Only Friend!

10.9K 407 12
                                    

Happy Reading.

+

"Aliya tunggu!" Gadis dengan surai pendek itu menghela nafas panjang mendengar panggilan keras dari temannya. Menatap jengkel seseorang yang berlari kearahnya, gadis pendek menyebalkan.

"Apalagi Pendek?" Mendengar panggilan Aliya untuknya, gadis itu langsung merengut kesal. Tidak bisakah Aliya memanggilnya dengan nama. Kenapa selalu pendek.

"Aku memang pendek, jadi jangan memperjelas itu!" Aliya terkikik geli dan merangkul lengan temannya.

"Baiklah Han Hyorin aku tidak akan memanggilmu pendek. Kajja kita keruangan. Nanti Presdir marah, ah ya bagaimana kencanmu dengan Jimin?" Tanya Aliya disela-sela jalan mereka.

"Menyenangkan~~" Hyorin menceritakan kencanya dengan semangat dan Aliya mendengarkan itu dengan seksama. Sesekali tertawa mendengar cerita lucu dari Hyorin. Yah mereka teman, Aliya, Jimin dan Hyorin. Mereka teman sejati.

+

"Ini berkasmu. Ah kenapa susah sekali meniru cara kerjamu. Aku selalu kena marah dari Presdir!" Aliya tertawa dan menepuk pundak Jimin keras, sontak Jimin memekik keras.

"Kenapa kau suka sekali memukulku? Sakit bodoh!" Aliya tersenyum manis dan mengedipkan matanya lucu.

"Biar kau sadar dan tidak mengkhayal terus!" Jimin mendengus dan mencubit kesal pipi Aliya.

"Akh sakit!" Jimin membalas rengekan Aliya dengan senyum jail.

"Itu juga yang kurasakan bodoh!" Aliya mendengus dan meninggalkan Jimin begitu saja, sementara Jimin hanya tertawa keras dan meneriakkan nama Aliya.

"Hei Aliya jangan marah eoh. Nanti kau tidak ku traktir makan lagi ya!" Jimin menghentikan tawanya dan berbalik menuju meja kerjanya. Harinya masih panjang dan Jimin masih punya banyak pekerjaan.

"Kalian bertengkar lagi?" Jimin hanya terkekeh geli dan duduk di kursinya.

"Kau tau seperti apa kamu Jeong!!" Lee Jeong Sang hanya menggelengkan kepalanya pelan. Tidak jadi rahasia umum jika Aliya dan Jimin suka bertengkar. Entah bagaimana bisa mereka bertahan dengan pertemanan ini.

"Hati-hati dengan pertengkaran kalian. Bisa-bisa kalian saling jatuh cinta!" Jimin sontak menatap Jeong Sang. Apa Jeong Sang katakan tadi?

Jatuh cinta?

Pada Aliya?

"Aku dan Aliya? Oh yang benar saja. Dia itu seperti laki-laki dan aku suka perempuan yang Feminim. Jadi jangan harap aku jatuh cinta padanya!" Jeong Sang lebih memilih mengabaikan Jimin dan fokus pada komputernya.

"Hati-hati jika kau menjilat ludahmu sendiri Jim!" Jimin hanya tertawa dan kembali fokus pada komputernya.

"Tidak mungkin!"

+

"Aliya!" Hyorin menatap aneh Aliya yang terlihat cemberut. Apalagi dengan mulut Aliya yang tidak berhenti komat-kamit.

"Kau kenapa?" Tanya Hyorin bingung.

"Jangan bertanya. Aku sedang kesal!" Jika sudah seperti ini Hyorin sadar alasan Aliya kesal.

"Jimin?" Aliya menatap jengkel pada Hyorin. Kenapa juga harus menyebut nama Jimin. Menyebalkan.

"Oh ayolah kalian tidak lelah bertengkar hah? Kalian seperti anak kecil!" Wajah Aliya semakin masam mendengar ucapan Hyorin.

"Aku anak kecil! Jimin yang menyebalkan!" Ketus Aliya yang membereskan pekerjaannya. Jama kerjanya sudah habis dan Aliya ingin pulang.

"Aku benar-benar bingung dengan kalian. Hampir setiap hari kalian bertengkar dan pasti akan ada adu mulut. Dasar!" Aliya lebih memilih berlalu mengabaikan Hyorin yang akan menasehatinya. Aliya tidak suka orang yang berisik.

"Yakh Tiang tunggu aku!" Teriak Hyorin kesal dan menyusul Aliya.

+

Aliya menatap horor Jimin yang terlihat bersandar pada mobilnya. Wajahnya semakin asam dan Hyorin yang melihat itu hanya menghela nafas panjang. Menyebalkan harus mendengarkan ini. Hyorin yakin jika akan ada adu mulut antara Aliya dan Jimin.

"Mau pulang bersama!" Jimin mendekat. Berdiri tepat didepan mereka.

"Tidak Sudi!" Cetus Aliya dingin.

"Aku tidak menawarimu. Aku menawari Hyorin!" Cetus Jimin.

"Jimin!" Jimin tersenyum mendengar teguran Hyorin. Ah jelas Jimin hanya bercanda. Sementara Aliya sudah terlanjur emosi langsung meninggalkan keduanya.

Tapi naas tangannya dicekal oleh Jimin. "Kajja Hyorin-a!" Jimin mengajak Hyorin tapi menarik tangan Aliya untuk ikut masuk. Aliya jelas berontak tapi tenaganya tidak sekuat Jimin. Ini terlalu kuat.

Hyorin hanya mengekor dari belakang, menggeleng melihat Aliya yang menghentakkan kakinya karena tarikan tangan Jimin. Keduanya seperti anak kecil. Sungguh.

+

"Tidak mau mengucapkan selamat malam!" Aliya menatap sinis Jimin dan melepaskan Sabuk pengamannya.

"Lain kali jangan ajak aku jika hanya ingin menjadikan aku obat nyamuk!" Jimin terkekeh dan menepuk pundak Aliya.

"Aku hanya ingin kau jadi saksi jika aku dan Hyorin tidak melakukan apapun. Oh ayolah aku mengencani calon istri orang!" Aliya menghela nafas mendengar ucapan Jimin.

Hubungan mereka rumit dan mereka sama-sama egois dengan hatinya. Aliya hanya jadi penengah dan membiarkan semua berjalan semestinya. "Malam Jim!" Cetus Aliya keluar dari mobil Jimin.

"Malam juga!"

+

"Hyomin-ah!" Aliya memekik melihat Hyomin didepannya. Oh bagaimana bisa Hyomin masuk kedalam apartemennya? Bagaimana caranya Hyomin masuk, apa Hyomin tau sandi apartemennya.

"Tanggal lahir Jimin?" Aliya menghela nafas panjang. Menggeleng pelan dan meninggalkan Hyomin sendiri. Meletakkan tasnya disofa dan duduk disana. Kepala Aliya pusing.

"Kau masih jadi penasehat cinta mereka!" Aliya menutup telinganya mendengar ucapan Hyomin. Berisik.

"Aliya jawab!" Aliya membuka matanya. Menampilkan sinar lelah dan menatap Hyomin.

"Lalu harus bagaimana? Aku tidak mau jadi perusak hubungan mereka~~~"

"Hyorin sudah tunangan!" Sela Hyomin kesal. Selalu saja itu yang Aliya bicarakan.

"Mereka saling mencintai!"

"Tapi hubungan mereka tidak sehat Aliya. Hyorin sudah terikat dengan laki-laki lain dan bagaimana bisa dia justru menjalin hubungan dengan Jimin!" Aliya tersenyum tipis dan menerawang jauh.

"Mereka sudah memikirkan konsekuensi yang akan terjadi. Mereka berdua akan tersakiti. Dan ya aku tidak akan ikut campur!" Hyomin mendengus sinis.

"Benar mereka tersakiti dimasa depan tapi mau tersakiti dimasa lalu, sekarang dan masa depan. Kurasa kau yang paling menderita dari pada mereka. Aliya kau mengalah akan perasaan mu sendiri. Kau mendekatkan Jimin pada Hyorin setelah kau tau perasaan mereka, padahal kau mencintai Jimin. Kau mendukung Jimin dan Hyorin dengan sepenuh hatimu tapi apa Jimin peduli dengan keadaan hatimu. Mereka egois~~~"

"Mereka tidak tau!"

"Karena kau diam. Seharusnya kau jujur!"

"Dan menerima penolakan? Lupakan!" Cetus Aliya sinis.

"Aku tidak tau hatimu terbuat dari apa! Kau pura-pura bahagia didepan mereka padahal kau menangis. Aliya setidaknya fikirkan dirimu!" Aliya menatap sendu Hyomin.

"Bagiku pertemanan yang terbaik Hyomin-ah. Mereka bahagia dengan keadaan ini dan aku tidak bisa memaksakan perasaanku dan lagi Jimin tidak mencintaiku. Dia hanya mencintai Hyorin. Dimata dan hati Jimin hanya ada Hyorin terlepas dari Hyorin yang sudah punya tunangan. Aku tidak bisa melakukan apapun, selama aku bisa dekat dengan Jimin itu sudah cukup baik!"

"Kau idiot!" Aliya tersenyum tipis dan mengangguk.

"We Only Friends. Friends!"

Tbc.

You Should Know, I'l Loving U ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang