Chapter 9 : The Last Day

2.3K 177 19
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak!
Vote maupun komentar kalian sangatlah berharga 😊

🍬 🍭 🍦

Oilien Feyna Aksana POV

Kadang aku akan berpikir, bagaimana rasanya memiliki kehidupan biasa yang sempurna? Kehidupan damai layaknya keluarga biasa, tanpa embel-embel kehormatan, dan kasta. Yang dilalui hanya bermain, belajar, menuruti kedua orang tua, akhirnya tumbuh besar, dan menikah.

Wow, aku baru pertama kali berpikiran sampai titik itu. Hm, memangnya ada ya yang mau menikah denganku?

Aku melangkah menuju bebatuan yang curam ini dengan hati-hati. Sekali saja aku menginjak jalan yang salah, mungkin aku sudah jatuh ke bawah sana. Ya, saat ini aku sedang berjalan di jalan setapak untuk menuju goa di balik air terjun. Tentu saja dengan segala pertimbangan yang ada. Seperti aman dan tidaknya.

Teman-temanku? Mereka semua sudah berbaikan dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan bersama-sama. Walaupun sedikit canggung, sekiranya kami sekarang mulai saling menjaga—mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu begitu membekas dalam ingatan. Oh ya, kami disuguhkan fakta bahwa Ezra sudah mulai pulih dari lukanya sehingga lelaki itu bisa berjalan sendiri. Entah apa yang membuat luka itu cepat sembuh dengan sendirinya. Padahal kata mereka, Ezra sulit untuk sembuh—mengingat luka itu bukan luka biasa.

Sepertinya ada sesuatu di balik ini semua.

Ekor mataku mendelik pada Zeon yang memutuskan memimpin jalan dan Aaric di barisan paling belakang. Aneh, mengingat kedua orang itu tidak berbicara satu sama lain walaupun jelas mereka sudah berbaikan. Ya, tadi terlihat sekali raut wajah Aaric merasa tidak nyaman ketika bermaafan dengan Zeon.

Mungkin orangnya memang seperti itu.

"Apa yang akan terjadi kalau aku jatuh ke bawah sana?" celetuk Nathan dengan suara parau akibat cekikan Zeon kemarin. Celetukannya itu mendapat tatapan tajam dari Felicity.

"Mau mencoba?" tanya Felicity dengan senyuman miringnya. Melihat hal itu, Nathan sontak menelan salivanya gugup dan sedikit menjauh dari Felicity yang berada tepat di belakangnya.

"Makanya jangan bicara aneh-aneh. Sudah tahu itu dalam, masih saja bertingkah kekanakan," ledek Felicity dengan kekehan kecil.

Nathan mendengkus dan menatap ke arah Felicity tidak terima.

"Siapa yang kau bilang kekanakan?" Nathan protes tanpa melihat jalan di depannya. Alhasil dia menginjak pijakan yang amat rawan membuatnya hampir terjatuh ke dalam sana apabila Zeon tidak menahannya.

Huh, untung saja. Kalau dia tidak sigap, mungkin aku sudah memekik sendu sekarang.

"Diam dan jangan membuat ulah," ucap Zeon dingin. Duh, menyeramkan sekali sih kalau Zeon marah! Padahal kukira ia hanya bocah labil yang bisanya membuat ulah.

Terlihat Nathan langsung berjalan kaku sembari memasang wajah serius. Jujur saja, kalau ini bukan ujian yang mampu merenggut nyawa ... mungkin aku sudah tertawa sedari tadi.

"Bagaimana rasanya, Nathan?" goda Felicity membuat Nathan menoleh ke arahnya sekilas.

"Akan kuberi perhitungan kepadamu nanti!" balas Nathan dengan menggebu. Aku menahan senyum yang pasti takkan kutampakkan sekarang.

El Academy [Proses Revisi]Where stories live. Discover now