CHAPTER 2

26 0 0
                                    

Matahari belum lagi tinggi saat motor Ilham terparkir di pekarangan rumahnya yang asri. Laki-laki itu turun dari motornya setelah Hira turun duluan. Saat ditatapnya perempuan itu melepas helmnya, Ilham baru menyadari kalau mata Hira basah.

"Ra?" panggil Ilham memastikan penglihatannya tidak salah.

Hira masih menundukkan kepalanya dan tampak tangannya bergerak mengusap matanya.

"Ra lo kenapa?" panggil Ilham lagi, meraih tangan Hira dan mendongakkan wajah perempuan itu hingga menatapnya. "Bujugilee Cuma karena bolos lo sampe-sampe nangis??? Hahaha lebay amat lo ah," Ilham tergelak menatap mata Hira yang benar-benar basah itu.

"Eh anjing lo ngatain gue lebay. Gini-gini masih punya perasaan gue," protes Hira tidak terima seraya menonjok perut Ilham karena gemas. Sesekali ia mengusap matanya yang masih basah.

"Elah, udah Neng gausah nangis lagi. Tenang kan ada Aa di sini," canda Ilham seraya merangkul bahu Hira dan menuntunnya masuk ke dalam rumah.

"Elo juga yang bikin gue nangis," Hira menepis tangan Ilham yang berada di bahunya dan menjauh dari laki-laki itu.

"Eh ya maap, kan gue Cuma nawarin. Udah deh sini, deket gue lagi,"

"Ogah!" Hira berjalan masuk ke dalam rumah Ilham yang pintunya sedikit terbuka itu seraya mengucap salam.

Hira kemudian duduk di sofa ruang tamu dan mengusap matanya yang tetap basah. Wajah perempuan itu tampak diliputi khawatir walau kejadian di pertigaan itu sudah hampir sejam berlalu.

"Udah deh, dibuat biasa aja kali. Ini lo baru bolos, gue nggak bisa ngebayangin kalo seandainya lo ketangkep basah kabur dari sekolah lewat pager." Ucap Ilham setelah mendudukkan dirinya di dekat Hira.

"Gue belum pernah bolos sebelumnya, Ham," rajuk Hira seraya terisak.

"Iya gue tau. Lo pasti mikir yang macem-macem kan? Itu yang buat lo takut,"

"Terus gue musti gimana?" Hira memutar kepalanya menatap Ilham dengan tatapan nelangsa.

"Tenang, bebasin diri lo. Anggep aja sekarang hari libur. Lagipula lo nggak bosen apa sekolah terus?"

"Ya bosen sih,"

"Yaudah,"

"Yaudah apa?"

"Yaudah—" Dahi Ilham tampak mengerut memikirkan kata-kata yang akan dia ucapkan, "kita ke kamar sekarang aja yuk," lanjut Ilham seraya bangkit berdiri.

"Yaudah ayo," Hira mengikuti langkah Ilham dan berjalan menuju kamar laki-laki itu yang terletak di lantai dua rumahnya.

Sampai kamar, Ilham segera merebahkan tubuhnya di ranjang single bed miliknya yang tampak berantakan dengan selimut yang belum dilipat dan sprei yang tidak pada tempatnya. Laki-laki itu mengeluarkan ponsel miliknya dan memainkannya.

"Gue ketemu nyokap lo dulu kali Ham," ujar Hira yang masih berdiri di pintu kamar Ilham, menatap prihatin akan kondisi ruangan pribadi temannya itu.

"O iya ding, hehe. Lupa gue. Yaudah gih lo temuin Mama, ada di kebun belakang dia biasanya," ucap Ilham tanpa mengalihkan perhatiannya pada ponsel di tangannya.

Hira menghela nafas, menaruh tasnya di lantai kamar Ilham dan turun menemui ibu Ilham di kebun belakang, seperti yang laki-laki itu katakan.

FancleWhere stories live. Discover now