Bab 1

47K 3.3K 73
                                    


" Della sayangku, cintaku, my baby." Aku memutar bola mata begitu mendengar suara cempreng Leni. Tanpa menolehpun aku paham kalau suara itu milik Leni, dan benar saja detik berikutnya tangan Leni sudah nangkring di pundakku.

Saat ini aku sedang berjalan menuju lobi kantor tempatku bekerja. Leni adalah teman satu devisi denganku. Kami sangat dekat karena meja kami bersebelahan.

" Pagi Della." Sapanya centil sambil menoel daguku.

" Paan sih Len." Aku menepis tangannya.

" Kamu kenapa sih?"

" Aku lagi bad mood. Mending kamu diem daripada kusumpel mulutmu pake mi ayam tumini."

" Mi ayam tumini? Mauuuu!" Kali ini Leni justru memonyongkan bibirnya lebay.

" Len, asli. Aku lagi bad mood." Leni langsung diam dan mimik wajahnya mulai serius.

" Radit berulah lagi?" Tanyanya seperti paham isi pikiranku.

" Aku sama Radit udah putus."

" Putusss?"

Leni langsung menarikku menuju kursi panjang yang ada di halaman kantor. Masih ada setengah jam sebelum jam masuk kantor dimulai.

" Kok bisa sih Dell? Bukannya kalian saling mencintai pake banget ya? Ada masalah? Kok aku nggak tau? Radit selingkuh? Atau kamu yang ketahuan selingkuh?" cecarnya nggak sabaran.

" Jelas bukan aku yang selingkuh!"

" Jadi Radit yang selingkuh?" Aku mengangguk. Ekpresi sedih tak dapat lagi kusembunyikan. Semarah dan sebenci apapun aku sama Radit saat ini, kenyataannya laki laki itu pernah mengisi hatiku selama bertahun-tahun. Tidak mudah untuk aku melupakannya.

" Selingkuh sama siapa? Lo kenal ceweknya?"

" Lo bahkan kenal Len."

" Jangan bilang Radit selingkuh sama Rere?"

Leni melongo tak percaya ketika aku diam saja tak menampik kalimatnya.

" Jadi waktu aku lihat Radit gandengan tangan sama Rere di JCM itu bener dong? Kukira aku salah lihat."

" Kapan kamu lihat mereka?"

" Udah agak lama sih, dua bulan lalu mungkin."

Aku tersenyum getir. Ternyata mereka selingkuh sudah lama. Bodohnya aku masih percaya sama Rere dan terus bercerita tentang Radit padanya.

" Dell, yang sabar ya. Percaya deh, kamu pasti dapat laki-laki yang jauh lebih baik dari Radit." Leni memelukku dan aku membalasnya. Tanpa sadar satu tetes air mataku jatuh lagi.

" Len..."

" Ssst, udah. Nggak ada yang perlu ditangisi. Air mata kamu terlalu berharga untuk sekedar menangisi cowok brengsek macam Radit." Leni ikut mengusap air mataku. " Udah Dell, kamu fokus kerja aja habis ini. Kalau masih mau cerita, nanti malam aku nginep di rumahmu." Lanjutnya.

" Makasih banyak Len. Eh tapi kalau ntar aku lihat Rere gimana?"

" Diemin aja dulu. Pura-pura ngak kenal kalau nggak lagi ada keperluan."

Aku mengangguk. Selebay apapun kelihatannya, Leni tetap sahabatku yang terbaik. Tadinya aku punya Leni dan Rere, tapi sekarang- ah sudahlah.

***

" Dell, laporan penjualan bulan ini udah selesai kan? Boleh aku lihat?" itu suara Mas Doni, si penanggung jawab devisiku.

" Udah mas, ini."

Entire Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang