Rasa Benci

27 5 0
                                    

            2. Sejak kejadian itu timbullah rasa kebencian yang dimiliki Arnadan pada Bradge. Arnadan memang tipe perempuan yang sensitif, ia tidak suka jika ada orang yang bertingkah laku terlalu berlebihan, lebay. Seperti tingkah Bradge padanya.

Pukul 08.00 tiba. Saatnya murid-murid memasuki kelasnya masing-masing, tapi lain pula halnya kepada Bradge yang tak henti-hentinya memperhatikan Arnadan.

Bradge yang berada di luar jendela kelas Arnadan, agak mengintip sedikit ke dalam kelas Arnadan.
               Ternyata ia menyaksikan Arnadan sedang diganggu oleh Mondy. Mondy Cauras, siapa yang tidak mengenalnya. Mondy yang sosok berbadan tinggi besar, berotot, gagah, memiliki kulit sawo matang, serta tatapan matanya yang tajam membuat ia ditakuti oleh semua orang.
                 Mondy memegang tangannya Arnadan lalu berkata, "Ketua osis yang cantik. Temenin gue ke kantin kuyy"

Arnadan jijik mendengarnya dan menepis tangan Mondy yang besar serta berotot itu, "Ehh lu jangan macam-macam yaa!!"
                  Bayangkan ketua osis saja berani diganggunya apalagi murid-murid yang tidak berorganisasi. Sebenarnya murid-murid yang berada di dalam kelas hendak menolongnya, namun di renggut oleh rasa takut yang berlebihan. Tampaknya Bradge tak dapat menahan amarah, ia langsung masuk ke dalam kelas Arnadan tanpa izin, tanpa pamit bagai tamu yang tak diundang.
              Bradge mengenggam tangannya Arnadan, menjauhkan Arnadan dari Mondy. Setelah itu tangan Bradge yang putih, bersih sampai ke pipi Mondy. Sampai Akhirnya berbekas lebam di pip Mondy.

"Kurang ajar lo ya!!", kini Bradge benar-benar marah. Semua orang yang ada di dalam kelas itu terkejut, melihat Bradge berani memukul Mondy.
                Arnadan yang tidak suka kekerasan menenangkan Bradge, takut bisa-bisa Bradge memukulnya kembali. Arnadan memegang tangan Bradge, "Udah Brad, udah, gue gakpapa kok"

Bradge tidak terlalu menghiraukan perkataan Arnadan, sebentar-sebentar dilihatnya Arnadan, sebentar-sebentar dilihatnya Mondy, serasa masih ingin memukulnya.

Tak lama kemudian, ibuk Anura kebetulan lewat, awalnya buk Anur tidak bertujuan singgah ke kelas Arnadan, tapi karena mendengar keributan, ibuk Anur pun menyinggahi kelas mereka.
             Ibuk Anura Lihan, yang terkenal karena ketegasannya sebagai guru, yang terkenal sebagai guru geografis sekaligus guru BK. Ia masuk ke dalam kelas Arnadan, "Heyyy-heyy! Ada apa ini ribut-ribut??"

Seketika kelas menjadi hening.

"Gak ada apa-apa buk", sahut kevin yang sedang berbohong menyembunyikan kejadian perkelahian tadi "Ga ada apa-apa gimana? Tadi kalian ribut-ribut, Arnadan, Bradge, dan Mondy. Kalian ikut ibuk ke ruangan bk.
               Langkah demi langkah, mereka bertiga hendak sampai di ruang bk. Namun diiringi dengan perasaan-perasaan yang takut, deg-degan, mencekam, semua perasaan-perasaan itu tercampur. Bradge dan Arnadan inilah baru pertama kalinya masuk ke ruang bk, sementara Mondy telah yang kesekian kalinya

"Sekarang coba kalian ceritakan ada apa sebenarnya?"

Pertanyaan pertama di ajukan oleh ibuk Anur. Mereka belum ada bisa yang menjawab. Nah, karena Arnadan ingin permasalahan ini cepat selesai, ia pun menjawab pertanyaan ibuk Anur tadi sedetail-detailnya.
               Ibuk Anur menatap Bradge, lalu mengajukan pertanyaan kedua, "Lohh... kamu Brad kenapa memukul Mondy?"

Bradge lekas menjawab, "Yahh kalau menurut saya ya buk, sikap Mondy itu sudah keterlaluan"

"Lalu...?", tanya ibu Anur kembali.

"Mana ada sih buk, cowok biarin orang yang dia sayang diganggu orang lain", sambung Bradge
                 Ibuk Anur mendengus, "sudah-sudah, malah kemana-mana nyambungnya" Ibuk Anur memberikan Mondy sp 2, untuk Arnadan dan Bradge sama sekali tidak diberikan reward.

Akhirnya permasalahan ini cepat selesai, mereka pun keluar dari ruangan bk. Saat hendak keluar pintu ruang bk, Bradge masih menatap Mondy dengan tatapan yang sangat tajam.
Mondy terlihat takut kepada Bradge, ia langsung cepat keluar pintu.
                 Bradge dan Arnadan saling berhadapan serta saling tatap-menatap. Dari situ jelas terlihat diantara mereka ada cinta yang kuat, hanya saja sekarang ini ditutupi oleh rasa benci yang ganas.

Arnadan yang kalah tinggi dari Bradge, sedikit jinjit sekalian memukul pelan bahunya Bradge.

"Kenapa lo? Udah gue belain juga, malah mukul, ehh kalau pendek, pendek aja. Gak usah pake jinjit segala kaliik" Ucap Bradge.
                Arnadan yang tingginya sebahu Bradge tidak jinjit lagi, menunjukkan wajah cemberutnya, "Gue benci lo.. Dasar lebay, alay"

"Gimana, lo benci gue?? Ok lihat suatu saat nanti. Rasa benci lo akan berubah menjadi rasa sayang", kata Bradge dengan yakin
               Arnadan tak sanggup berkata-kata lagi, ia hanya berbalik dari tatapan Bradge. kemudian, segera berjalan meninggalkan Brad. Bradge masih melihat Arnadan pergi sampai jejak Arnadan tak terlihat lagi.

Le sens de l'amourWhere stories live. Discover now