalaman yang belum pernah kutemui, seperti kejutan yang siap memberikan mu kenangan manis, atau kenangan pahit. 

Air yang mengalir itu menyadarkanku, bahwa kehidupan tidak menyenangkan seperti kedengaran nya. Aku menginap disebuah hotel kecil ditengah kota besar, kota dimana yang tidak kenal siang maupun malam, New York.

Aku berada di salahsatu kamar bersama 3 orang yang sekarang sedang terlihat ramai diruang tengah, sibuk menertawai satu sama lain. Mereka tidur diruang tengah, sementara aku memilih untuk tidur sendiri ditempat yang tenang dan bisa tidur kapanpun kumau. 

Koperku masih berantakan, isinya berhamburan ketempat tidur maupun dikamar mandi. Isinya acak kadut, membuatku makin malas untuk membereskan nya, dimana setumpuk barang belanjaan sehabis  tadi malam masih tergeletak disamping tempat tidurku.

"Mel, masih lama gak mandinya? Aku mau sikat gigi nih"

"--Bentar lagi! lagi pake baju" Sahutku terburu-buru mengeringkan badanku dan mengenakan pakaian tidur favoritku; oversized sweater dan celana 3/4 yang menjadi setelan baju tidur kemanapun kupergi. Aku langsung keluar dari kamarmandi dan mendapati teman sekamarku berdiri didepan pintu kamarmandi.

Handphoneku berdering, seketika aku berlari ke meja dan membuka notification yang masuk, 

rahmaliia send you snapchat

LINE : T. Audrey : Cie lagi di amrik gak bilang-bilang :(

LINE : Rahma Lia : OY CEK SNAPCHATT LINE ERROR

rad-raddish reblogged your post on Tumblr

Mataku melotot ketika melihat nama Audrey terpampang dilayar handphoneku, are we still a thing after our sort of- long miscommunication?

Aku membalas snapchat dari sahabatku dari smp, Rahma. Entah kenapa dia jadi sering mengirimku snapchat sejak aku berangkat ke Amerika, tetapi aku bersyukur karena lumayan, ada teman mengobrol sehabis seharian berkeliling bersama orang-orang yang tidak kukenal di trip ke New York ini.

Setelah membalas line Rahma dan sibuk me-screen shot snapchat story (((niatnya mau ngedit foto yang aib22 tapi gapernah kesampean karena malas))) , chat Audrey masih tersisa, menunggu untuk dijawab. Jujur saja, aku bahkan tidak tahu harus jawab apa, dan aku takut ia jadi merasa dijauhi kalau aku tidak membalasnya.

flashback, 3 years ago

"Aku gapernah mau kalo kamu deket sama cowok, yang gapantes dikasih ampun. Kamu tahukan, cowok itu bajingan nya kayak apa!" Teriak Audrey, blak-blak an didepan wajahku. Aku gapernah liat Audrey semarah ini, setelah aku menceritakan apa yang terjadi diantara aku dan Gabriel.

"Gabriel itu gak kayak gitu, drey! Gue tahu maksudlo baik cuman--"

"Dia emang kamu kira kayak apa hah emangnya? Asal tau aja, tiap kali kamu lewat pasti di suit22 in mulu, emangnya kamu anjing?!"

Aku udah tau kalo soal itu.

Aku pernah kepikiran hal yang sama, drey.

"Drey, udahlah. Ini kan juga masalah aku juga kan, jangan kebawa emosi. Lagian Gabriel juga udah gapernah kayak gitu lagi kok." Ucapku.

"Kok malah kesan nya kamu yang ngebela dia sih mel? Selama ini dia yang selalu nge-bully tiap kali ada kamu, dan kamu kesan nya malah sayang sama dia?"

Saat aku mau memotong perkataan Audrey, aku sadar memang benar yang dikatakan nya. Selama ini aku malah terlanjur sayang sama orang yang salah dan gakpantes dimaafin.

Audrey melihatku yang hanya diam memandangi lantai, tanpa respon apa-apa,

"Kalo kamu masih sayang sama dia, jangan deketin aku lagi. Aku capek denger semua omongan kamu yang ngebela orang macam dia, udah tau dia orang gabener. Mending dewasa, orang anaknya juga gak ngehormatin cewek!"

----

Kumatikan handphone ku, dan memilih untuk tidak membuka line dari Audrey sampai aku benar-benar  gaktau mau ngapain. Jendela kamarku masih terbuka, udara dingin merayap masuk kekamar. Aku suka udara malam dan suara-suara mobil dan orang-orang bercengkrama dengan bahasa asing selagi aku tidur, seperti mendengarkan suatu dongeng sebelum tidur hingga terlelap.

Pintu kamarku yang awalnya tertutup, tiba-tiba terbuka. "Mel, sori ganggu kita mau ketoilet dulu"

Mereka bertiga, menyerbu masuk sambil tertawa-tawa dan mengunci pintu kamar mandi. Sayangnya, kamar mandi satu-satunya hanya ada dikamarku, dan sekarang mereka secara tidak langsung membuatku terjaga sampai mereka selesai keluar dari kamar mandi.

Aku mematikan lampu kamar, dan menarik selimutku menutupi badanku. 

Ku enyahkan semua pikiran negatifku tentang mereka; menertawai ku dari belakang, membuat lelucuon tentangku, mengasihaniku, meremehkanku, menceritakan betapa kasihan diriku dimata orang selama aku disini, sendiri.

Dimana aku tidak memilih untuk sendiri, tapi memang lebih baik menyendiri dibanding disakiti dari belakang.

continued,

Love Like ThisDär berättelser lever. Upptäck nu