Mianhae (Chapter 14/END)

936 102 29
                                    

     Langit biru yang cerah menyinari pasir pantai yang putih bersih. Desiran ombak menyentuh kedua kakinya dengan lembut. Yoona tengah menatap langit. Mengamati keindahan awan diatas sana. Beberapa ekor burung tampak berterbangan. Kicauannya semakin menyejukkan hati.

     Namun tiba-tiba saja wajahnya berubah sendu. Mata Yoona memerah juga bergetar pelan seakan kaget dengan apa yang tengah ia lihat. Dari sela awan, tampak kedua wajah orangtuanya sedang tersenyum kepadanya. Tergaris jelas raut kerinduan di wajah mereka yang kini mulai memanggil namanya. Ya, mereka terus memanggil namanya seakan memintanya untuk mengikuti mereka.

     Air matanya pun tumpah. Hatinya terasa sakit. Ia merasa bimbang. Tentu ia ingin menghampiri orangtuanya, tetapi sesuatu didalam dirinya seakan sedang berusaha menahannya. Dengan berat hati, Yoona menundukkan kepalanya. Itu adalah penolakan darinya.

     Angin sepoi-sepoi menerpa tubuhnya. Udara dingin pun mulai mengganggunya. Tapi tepat ketika itu, Yoona merasakan sesuatu. Tubuhnya terasa hangat. Seperti, ada seseorang yang sedang memeluknya. Benar sekali. Seseorang memang sedang memeluknya, dari belakang. Orang tersebut memeluknya sangat erat seakan tidak ingin kehilangannya. Dalam sepi Yoona dapat mendengar sebuah bisikan.

     "Tetaplah bersamaku."


--


     Seminggu lebih sudah Sehun menunggu Yoona di rumah sakit. Jika mengingat apa yang dokter katakan, kondisi Yoona sudah mulai membaik. Tapi Sehun harus tetap bersabar karena dokter belum mengijinkan Yoona untuk pulang. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Sehun masih berada dirumah sakit. Masih duduk tenang di samping Yoona.

     Ia genggam tangan Yoona yang tekulai tak bertenaga. Ditatapnya wajah manis itu. Tanpa ia sadari, setetes airmata mengalir begitu saja. Suara gemuruh terdengar hingga menggema diruangan itu. Sepertinya hujan akan turun lagi. Ya, belakangan ini Seoul terus-terusan di guyur hujan dan membuat udara menjadi sangat dingin meski masih berada di musim gugur.

     Masih menggenggam tangan Yoona, Sehun alihkan sejenak pandangannya keluar jendela. Tampak olehnya langit malam yang tengah memperlihatkan kilat yang menakutkan. Sembari menghela nafas lelahnya, wajah sayunya kembali menatap Yoona. Yoona masih menutup mata. Padahal dua hari yang lalu Yoona sudah sadarkan diri. Tapi setelah itu hingga hari ini Yoona kembali tertidur panjang.

    Beberapa hari yang lalu dokter mengatakan, itu adalah efek dari obat yang diberikan kepada Yoona. Gunanya untuk membuat Yoona beristirahat total dan tentunya dapat mengobati infeksi pada organ dalamnya terutama bagian pencernaannya. Bagaimanapun juga Yoona telah menelan racun berbahaya yang syukurnya ditangani cepat—karena polisi dan pihak medis tiba di lokasi pada saat yang tepat.

     Sehun tersentak. Ia lihat jam tangannya. Tanpa ia sadari, 1 jam berlalu begitu saja. Lagi-lagi ia merasa enggan untuk melangkah pergi dari sana. Tangannya yang masih menggenggam tangannya Yoona masih bertaut erat seakan menggambarkan isi hatinya. Tadinya ia sudah mengatakan kepada Mari bahwa dirinya akan tidur dirumah. Tetapi dikarenakan rasa enggan yang terus melekat mantap, Sehun putuskan untuk tidur dirumah sakit lagi. Ya, ini hari ketiga dirinya tidak pulang kerumah—sebelumnya Somi lah yang menemani Yoona disana.

     Mata Sehun berhenti berkedip. Mimik wajahnya mendadak kaku. Ia hanya fokus menatap sesuatu. Tangan Yoona. Ya, ia merasakan sesuatu tengah menggenggam tangannya. Benar bahwa ia memang sedang menggenggam tangan Yoona, tetapi ia merasakan hal lain. Ia merasa Yoona membalas genggaman tangannya. Benar sekali, jari telunjuk Yoona bergerak! Sehun reflek berdiri hendak menekan tombol bantuan. Tetapi genggaman tangan Yoona semakin terasa erat.

Mianhae (COMPLETE)Where stories live. Discover now