(40) bagian dari sebuah cerita

Start from the beginning
                                    

Mereka tidak ingin memihak kepada siapapun, karena mereka bersama dalam hal ini.

Mereka tidak dapat melanjutkan perjalanan karena kondisi Jimin yang tidak memungkinkan, tanpa mereka ketahui jika saat ini keadaan Taehyung juga tidak baik-baik saja.

Tubuhnya semakin melemah karena racun yang ditanamkannya di dalam tubuh Jimin, adalah sebagai media untuk menyerap racun yang ditanamkan oleh wanita itu, kemudian racun tersebut akan berpindah kedalam tubuh Taehyung.

Dengan kata lain dia menyerap semua racun itu dan memindahkannya ke dalam tubuhnya sendiri. Semuanya.

Jika kalian berpikir Taehyung benar-benar menanamkan racun di dalam tubuh Jimin, maka jawabannya adalah kalian salah, bagaimana mungkin dia melakukan itu kepada sahabatnya yang bahkan lebih berarti dari pada nyawanya sendiri.

Bukankah dia pernah mengatakannya kepada Yoongi.

"Jika merebut Azores adalah takdirku maka melindungi kalian adalah tujuan hidupku"

Dan dia tidak pernah main-main akan perkataannya itu, walaupun dengan menukar nyawanya akan ia lakukan.

"Eughh..." Terdengar suara lenguhan yang memecah keheningan di dalam rumah tua tersebut.

Ya, sudah dua hari ini juga mereka berteduh dan berlindung di dalam rumah tua yang berada di sebuah perkampungan yang telah hangus dan meninggalkan puing-puing bangunan saja. Rumah ini adalah salah satu bangunan yang masih utuh.

"Kau sudah sadar Jim?" Yoongi segera membantunya ketika melihat pemuda itu berusaha untuk duduk dari posisi berbaringnya.

"Dimana ini?" Tanya Jimin sembari menatap ke sekelilingnya yang terlihat sangat asing.

"Apa kau tidak mengingat apa yang telah terjadi ke padamu?" Tanya Yoongi balik tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Jimin.

Pemuda bertubuh mungil itu hanya dapat menggelengkan kepalanya dan kemudian berdesis saat merasakan kepalanya berdenyut sakit.

"Jangan paksakan dirimu, kau baru saja sadar setelah dua hari pingsan" Ucap Hoseok ketika melihat Jimin yang berusaha bangkit kembali.

Kedua mata Jimin membulat seketika, dia menatap panik sekitarnya saat teringat akan sesuatu.

"Dimana Taehyung?!" Serunya dengan panik. Dia menatap ke sekeliling dan kemudian tatapannya jatuh kepada dua sosok yang berada di sudut lainnya.

Jimin berusaha bangkit dan berjalan dengan tertatih kearah mereka berdua, dia berlutut dan kemudian meraba Kening Taehyung yang terlihat terlelap dengan paha Seokjin sebagai alasnya.

"Dia baru saja tertidur, jangan membangunkannya dahulu karena sudah dua hari ini dia tidak memejamkan matanya" Terang Seokjin membuat Jimin menghela napas lega.

Selama tidak sadarkan diri Jimin mendapatkan sebuah mimpi yang sangat mengerikan, dia bermimpi jika Taehyung terlihat kesakitan sembari memegangi lehernya dan kemudian berhenti bernapas.

Jimin tidak sanggup untuk mengingat mimpi itu lebih lama lagi, apalagi jika hal itu benar-benar terjadi.

"Lihatlah hyung, mereka itu sudah seperti anak kembar. Tidak dapat terpisahkan dan saling mengkhawatirkan satu sama lain" Namjoon menepuk pundak Yoongi yang hanya diam melihat semua itu.

Yoongi hanya bergeming di tempatnya, sungguh dia tidak bermaksud mengucapkan kata-kata kasar kepada Taehyung tempo hari. Dia hanya terkejut dan panik saat itu.

Dia ingin meminta maaf tetapi tidak tahu harus memulai dari mana, hei, dia bahkan sulit mengekspresikan kebahagiaannya dan tentu saja untuk mengakui kesalahan dapat melukai egonya yang tinggi.

Yoongi melangkah keluar rumah, meninggalkan sahabat-sahabatnya yang menatap punggungnya dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Dia masih marah" Gumam Taehyung yang telah membuka kedua matanya, gumaman itu tentu saja masih dapat didengar oleh Seokjin.

Pemuda berbahu lebar itu menepuk puncak kepala Taehyung dengan sayang. "Dia hanya butuh waktu, kejadian akhir-akhir ini membuat dia sedikit terkejut, kau kan tahu jika dia itu sudah tua dan jantungnya tidak sekuat aku yang masih muda ini" Gurau Seokjin seraya mengelus dagunya dan memasang senyum jahil andalannya.

"Tidak sadarkah jika kau itu sudah tua hyung? Kau bahkan yang tertua di antara kita semua" Jungkook mendengus kesal melihat kepercayaan diri Seokjin yang sangat berlebihan.

"Ya! apa kau tidak melihat wajah tampan ku ini?"

"Kau membuatku mual" Jungkook memegangi perutnya dan membuat gerakan seolah-olah dia akan muntah.

"Dimana rasa hormatmu? Aku ini lebih tua lima tahun darimu dan aku lebih cerdas darimu" Sentak Seokjin tidak terima.

"Benarkah?" Tanya Jungkook tidak yakin.

"Tentu saja"

"Kalau begitu kau berarti sudah tua"

"Atas dasar apa kau berbicara seperti itu?" Seokjin sudah berkacak pinggang seraya menatap tajam si maknae tersebut.

"Kau sudah berusia dua puluh dua tahun, sudah sangat tua dan lambat" Ejek Jungkook membuat Seokjin meradang.

"Kau pikir dirimu akan muda selamanya? Suatu saat kau juga pasti berusia dua puluh dua tahun seperti aku" Balas Seokjin tidak terima.

"Tidakkah terpikir olehmu berapa usiamu nanti di saat aku berusia dua puluh dua tahun?kau akan menjadi semakin tua dan... hmpptt-"Mulut Jungkook tiba-tiba saja dibekap oleh Hoseok yang jengah melihat pertengkaran tidak penting diantara kedua pemuda itu.

"Sudahlah, kalian itu sama-sama bodoh" Ucap Hoseok kemudian.

"Yak! Dasar kau kuda, mau mati ya?!" Sentak Seokjin dan Jungkook secara bersamaan.

Hal itu sontak mengundang gelak tawa mereka semua, tentu saja tanpa kehadiran Yoongi di sana.

Mereka tertawa lepas tanpa tahu bahwa sebuah bencana sedang menunggu waktu untuk menghempaskan mereka ke dasar jurang terdalam.

*****
Don't copy my story okay!!

22 Oktober 2019

Revisi : 3 Mei 2020

~weni

BTS Elemental : The Lost Power [COMPLETE]Where stories live. Discover now