"Maskernya dipakai dong dek?" ujar seorang pria yang tiba-tiba pindah ke samping Ryujin hingga membuat gadis itu dengan refleks segera memasang kembali masker untuk menutupi sebagian dari wajahnya.

"Hari ini bakalan macet banget, pulang naik apa?" lanjut pria itu.

"Naik mobil."

"Bawa mobil sendiri?" tanyanya lagi.

"Engga, pulang sama pacar" jawab Ryujin sembari menatapi pria itu.

"Ohiya, pacarnya Asahi 'kan?"

"Eh?" seru Ryujin bingung. "Kok tau?"

Pria itu lalu membuka masker yang tadinya menutupi wajahnya itu, kemudian beralih tersenyum tipis kepada Ryujin. "Ya masa engga tau? Lo 'kan maba paling hits di sini~"

"O-Oh..."




Memang benar, rasanya Ryujin sudah dikenali lebih dari setengah penghuni kampusnya. Bahkan, followers instagram gadis itu sempat meningkat hingga lebih dari seribu pengikut semenjak menjadi mahasiswi di sana.

Selebgram? Tidak! Ryujin tidak mau disebut sebagai selebgram. Gadis itu lebih suka disebut sebagai kekasih Asahi ♡.




Tapi, tunggu dulu! Siapa orang ini?

Sepertinya Ryujin belum pernah melihat wajah pria itu sebelumnya. Apa jangan-jangan... Kino? Orang iseng yang kemarin sempat mengirimi Ryujin pesan-pesan aneh?!

——————




















































DUAAAARRR

Suara ledakan yang begitu keras tiba-tiba terdengar hingga mengejutkan Asahi. Pria itu dengan panik pun segera menoleh ke arah gerbang masuk, sebelum akhirnya mendapati sebuah mobil yang sedang dibakar oleh beberapa orang tak dikenal.

Di luar sana terlihat sangat rusuh. Dengan tanpa berpikir panjang Asahi langsung bergegas mencari Ryujin ke sana kemari meskipun mahasiswa lain kompak berlari berlawanan arah dengannya. Mereka semua terlihat begitu panik dan ketakutan. Lalu, bagaimana dengan Ryujin?

Setelah berhasil keluar, Asahi masih juga tak dapat menemukan gadis itu di mana-mana. Sekumpulan orang berbaju hitam yang tadinya sibuk membakar sebuah mobil itu kini mulai berpencar dan mendorong para mahasiswa lainnya dengan begitu kasar. Memangnya siapa orang-orang ini?!










Tiba-tiba saja seorang pria lalu datang dan menarik Asahi menjauh dari orang-orang tersebut.

"Bahaya," ucapnya sembari terus mengajak Asahi berlari pergi hingga tiba di depan sebuah mobil yang terparkir cukup jauh dari kampusnya.

"L-Lo siapa?" seru Asahi bingung walaupun tak melawan sama sekali meskipun telah ditarik sejauh itu.

Pria itu lalu berhenti sembari membuka kunci mobil tersebut, sebelum akhirnya Ryujin yang Asahi sudah cari-cari sejak tadi itupun segera mengeluarkan kepalanya dari jendela. "ASAHIII!"

"Ryujin!" ujar Asahi kaget sekaligus lega. "K-Kamu gapapa?!"

"Gapapa kok!" jawab Ryujin sembari keluar dari mobil milik pria yang baru saja menarik Asahi itu. "Aku ditolongin sama Kak Jaewon. Kenalan dulu, ayoo!"

"O-Oh... Makasih." Asahi berucap dengan canggung kepada Jaewon. "Gue Asahi, pac—"

"Sama-sama," potong Jaewon. "Gue angkatan 2015, se-prodi sama kalian. Tapi kalian berdua engga usah canggung sama gue, ya? Kalau ada apa-apa juga bisa langsung nanya. Tadi Ryujin udah save nomor gue, 'kan?"

"Udah," jawab Ryujin sembari mengangguk-angguk.

Gadis itu lalu lanjut sedikit bercerita tentang bagaimana Jaewon membantunya lari dari serangan orang-orang itu, sebelum keduanya pun pamit pulang kepada sang senior.









Namun di sepanjang perjalanan entah kenapa suasana di antara keduanya terasa begitu canggung. Asahi memang selalu diam, tapi sore ini tampak lebih diam dibanding biasanya. Apa Asahi marah karena hari ini Ryujin ikut demonstrasi lagi?

"Asahi?" ujar Ryujin pelan. "Kamu kenapa?"

"Gapapa."

Jawaban yang beberapa gadis sering ucapkan ketika sedang ngambek dengan kekasihnya itu kini mulai diucapkan oleh Asahi. Huft, apa pria itu benar-benar sedang marah?

"Tadi pasti khawatir yaaaaaaa?" goda Ryujin sembari mencolek pipi Asahi.

"Yaaa kalau engga khawatir malah aneh," jawab Asahi dengan dingin.

"Mobil yang dibakar tadi itu mobil dosen, terus yang ngebakar katanya orang-orang suruhan musuhnya si pak dosen ituuu" jelas Ryujin. "Cuma kebetulan aja diserang pas lagi demo, makanya jadi ricuh banget. Kalau engga ada mereka pasti demonya aman-aman aja."




"Oh.."

.


"Singkat banget," keluh Ryujin.

"Emangnya aku bisa bilang apa lagi?" seru Asahi. "Aku mau ngelarang kamu ikut demo, tapi belum ngelarang aja kamu udah duluan bilang demonya aman."

"Tapi ini emang cuma karena kebetulan aja kok, yang kemarin demonya aman 'kan?"

"Yang kemarin aman gimana?" keluh Asahi. "Pulang-pulang mata kamu perih gara-gara kena gas air mata, kaki kamu pegel, terus powerbank kamu juga engga tau ilang kemana. Yang kayak gitu namanya aman?"




Sungguh, semenjak mereka berpacaran ini adalah pertama kalinya Asahi marah kepada Ryujin.

.


"Jin, aku bukannya mau ngekang kamu. Kamu bebas mau ngelakuin apa aja yang kamu mau, tapi bisa engga sih mikirin keselamatan kamu juga?" lanjut Asahi. "Kalau kamu emang engga peduli sama diri kamu sendiri, mungkin kamu bisa coba peduli sama aku dulu. Aku sakit ngeliat kamu dalem bahaya kayak hari ini. Emang kamu tega ngeliat aku sakit terus?"

———————

Noisy | Ryujin AsahiWhere stories live. Discover now