Rehat

4 0 0
                                    


A short story based on Kunto Aji's song, Rehat. Happy Reading.

          Namaku Sara, 23 tahun belum punya pekerjaan dan masih sendiri. Sudah 2 jam mengunjungi beberapa perusahaan salah satu kota besar sambil membawa tas berisi lembaran surat untuk menjamin masa depanku. Sudah 2 jam juga semangatku bergantian dengan kepasrahanku akan hidup.

            Ingin sekali berkata Tuhan itu jahat, tapi hari ini Ia memberiku udara untuk bernafas. Ingin sekali berkata Tuhan itu tidak adil, tapi berkali-kali Ia memberiku harapan. Apakah Ia sengaja untuk menguatkanku? Atau malah ingin melihatku pasrah? Sudah sering Aku menangis entah kecewa dengan diri sendiri atau malah kecewa dengan Tuhan yang tidak pernah tertebak.

          Hari ini aku menyerah, pulang dengan harapan bahwa lembaran surat tadi benar-benar bisa menjamin masa depanku.

Yang dicari, hilang
Yang dikejar, lari
Yang ditunggu
Yang diharap
Biarkanlah semesta bekerja
Untukmu

           Rehat salah satu mantra andalan Kunto Aji berbisik merdu di telingaku, menenangkan diriku yang sedang duduk dengan banyak harapan di dalam kereta api. Entah apa yang kucari, entah siapa yang mengejarku, tapi rasanya memang lelah sekali. Aaku sangat butuh rehat ,karena yang lelah tidak hanya tubuhku tapi hati dan pikiranku.

~~~

"Jalan-jalan terus deh, enak ya kalau belum kerja!"

           Perempuan tua itu berkata dengan senyum mengembang, bercanda dan sindirannya Ia paketkan agar tidak bertele-tele. Cara yang benar untuk menanggapinya adalah diam dan masuk ke dalam rumah, Ia akan kesal karena hanya dianggap setan benalu.

"Mama, Aku mau rehat."

          Aku hanya berucap tanpa tahu Mamaku sedang berbincang dengan perempuan yang juga tinggal di sebelah rumahku.

"Rehat apaan? Selama ini juga sibuk di rumah terus!"

         Aku tidak menghiraukannya dan berbalik menuju kamar, ruang terbaik penyimpan segala keluhanku. Kubuka dompet hanya tersisa lembaran Kapten Pattimura dengan goloknya, keuanganku menipis seperti harapanku.

~~~

Tenangkan hati
Semua ini bukan salahmu
Jangan berhenti
Yang kau takutkan takkan terjadi

         Pernahkah merasa bahwa ada banyak sekali suara di dalam pikiranmu dengan beragam macam perintah? Pernahkah merasa ingin menangis namun yang terjadi malah berkali-kali menghela nafas?

         Ponsel yang selalu kuupayakan berisi daya penuh nyatanya hanya menguras harapanku akan telepon masuk yang meyakinkan masa depanku. Lembaran surat yang kudapatkan setelah bertahun-tahun belajar, nyatanya menambah beban hidupku.

         Kunaiki kursi dan berdiri di atasnya, memegang seutas tali yang mungkin bisa saja mengambil jiwaku. Bahuku bergetar, mataku berkaca-kaca, Aku tidak sanggup.

Maafkan Aku Tuhan

Aku lupa bersyukur.

~the end~

Song  of LifeWhere stories live. Discover now