Sementara Yohan sedang merayakan ulang tahun bersama Yuvin, Hangyul kelihatan tenang-tenang aja sarapan ditemenin pak Shin. Beliau seneng lihat Hangyul sekarang yang perlahan mau akur sama Yohan. Ga tau aja kalo dibalik semua itu Hangyul punya rencana tersendiri.

"Apa anda sudah memberi selamat pada tuan muda Yohan?"

"Selamat? Emang dia menang apa?"

"Jadi anda tidak tau?"

Hangyul mengangkat satu alisnya, "Pak Shin ngomong apa sih?"

"Sekarang adalah hari ulang tahunnya tuan muda Yohan."

Hangyul langsung keselek jus jeruk yang diminumnya.

"A-apa? Yohan ulang tahun? Sekarang??"

"Iya benar."

"Pantesan dia pergi sama Yuvin. Pak Shin ga perlu ngerayain di rumah. Biar gue yang ngajak dia pergi nanti."

"Tapi nyonya ingin saya membuat kejutan untuk tuan muda—"

"Ga perlu! Biar gue yang urus. Serahin semuanya pada Lee Hangyul, oke?"

Pak Shin rada khawatir tapi ga ada salahnya ngasih kepercayaan ke Hangyul. Ga mungkin Hangyul bakal mencelakai Yohan melihat hubungan mereka akhir-akhir ini yang semakin membaik.




Pukul 20.00

Yohan pulang naik bus dan turun di halte deket rumah. Ga deket banget sih, karena mau ke rumahnya dia harus jalan kaki cukup jauh. Yuvin bersikeras nganterin tapi Yohan ga mau. Dia kan tinggal serumah sama Hangyul sedangkan Hangyul ga bolehin siapapun tau soal itu.

Nyampe depan pagar Yohan kaget karena ada Hangyul yang duduk di atas motor.

"Lama banget baliknya. Mana chat gue di-read doang lagi."

Iya daritadi Hangyul nyepam terus sampe Yuvin heran. Akhirnya dimatiin deh hp-nya daripada bikin Yuvin makin penasaran.

"Lo suka banget gangguin gue," kesal Yohan.

"Iya, gue emang suka sama lo."

Yohan ga peduli. Karena gelagat Yohan mau masuk rumah, Hangyul buru-buru turun dari motornya.

"Jangan masuk dulu. Ayo ikut gue," kata Hangyul sambil nahan lengan Yohan.

"Kemana?"

"Udah ikut aja. Lo ga bakal nyesel."

Ga tau kenapa Yohan malah nurut.

"Nih pake," kata Hangyul nyerahin hoodie tebal warna soft pink ke Yohan supaya ga kedinginan. Ukurannya gede banget sampe tangan Yohan ga keliatan.

'Imutnya...' batin Hangyul.

"Pake ini juga." Sekarang Hangyul ngasi helm ke Yohan.

Hangyul pun naik ke motornya duluan lalu memberi kode ke Yohan supaya ikut naik.

"Serius kita naik motor?" tanya Yohan ragu secara ini motor gede yang jok belakangnya lebih tinggi. Otomatis posisi mereka nanti bakalan...

"Iya naik aja."

Lagi-lagi Yohan cuma bisa pasrah dan nurut naik ke motor Hangyul.

"Pegangan yang erat."

Yohan ga tau harus pegangan di mana jadinya dia megang pundak Hangyul. Hangyul senyum karena baginya Yohan lucu banget.

"Pegangan tuh di sini," kata Hangyul sambil ngarahin tangan Yohan supaya megang pinggangnya.

Meskipun sebelumnya mereka pernah ciuman, tetep aja hal kayak gini bikin Yohan mikir dua kali. Bisa-bisanya dia nurut sama apa yang Hangyul bilang.

Shine on Me | yohangyul ✔Where stories live. Discover now