home

618 129 23
                                    

Chanyeol selalu berharap banyak setiap kali mendengar bel berbunyi. Dia sedang mengetes gitar lamanya yang dia tinggalkan di gudang apartemen tersebut—yang membuatnya kaget, orang-orang yang menyewa rumah ini sama sekali tak berminat untuk mengambilnya, rupanya, padahal dirinya sudah merelakannya.

Dia membuka pintu dengan antusias, masih berharap sosok yang muncul setiap kali dia membukanya adalah perempuan mungil yang matanya selalu berbinar setiap kali dirinya menyambut di balik pintu.

"Hey, bro!"

"My man!"

"Chanyeolie!!"

Chanyeol kewalahan menyambut serbuan pelukan tersebut. "Hei, hei, tenang teman-teman!" Dia masih bisa tertawa meski pada kenyataannya tamu tersebut bukan Wendy. Baekhyun, Jongdae, dan Minseok turut tertawa bersamanya. "Ayo, masuk, semuanya!"

Mereka bertiga berebut tempat di sofa. Chanyeol mengernyit. "Kalian tidak bawa apa-apa, nih?"

"Buat apa? Kau pasti punya banyak makanan yang dibawakan Junmyeon-hyung?" Baekhyun langsung menganggap tempat itu rumahnya sendiri, duduk dengan tangan terentang di punggung sofa dan kaki bertumpu di atas kaki lainnya. "Lagipula, kami mengajakmu untuk keluar. Ya, tidak?"

"Boys' night out," jawab Jongdae dengan mantap.

"Kurasa sekarang sudah jadi men's night out," koreksi Minseok.

"Hyung, kita akan tetap selalu muda setiap kali bersama. Apalagi kami bertiga. Kau saja, deh, yang tua," celetuk Baekhyun. "Kita bersenang-senang, man. Kangen sekali dengan cara seperti itu. Kita mulai dari mana dulu?"

Chanyeol tersenyum kecil. "Tapi aku ... aku ...."

"Tidak mau keluar karena menunggu Wendy?" Baekhyun, meski nadanya bercanda, selalu tahu. "Kami mengerti, Chanyeol-ah. Kami tahu masalahmu. Oleh karena itu, kami mengajakmu keluar untuk bersenang-senang sebentar. Tenang saja, ini bukan di luar batas yang bakal membuat istrimu marah," ucapnya sambil tertawa dan mengibaskan tangan di udara. "Dan ini juga aman untuk Minseok-hyung supaya tunangannya tidak marah."

"Hyung, kau sudah tunangan?" Chanyeol menoleh pada Minseok yang tampak santai-santai saja.

"Calon," tegas Minseok. "Kau, Baekhyun-ah, jangan membuat-buat gosip dulu, dong."

"Oh ayolah, let it go." Baekhyun memukul meja dengan pelan. "Kami mau membantumu rileks sedikit. Pasti capek, huh, jadi suami?" katanya sambil tertawa.

"Masih banyak enaknya, tahu," balas Chanyeol sambil memberengut.

"Ya sudah, apapun itu, ayo pergi!" Jongdae menyimpulkan sambil berdiri. "Hargai dong, teman-temanmu yang ingin melihat senyummu itu lagi. Apa-apaan, sekalinya pulang, wajahnmu galau begitu, kelihatan sekali capeknya. Ayo." Dia menarik Chanyeol yang pasrah. "Kita naik mobil Minseok-hyung yang baru!"

. . .

Terakhir kali Wendy mengamati ruangan sebelum terpejam, bagian jendela di seberang tempat tidurnya masih cukup terang. Pukul lima, kalau tidak salah.

Sekarang, ketika ia membuka matanya, cahaya itu masih ada, walaupun agak berbeda. Ia mengerutkan kening, lalu berbalik, mengamati jam dengan penglihatannya yang masih agak kabur karena tidur.

Ia butuh waktu untuk memroses apa yang terjadi, karena jam di dinding menunjukkan angka delapan. Ia langsung duduk dengan syok setelah menyadari ia tidur hampir lima belas jam. Lekas-lekas ia membasuh mukanya, lalu keluar dari kamar.

Rumah itu sudah ramai. Junmyeon sudah berpakaian rapi dan sedang merapikan buku-buku pada rak di ruang tengah. Juhyun juga berpakaian semi-formal, warna merah marun. Juhyun sedang menyuapi Jieun yang duduk di kursi khusus untuk bayi, sementara itu pengasuh Jieun mondar-mandir di dalam kamar milik Jieun di seberang ruangan ia berada. Perlahan-lahan, Wendy tersenyum.

perfect tomorrowWhere stories live. Discover now