"Ma," Jeongguk manggil pelan. Sedikit yang Mama tau dari nadanya, kayaknya Jeongguk bakal ngomongin sesuatu yang serius.

"Apa?"

"Jeongguk udah cukup baik belum, sih, buat jadi pasangannya Taehyung?"

Mama natap Jeongguk, anaknya itu ngga sekalipun ngintip ke arahnya.

"Memangnya, apa yang buat kamu ngga yakin kamu belum baik?"

Kali ini, baru Jeongguk natap, matanya nukik sebab gusar, "Gatau, Ma. Gatau. Tapi Jeongguk takut."

"Kenapa?"

"Karena.. ya, Jeongguk takut kalo selama ini perlakuan Jeongguk itu kurang. Mungkin belum sebaik itu, belum sehebat itu. Kadang Jeongguk mikir, udah cukup baik belum Jeongguk ini buat gandengan sama Taehyung. Apalagi, sampai bangun rumah tangga."

"Apa Taehyung pernah nolak dan risih sama perlakuan kamu?"

Jeongguk hening beberapa detik, cuman buat kembali kejadian yang lalu lalu, "Ngga."

"Terus, kenapa takut?"

"Mana Jeongguk tahu isi hatinya. Gimana kalo dia pernah mikir Jeongguk ini ngga sesuai ekpetasi, terlalu kaku, terlalu astaghfirullah buat dia yang subhanallah."

Mama pengen ketawa sama kalimat terakhir Jeongguk, tapi ditahan kuat kuat sampai cuman bisa ngukir senyum.

"Ma, Jeongguk takut."

"Kenapa?"

"Kalo ternyata Jeongguk bukan yang terbaik buat Taehyung. Kalo ternyata yang pantas buat ngejaga dia itu bukan Jeongguk. Kalo yang cocok jadi pendamping hidup dia itu bukan Jeongguk. Jeongguk takut, malah pernah ngga tidur mikirin itu doang."

"Kamuㅡ"

"Lho, Jeongguk?"

Kedua Jeon yang lagi ngobrol segera natap ke calon Jeon.

"Ya?" Jeongguk jawab, buat senyuman halus yang ngapus segala gelagat risaunya tadi. "Udah milih bajunya?"

"Belum!" Taehyung ngentak, dia nge pout tiba tiba. "Bingung yang mana," Katanya, nyodorin dua baju yang dia pegang di tangan, "Tolong pilihin, Maa.."

"Um," Mama ngernyit, sebelum nunjuk kaos longgar di tangan kanan, warna kuning! ucul! "Yang ini?"

Taehyung natap lekat, poutnya belum kelar, matanya masih bolak balik kanan dan kiri. Jeongguk gemas, dia usak kepala Taehyung sambil kekeh pelan, "Yaudah ambil aja dua duanya. Lebih juga gapapa."

"Nah!" Mama jentik jari, "Gitu dong!" Katanya, nepuk bangga pundak Jeongguk sebelum ngambil alih cepet cepet pililihan Taehyung dan numpukinnya ke Jeongguk. "Udah, sana kamu ngantri. Hush hush, Mama mau ajak Taehyung ke tempat lain."

Mata Jeongguk nukik ke Mama, setengah ngga terima. Dilihat Taehyung, yang segera merasa bersalah. "N-ngga usah, kok. Jeongguk nggak perlu repot repot. Aku bisaㅡ"

Bel bucin berdering, "Ngga," Potongnya, "Ngga papa, saya yang ngantri."

Dan langsung, ngga mau dengerin kata yang keluar dari mulut Taehyung yang baru setengah terbuka, Jeongguk jalan buru buru.

"Ngga papa," Mama bilang mastiin ke calon menantunya yang kayaknya sih masih risih.

"Jeongguk marah?"

"Nggak lah!" Mama nyaut, "Mana bisa dia marah sama kamu. Dia kan bucin."

Taehyung ngga milih nanya lagi setelahnya. Langkahnya kini cuman ngikut patuh ke langkah Mama yang ngga tau arah tujuan.

SAJANGNIM? / KVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang