Mianhae (Chapter 8)

750 143 7
                                    

     "Mwoya, kenapa kau sendiri? Dimana Yoona?" Tanya Mari cemas, karena hanya Somi seorang disana.
     "Eonni? Eonni belum pulang?—"
     "Apa maksudmu?" Sehun reflek berdiri dari duduknya.
     "Tadi eonni bilang mau pulang duluan.." raut wajah Somi yang kelelahan perlahan tersadar akan sesuatu.
     "Kenapa kau membiarkannya?!! Dia tidak tahu jalan disini!" Bentak Mari.
     "Dia menggunakan taksi, eomma! Dia hanya perlu mengatakan alamat rumah ini. Dulunya dia juga pernah mengantar temannya itu." Somi diam sejenak, tampak tengah berpikir. "tapi, itu sudah 2 jam lalu. Kenapa eonni belum sampai dirumah?" dan Somi ikut cemas.
     "Yak, film apa yang kalian tonton?" Sehun menjadi sangat serius. Somi menunjukkan keterkejutan pada wajahnya.
     "Thriller." Jawab Somi, baru menyadari kesalahannya. Sehun dan Mari langsung menatapnya bringas. Dengan gelisah, Sehun berjalan menuju sebuah meja—tempat dimana ia meletakkan kunci mobilnya—lalu bertanya dengan amarahnya yang tertahan.
     "Kalian nonton dimana?"



--



     Yoona melangkah lesu melewati barisan pertokoan yang tak berujung. Tadinya dia lebih dulu meninggalkan Somi—yang akan bersantai di kafe bersama teman-temannya. Yoona merasa harus mencari udara segar, usai menonton film pilihan Somi, tidak tahu mengapa ia merasa mual. Dari awal hingga akhir, adegan saling membunuh terus terjadi, tak elak memori kelam itu kembali menghantuinya. Mungkin itulah penyebab kondisi Yoona saat ini. Wajahnya cukup pucat.

     Dari jauh dapat ia lihat sebuah taksi melaju menujunya. Dengan sisa tenaganya ia langkahkan kakinya ke tepi jalan guna menghentikan taksi tersebut. Tapi suatu pemandangan membuatnya tanpa sadar membiarkan taksi itu melewatinya begitu saja. Memangnya apa yang dia lihat?

     Tampak sekumpulan lelaki berbadan tegap dan berwajah sangar, tengah berdiri dihalaman sebuah butik. Gelagat mereka terlihat tidak baik. Dapat Yoona lihat, mereka sudah memasuki butik itu. Sesuatu merangsang ingatannya. Ia merasa mengenal wajah-wajah itu. Karena itu dia memberanikan diri untuk melangkah mendekati butik tersebut.

     Mereka tengah mengamuk didalam sana. Menghancurkan barang-barang didalam butik itu, juga memukul pemiliknya. Yoona sudah berada di depan butik, mengintip dari balik dinding kaca. Ia sama sekali tidak berniat membantu, hanya mencoba mengingat wajah-wajah dari keempat lelaki kekar itu. Terlalu membingungkan, Yoona melangkah mundur dan kembali ke tepi jalan untuk menghentikan taksi.

     Langkahnya terhenti. Matanya reflek fokus pada seorang pria tua yang berada diseberang jalan—tengah duduk santai didalam sebuah sedan bercat hitam. Wajah itu, ia sangat yakin bahwa pria yang ada didalam mobil itu sudah tewas ditangannya 8 tahun yang lalu. Tapi, tidak mungkin kan dia hidup kembali? Lalu siapa pria tua itu?

     Tatapan mereka bertemu. Keduanya sama-sama memperlihatkan tatapan terkejut. Mungkin sama-sama tidak menyangka akan bertemu. Tidak, itu bukan dia, mereka berbeda. Batin Yoona. Pria itu tersenyum padanya, itu sangat mengesalkan. Senyumannya seketika berubah, wajah pria tua itu memperlihatkan kebencian yang amat dalam. Membuat Yoona bergidik ngeri melihatnya.
     "Ayo kita pergi." Sebuah suara yang dilontarkan secara lantang terdengar keras.

     Tentu Yoona mengetahui dari mana asal suara itu. Sialnya, Yoona baru menyadari bahwa dirinya masih berada 10 langkah di depan butik, dan ia tidak memiliki waktu untuk bersembunyi. Tepat ketika ia melihat kearah butik, keempat lelaki itu keluar dari sana. Terlihatlah olehnya wajah-wajah mereka. Ia tersentak pelan. Ia benar-benar merasa pernah melihat wajah mereka. Tidak hanya Yoona, mereka juga tampak terkejut melihat keberadaannya disana.

     Mereka saling tatap seakan sedang meyakinkan satu sama lain. Sedangkan Yoona, dengan debaran jantungnya yang berdebar kacau, ia kuatkan kakinya, perlahan melangkah mundur siap untuk berlari. Mereka tampak melangkah pelan mendekati Yoona sambil terus meyakinkan diri—apakah Yoona orang yang sama dengan kejadian 8 tahun yang lalu—sepertinya begitu. Merasa terancam, tak lagi menahan diri. Dengan sigap Yoona berbalik lalu berlari sekencang mungkin. Mereka mengejarnya!

     Langkahnya bagaikan angin, tampak melayang saking kencangnya. Walau begitu, teriakan keempat lelaki kekar dibelakangnya masih dapat ia dengar. Mereka terus mengejarnya. Yoona sudah mencoba berlari menuju sela-sela pertokoan, tapi mereka tetap saja berhasil menemukan jejaknya. Pusing. Yoona mendadak pusing. Rasa takut serta kenangan kelam itu mengaduk mentalnya. Kontras matanya memerah. Ia merasa takut. Helaan nafasnya, suara langkah kakinya dan isak tangisnya yang tertahan sudah menyatu. Memperlihatkan seberapa kacaunya kondisinya pada saat itu.



--



     Dibalik stir mobilnya, ia terus melayangkan pandangannya ke tepi jalan. Ia sudah memutari daerah sekitar mall sebanyak 2 kali. Berharap dapat menemukan keberadaan Yoona disana. Tanpa sebab, kecemasan didalam dirinya semakin menjadi-jadi. Ia merasa hal buruk sedang terjadi pada Yoona.

     Laju mobilnya sangat pelan, ia bahkan mengamati satu persatu pejalan kaki yang ia lewati. Tangannya menggenggam stir mobil dengan geram. Debaran jantungnya mulai berpacu, ia semakin merasa cemas. Nyiiit!!! Sehun menekan rem dengan sangat mendadak, syukur tidak ada kendaraan dibelakangnya. Mengapa dia melakukan itu? Karena ia telah menemukan Yoona. Tapi, kenapa dia berlari seperti itu? Dan, siapa keempat lelaki yang tengah mengejarnya? Yoona pasti sedang dalam bahaya. Merasa ada yang tidak beres, segera ia putar stir mobilnya. Mencoba mencari jalan pintas yang dapat mempertemukannya dengan Yoona.

     Sehun melewati jalan sempit yang memilik banyak arah. Hanya mengikuti kata hatinya dan terus mengarahkan stirnya dengan penuh harapan. Berharap Yoona baik-baik saja. Nyiiit! Lagi-lagi dia menginjak rem secara mendadak. Nyaris saja menabrak orang. Tunggu. Itu Yoona! Orang yang nyaris ia tabrak ternyata adalah Yoona. Buru-buru ia buka kaca mobilnya.
     "Yak, cepat masuk!" Yoona terlompat kaget mendengar suaranya. Sementara suara keempat lelaki yang mengejar Yoona terdengar semakin mendekat. "palli!" setengah sadar, Yoona berlari menuju mobilnya. Tampak lemas, Yoona masuk kedalam mobilnya. Tepat ketika itu, keempat lelaki yang mengejarnya tiba dihadapan mobil Sehun.
     "Tabrak mereka." Ujar Yoona diikuti deru nafasnya yang tak beratur. Sehun menjadi gugup. Ia tidak pernah melakukan hal menakutkan seperti itu. "kubilang tabrak mereka!" bentak Yoona, ia tampak frustasi dengan situasi itu. Suara keras Yoona membuat kaki Sehun reflek menekan gas. Ia benar-benar menabrak mereka—yang sepertinya berhasil mengelak dan lanjut mengejar. Tapi, kenyataan mengatakan bahwa mobil lebih kencang dari gerak lincah kaki mereka. Ya, Sehun berhasil menyelamatkan Yoona.





Continued..



Mianhae (COMPLETE)Where stories live. Discover now