Satu

3.4K 203 16
                                    

Anna menarik payung transparan bermotif sakura biru dari bawah jok belakang kemudi. Ia berjalan perlahan, menghindari genangan air yang cukup dalam, tetapi masih saja kaki jenjang beralaskan high heels putih itu terkena cipratan air.

Awan tiba-tiba saja menggelap, memuntahkan jutaan rinai. Ia tak suka berada di bawah hujan, tetapi berada di dalam mobil akan jauh lebih mengenaskan, terlebih jika mengingat wangi aroma cappuccino latte racikan Helen. Tentu saja itu jauh lebih menghangatkan ketimbang melongo di dalam mobil sendirian. Ya, jomlo akut memang selalu sendirian ke mana pun ia pergi.

Bunyi gemerincing menyambut kala Anna membuka pintu Heavenly Tasty, kafe sekaligus coffee house milik Helen, sahabatnya sejak SMA.

"Udah gue bilang, kan, mau hujan. Masih aja lama!" gerutu Helen menyambut kedatangan Anna.

"Please deh, di hari yang seharusnya bahagia ini, gue maksain dateng, sendirian, buat kalian. Dan gue dapetnya sambutan kayak gini? Sungguh pemilik kafe ini sangat murah hati."

Anna mencomot kue kering dari salah satu toples yang berjejer di meja bar, Classic Chocochip yang selalu jadi favoritnya selain cappuccino latte.

"Lagian, nggak ada orang lain juga kan? Ngapain buru-buru?" ujar gadis berambut gelombang itu seraya mendengkus.

Kalimat Anna disambut senyum hambar Helen. Disodorkannya secangkir minuman kesukaan Anna yang langsung diseruput oleh gadis itu.

"Darel kapan ke sini?" tanya Helen.

"Bomat! Ribet ama dia."

"Berantem lagi?"

"Gue nggak boleh ngerayain ultah selain di sini. Padahal temen kuliah mau bikin party biar sekalian reunian. Kampret kan namanya!"

"Language, please. Jangan ajarin calon bayi gue yang jelek-jelek."

"Ups! Sorry, baby," ujar Anna sambil menatap perut Helen.

Setengah jam berlalu ketika bunyi gemerincing dari pintu kembali terdengar. Darel datang membawa sekotak kue. Ia menyerahkan kepada Helen setelah mengecup pipi kiri-kanan, kemudian beringsut ke sebelah Anna.

"Happy birthday, sist," ucapnya dengan semringah lebar sambil menyorongkan paper bag kecil kepada Anna. Anna diam ketika menyambut paper bag juga pelukan dari sosok tinggi itu.

"Nih, buar lo. Happy birthday," ucapnya malas seraya menyorongkan sebuah kotak kecil pada Darel.

"Senyum, dong! It's our day!" Darel memberikan senyuman termanisnya yang tetap disambut wajah kecut Anna.

"Udahlah, Ann. Hari bahagia gini jangan gitu mukanya." Helen menyodorkan kue yang telah ditusuk lilin ke hadapan Anna.

Anna menatap kue di hadapannya, memejamkan mata beberapa detik kemudianmembuka mata dan siap meniup lilin.

"Wait! Niupnya sama-sama," tahan Darel sambil membekap mulut Anna, membuat asap mengepul di ubun-ubun gadis itu.

Anna mengatur napas, mengingatkan dirinya bahwa bukan hanya dia yang berulang tahun hari itu. "Okay, you count it."

Ketika cahaya lilin mati, Anna berharap doanya terbang bersama asaplilin dan membawanya pada Tuhan untuk segera dikabulkan.

Ketika cahaya lilin mati, Anna berharap doanya terbang bersama asaplilin dan membawanya pada Tuhan untuk segera dikabulkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Genap sudah 28 tahun usianya kini, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ia miliki. Sebenarnya kehidupan Anna terbilang baik. Hidup berkecukupan, pekerjaan tetap, juga saudara dan sahabat yang menyayangi.

Namun, dia merasa kosong karena hingga saat ini ia belum punya pacar. And guess what? Ia sukses jadi jomlo akut selama 5 tahun karena pria jangkung di sebelahnya!

Punya saudara kembar memang membahagiakan, dari lahir selalu bersama. Kau tak pernah sendirian. Namun, lain ceritanya jika saudara kembarmu terlalu mencampuri kehidupan pribadi hingga percintaan seperti yang Darel lakukan terhadap Anna.

Setelah makan beberapa potong kue dan mengobrol kurang lebih setengah jam, Darel kembali ke kantor. Bapak pengacara sepertinya sudah ditunggu klien. Anna mengembuskan napas lega.

"Kenapa lo?"

"Masih bete aja. Kalo bukan gara-gara kutu kupret satu itu, gue pasti nggak sesengsara ini di hari ultah gue." Anna mendengkus kesal. "Helen ....," rengek Anna pada sahabatnya.

"Iya, iya. Sini gue peluk." Helen menirukan pose Iqbaal Ramadhan di salah satu stiker yang sering bertebaran di WhatsApp.

"By the way, what do you wish for this time?"

"Gue mau nikah." Helen mengerjapkan mata berkali-kali kemudian tawanya pecah.

"Desperate banget lo, Ann," ujarnya di sela tawa yang belum reda.

"Tukeran jiwa mau? Biar lo tau rasanya punya kembaran kayak Darel itu kayak apa."

"Ye ... Enak di lo nggak enak di gue! Laki gue siapa yang belai?"

"Gue, dong!" jawab Anna sambil melemparkan tatapan jahil ke Helen.

"You wish!"

"Canda, Len. But, I mean it about the wish." Anna menatap sendu ke manik cokelat terang Helen sesaat.

"Pokoknya, gue mesti punya pacar tahun ini dan married sebelomumur tiga puluh. Titik." Tatapan sendu itu pun berganti pancaran penuhsemangat.

Husband in NeedWhere stories live. Discover now