| 25 september, 2019.
| jam 6.16 pagi.
dulu, aku tersesat dan linglung dalam hutan asmara.
biar sebelah pihak, rasanya tetap penuh.
kini, aku masih tersesat.
masih bingung.
—akan kemana perginya pepohonan rasa? dan buah-buah manisnya?
biasanya, dini hari sekalipun, aku siap dengan keranjang buahku, memetik tiga atau empat buat kranberi, atau apel—mungkin pir.
kini, semuanya habis diterpa angin.
tinggal dahan-dahan dan ranting kering,
rumah pohonku telah rusak.
beberapa stok buahku tentu, rusak juga.
yang tersisa hanya akar.
tak berarti, namun susah dicabut. kerap buatku tersandung dan jatuh—kadang sampai menangis, mengingat tanah ini dulu tak seasing ini.
kamu, akarku.
kranberi yang asam itu, kecutnya tak terbalas.
beberapa apel juga masam,
namun masih banyak pir yang manis untuk kita.
atau, untukku?
untukku.
ČTEŠ
belantara | indra pengecap kedua
PoezieKonon, di sini adalah tempat para puisi bersandar sebelum pergi ke Pulau Lupa. Aku menjumpai lalu menulis tentang mereka di sini. Kali ini, aku ingin membagikannya denganmu. ©️ navillerain (sekarang awansariawan), 20XX.