MENIKAH DENGAN BULE

672 46 19
                                    

Ini hari Sabtu dan liburan sekolah selesai ujian, Arini bangun lebih awal, kedengaran suara kencang laki-laki membangunkan penghuni desa dari corong pengeras suara masjid yang jaraknya satu kilometer dari rumahnya. Pak Soman mengumandangkan Tarkhim panggilan sholat yang meliuk-liuk membelah gelapnya pagi, membangunkan semua makhluk hidup di desa Balongmalang yang dilanjutkan dengan adzan.

Arini bisa merasakan perasaan Pak Soman dari melodi suara adzannya, kadang terdengar sedih merindu, mungkin karena dia kangen istrinya yang setahun lalu meninggal dunia karena sakit dan tak punya uang untuk berobat, kadang terdengar kecapaken karena sesekali desahan nafasnya terdengar, mungkin karena kemarin Pak Mudin yang kurus itu bekerja keras di sawah di bawah terik matahari terlalu lama, sehingga tenggorokannya masih kering.

Sering Arini merasa kasihan dengan Pak Soman, karena dia teman ngobrol Bapak Arini yang baik, yang membantunya menangkap Yuyu, kepiting sawah untuk mainan bersama Ayu atau membawakan bekicot sawah kesukaannya, yang dimasak Ibu untuk lauk makan dan memberi sepiring untuk Pak Soman yang harus memasak sendiri karena tak punya istri.

Arini melompat dari bayang bambu, tempat dia tidur setiap hari bersama Santi adik kecilnya yang masih tidur pulas. Tadi malam mereka banyak bangun karena musim nyamuk, halah tiap hari memang banyak nyamuk yang datang dari sawah belakang rumah mereka, apalagi kalau air di sawah menggenangi petak-petak sawah yang baru ditumbuhi pohon padi hijau.

Dia melihat telapak tangan kirinya penuh darah, pasti tadi malam Ibunya membunuh nyamuk-nyamuk yang disulutnya dengan api lampu petroleum yang terbuat dari kaleng bekas. Nyamuk-nyamuk itu dikumpulkan dan digites di telapak tangan anaknnya, di pagi hari Arini akan menemukan tangannya yang merah darah tanda cinta dari Ibu, kata Ibunya.

Kebiasaan ini masih dilakukan Ibunya, karena gak tega melihat gadis kecilnya dipenuhi bentol-bentol merah gigitan nyamuk di seluruh tubuh. Nyamuk mudah sekali masuk ke rumah lewat lubang dan sekat dinding anyaman bambu, sesek atau gedek disebutnya di desa ini, rumah mereka. Mereka tidak memakai obat nyamuk karena membuat asma Arini kambuh dan sesak napas.

Dia ke kamar mandi mencuci tangan dan wajahnya, membuang air kecil di lantai kamar mandi dan membersihkanya dengan air dari gayung bak mandi. Dia sedikit berlari menuju pintu keluar belakang. Arini melihat Ibunya di dapur sibuk memasak sarapan pagi untuk keluarganya, Bapaknya sudah lebih dulu pergi bekerja sebelum Pak Soman berkoar-koar di masjid, menyetir mobil angkot di kota.

Pagi-pagi pasti banyak penumpang ke pasar kota dan baru pulang nanti malam, biasanya kalau Arini sudah tidur. Bapaknya bekerja dengan sangat keras, menjadi supir angkot tidaklah mudah, apalagi mobil Bapak sudah tua, banyak pengeluaran untuk reparasi. Ibunya menabung uang sisa belanja penghasilan Bapaknya untuk nanti membangun rumah dan menyekolahkan anak anaknya, mereka ingin anaknya hidup lebih baik. Pendidikan yang tinggi adalah satu-satunya jalan buat mereka.

Mas Bagus, kakak Arini membantu Ibu membersihkan rumah tiap pagi, menyapu lantai tanah rumah dan membersihkan kandang ayam. Bagus, berumur 14 tahun, tujuh tahun lebih tua dari Arini. Dia sudah SMP kelas tiga, sedangkan Arini masih SD kelas satu dan naik ke kelas dua.

Arini melewati Ibunya sebelum membuka pintu dapur untuk keluar menuju rumah Ayu yang berdiri di belakang samping rumah mereka. Kamar mandi Arini dan Ayu berdekatan, sering mereka berbicara dari kamar mandi masing masing, membicarakan apa yang telah mereka lakukan hari itu atau membuat janji bermain setelah mandi, padahal mereka sudah seharian bermain bersama.

Percakapan mereka membuat keluarga mereka tertawa bahagia, tetapi kadang Mas Bagus sebal sekali Arini terlalu lama di kamar mandi tapi sibuk bicara.

Arini dan Ayu duduk di kelas satu Sekolah Dasar, berjalan berdua ke sekolah, duduk sebangku dan kembali pulang bersama. Mereka tidak bisa dipisahkan. Ibu menanyakan mau kemana, Arini menjelaskan sambil sedikit berlari kalau dia mau jalan mengelilingi desa dengan Ayu biar sehat.

Akhir Sebuah KesepianWhere stories live. Discover now