Chapter 27 : Termodinamika

Zacznij od początku
                                    

"Dua-duanya."

"Tapi pangeran, saya belum pernah melihat manusia albino yang membuat kesal pangeran, namun belum pangeran habisi." Arthur menunduk sopan, tanpa ketakutan sama sekali. "Maaf jika lancang, tetapi pangeran bisa beri informasinya pada saya mengenai orang itu. Nanti saya akan menghabisinya sendiri jika pangeran tak mau mengotori tangan pangeran dengan darahnya."

Kini giliran Aaric yang terdiam. Menghabisi lelaki itu? Boleh juga. Ia mungkin akan hidup damai setelahnya, walaupun tindakannya mampu memicu kemarahan kerajaan sebelah yang ingin ia kuasai itu. Tidak apa-apa, selama ia bisa membuat gadisnya menyadari kalau lelaki itu tidak baik untuknya.

Tunggu.

Gadisnya?

Sejak kapan Aaric memiliki pemikiran semacam ini?

Spontan Aaric menggelengkan kepalanya.

Tidak, tidak. Tidak ada gadis yang boleh menduduki tahta di dalam hati dan pikirannya, apalagi gadis itu.

Ya, seharusnya seperti itu.

Seharusnya.

Seharusnya Aaric bunuh saja mereka yang tidak bisa menjaganya dengan baik.

Sial, tapi nanti gadis itu bisa membenciku.

"Harold Arthur," panggil Aaric lagi dengan lirih. Lelaki yang merasa namanya dipanggil langsung menegapkan tubuhnya bak prajurit yang hendak diberi perintah. "Tidak usah. Aku ingin makan seadanya saja--yang tidak berpenyakit dan bukan wanita. Lalu, siapkan satu kamar berjendela untukku. Malam ini aku akan menginap, jangan bilang pada ayah."

Arthur tersenyum, menegakkan dagunya. Ia satu-satunya prajurit selain Varius yang telah diperbolehkan untuk memandang wajah Sang Pangeran dari dekat.

"Siap, Pangeran. Perintahmu akan hamba laksanakan!" ucap Arthur dengan lantang tanpa getar. Hal ini yang kadang membuat Aaric kesal sekaligus bangga mempunyai bawahan yang terlihat normal. Tidak seperti prajuritnya yang lain, hanya dilirik sedikit saja sudah mundur. Apalagi ditatap? Pasti sudah keringat dingin lalu berlari terluntang-luntang.

Aaric menghela napas.

"Oh ya, sebelum saya berlalu. Apakah pangeran ingin paket malam? Pangeran bisa memilih wanitanya sesuai yang pangeran ingi--"

"Tidak," jawab Aaric tegas. "Tidak ada wanita untuk malam ini atau di hari apapun. Cukup satu gadis saja yang membuatku frustrasi karena sikapnya."

"Jadi, pangeran memilih yang gadis?" Alis Arthur naik keduanya.

"Tidak, maksudku ..." Tanpa sadar, wajah Aaric mulai memanas menimbulkan rona merah yang mulai kentara. "Iya, tapi ... bukan untuk tidur."

"Ah, begitu." Arthur mengangguk-anggukan kepalanya. "Kalau masalah gadis, pangeran bisa tanya pada saya. Saya pernah jadi mantan player di sekolah saya dahulu, suka gonta-ganti pacar. Dari yang paling cantik, sampai yang paling seksi pernah saya jadikan kekasih. Walaupun begitu, ada satu gadis yang membuat saya berubah. Pangeran Aaric tahu cerita kelanjutannya."

"Hm," jawab Aaric singkat sambil memalingkan wajah. Takut jika Arthur dapat membaca wajahnya sewaktu-waktu dan menyimpulkan yang aneh-aneh.

"Pasti menyakitkan kalau gadis itu lebih memilih orang lain 'kan, Pangeran?" pancing Arthur dengan berbagai macam pertanyaan dan jawaban di pikirannya.

El Academy [Proses Revisi]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz