6. Apa Lagi Kali Ini?

228 23 6
                                    

Cerita ini kudedikasikan untuk pembacaku saying yang rajin kirim inbox,  MeyDu_

Maaf terlambat sekali, padahal janji update untuk hadiah ultahmu. Terima kasih untuk support selama ini ya, kudoakan kamu slelalu bahagia, sehat, dan hidup dengan baik. :)


"I like being single. I'm always there when I need me."

—Anonymous—

***

"Saya nggak salah ingat kan, soal kamu itu bukan lagi anak baru."

"Saya sudah jelaskan, Pak."

"Apa selesai dengan penjelasan?"

"Tapi, Pak—"

"Apa ini waktunya kamu untuk mendebat saya, Ra?"

Fara diam, bungkam seribu bahasa mendengar kalimat terakhir Atha. Dia merasa sikap Atha kali ini tidak adil. Mendaprat Fara habis-habisan karena kesalahan data yang tanpa disengaja ketika rapat awal bulan pagi tadi. Fara akui dirinya melakukan kesalahan, tapi sepertinya kali ini sikap Atha berlebihan. Toh Fara juga masih mampu mengatasi bagiannya tadi. Tidak ada kesalahan yang membuat kekacauan fatal rasanya. Rapat tetap berjalan lancar seperti biasanya.

"Kamu paham kan, Ra apa yang saya permasalahkan?"

"Paham."

Sebenarnya Fara malas menyahut, tapi mengingat kalau Atha masih atasannya, Fara memilih untuk menekan egonya hingga dasar dan tetap profesional. Biarpun caranya melihat Atha saat ini, terasa sekali berbeda dari biasanya. Tidak ada sorot mata jenaka, apalagi lontaran candaan nyeleneh.

Selama beberapa waktu, Atha menatap lurus pada Fara sebelum akhirnya menyuruh Fara untuk keluar dari ruangan lelaki itu.

"Lo baik-baik aja, Fa?"

Saat Fara kembali ke kubikelnya, di sana ternyata sudah ada Tio yang menunggunya keluar sejak masuk ke ruangan Atha duapuluh menit lalu.

Fara menunjukan cengiran lebar, "Baik kok, kalem." Ucap Fara meyakinkan, gerak badannya menunjukan kalau dirinya memang tidak terganggung samasekali dengan apa yang tadi dilalui di ruangan Atha. Dan orang yang melihatnya, pasti percaya. Hal itu yang terjadi pada Tio sekarang. Lelaki itumenghela napas lega, kemudian tangannya menyodorkan gelas berisi the hangat yang tadi dibuatnya untuk Fara.

"Nih, awal hari lo kayaknya berat banget ya? Suara Boss sampai kedengeran keluar tadi."

Fara tertawa, tangannya menerima gelas dari Tio. Tapi diam-diam, Fara masih mempertanyakan sikap Atha tadi. Atha belum pernah semarah itu di kantor.

"Mungkin beliau habis obat."

"Yeh, kalau didenger Boss kena semprot lagi, lo!" Tio memperingati, tapi lelaki itu tak urung tertawa juga.

"Biarinlah, biar tumbuh subur disemprot terus."

Tio tertawa mendegar ucapan Fara. Suasana terasa lebih cair dibanding ketika Fara baru saja keluar dari ruangan Atha. Obrolan ringan di sela-sela jam kerja pun terjadi, lalu Tio pamit untuk kembali ke kubikelnya sendiri ketika melihat pintu ruangan Atha terbuka.

Fara tahu kalau Atha baru saja keluar dari ruangannya dan berjalan semakin mendekat ke kubikelnya. Tapi untuk kali ini Fara menolak untuk peduli. Meski tidak dikatakan, ada rasa tidak nyaman yang melanda Fara ketika melihat Atha untuk saat ini. Mungkin perasaan seperti itu akan bertahan sepenjang hari ini. Maka saat Atha melewati kubikelnya, Fara lebih memilih berpura-pura tidak tahu dengan meneguk teh dari Tio yang baru sempat diminumnya.

SingleDove le storie prendono vita. Scoprilo ora