14

3.8K 661 107
                                    

Yohan merasa ada yang aneh pada sikap sang mama. Padahal tadi banyak senyum tapi begitu makan malam di mulai jadi jutek ga ada gairah. Hangyul juga ga tau pergi kemana. Yohan udah chat tapi ga dibales, telpon ga diangkat. Makanya sekarang mereka cuma bertiga di meja makan.

"Yohan, kamu udah mutusin mau kuliah jurusan apa nanti?" tanya Tuan Lee membuat lamunan Yohan buyar.

"B-belum pa, aku masih bingung."

"Apapun itu yang penting kamu suka, jangan kayak Hangyul yang kerjanya main terus."

Yohan hanya tersenyum lalu kembali melirik mamanya. Lagi, ga ada respon apa-apa dari beliau. Hal itu semakin membuat Yohan bingung.

Makan malam pun berakhir. Karena lelah, Nyonya Lee bilang mau pergi ke kamar duluan sedangkan Tuan Lee ke ruang kerja. Yohan duduk sendirian di ruang tengah, memperhatikan chatnya ke Hangyul yang ga dibales sama sekali.

"Tuan muda, apa ada yang anda pikirkan?"

"Ngga pak."

"Lalu kenapa anda melamun?"

"Gapapa kok. Aku balik ke kamar aja deh."

Pak Shin membungkuk dan Yohan mulai melangkah meninggalkan beliau. Saat melewati ruang kerja Tuan Lee, Yohan ga sengaja denger suara Nyonya Lee dari dalam. Bukan bermaksud nguping tapi Yohan denger namanya disebut. Makanya dia jadi penasaran.

"Terus sekarang gimana? Kita ga bisa biarin Hangyul suka sama Yohan."

"Lanjutkan saja adopsinya. Dengan begitu Hangyul tidak akan bisa apa-apa," kata Tuan Lee dengan tenang.

"Tapi Hangyul tidak akan menyerah semudah itu! Kita harus pisahkan mereka."

Yohan kaget denger ucapan sang mama. Maksudnya apa? Yohan masih belum paham. Mamanya kini mulai bersuara lagi.

"Sayang, kita batalkan saja adopsinya setelah itu kita mulai pikirkan tentang menjodohkan Hangyul dengan Yeri."

Lagi-lagi Yohan dibikin kaget. Secepat itukah mamanya mengambil keputusan?

"Yohan sudah terlanjur tinggal bersama kita," sahut Tuan Lee.

"Pokoknya aku tidak mau tau! Aku tidak bisa melihat mereka hidup bersama di rumah ini! Bisa-bisanya mereka saling jatuh cinta dan membuatku kecewa?!"

Yohan mundur beberapa langkah hingga dia memaksakan kakinya untuk menaiki anak tangga. Yohan tidak menyangka dirinya akan mendengar hal semenyakitkan itu. Yang bisa dia lakukan sekarang adalah mengurung diri di kamar dan...menangis.



×××



Pagi ini Yohan berangkat sekolah dengan wajah murung. Papanya udah ke kantor sedangkan mamanya pergi entah kemana. Mungkin emang bener proses adopsi Yohan batal secara dia ga dapet kabar apa-apa dari Nyonya Lee sejak semalam. Rasanya tinggal nunggu waktu sampe beliau ngusir Yohan dari rumah.

Bohong kalo Yohan ga sakit hati semisal dia beneran diusir. Bukannya Yohan terlalu berharap jadi orang kaya, dia cuma sedih karena ada banyak kenangan di rumah itu. Yohan ga tau harus gimana kedepannya kalo dia diusir. Mungkin hidupnya bakal mulai dari nol lagi.

Mobil berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Yohan belum juga turun padahal udah nyampe. Dia cuma mau mandangin pak supir karena siapa tau ini adalah kesempatan terakhir Yohan naik mobil bersamanya.

"Makasi pak."

"Iya tuan muda. Semoga hari anda menyenangkan."

Yohan cuma senyum sampe dia bener-bener keluar dari mobil. Langkahnya lemes banget karena tau hari-harinya di sekolah ini tinggal sebentar lagi.

Shine on Me | yohangyul ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang