14. Berhak Bahagia

133 14 2
                                    

"Happiness is a gift and the trick is not to expect it,

but to delight in it when it comes."

—Charles Dickens—

***

Satu minggu berlalu setelah Fara menerima lamaran Atha di kantor, tidak banyak perubahan yang terjadi di antara mereka selain intensitas kebersamaan Fara dan Athifa yang semakin sering. Pembicaraan tentang pemukulan yang terjadi antara Atha dan Adrian juga sudah mulai tenggelam dari permukaan. Setelah hari itu Adrian tidak pernah lagi terlihat eksistensinya di sekitar Fara.

Harus Fara akui bahwa dirinya sangat lega dengan fakta itu. Dia bahkan tidak mau repot-repot mencari tahu ke mana lelaki itu pergi, toh memang bukan urusannya dan kalau bisa Fara bahkan ingin hilang ingatan bahwa dirinya pernah mengenal seseorang bernama Adrian.

"Heh! Bengong terus!"

"Rese!" Fara mendelik jengkel, pada Ririn yang justru menunjukan cengiran tidak bersalah. Mungkin merasa senang dengan ulahnya sendiri, berhasil membuat lamunan Fara buyar dengan menyenggol lengan perempuan itu di atas meja yang sedang menopang dagu.

"Abisan bengong mulu, kayak Pak Atha bakal direbut bencong aja."

"Berisik. Kerja sana!"

"Asik, gebetannya Bos sudah berani nyuruh-nyuruh kerja." Alih-alih tersinggung, Ririn malah tertawa dan mencolek dagu Fara demi membuat wajah perempuan itu semakin tertekuk karena jengkel. "'Misi, bu Boss .... " pamit Ririn sengaja, lengkap dengan gesture badan agak membungkuk seolah segan, berjalan kembali ke kubikelnya sendiri yang berada tepat di samping kubikel Fara.

"Rese banget sumpah." Fara menggerutu, matanya masih memerhatikan Ririn yang seolah mendapat kesenangan tersendiri dengan mengganggunya.

Entah dapat kabar dari mana, atau siapa yang mulai menyebarkan rumor pertama kali, tiba-tiba saja Fara sudah dikenal sebagai gebetan Atha sejak insiden pemukulan Adrian. Fara benar-benar tidak habis pikir, tidak tahu provider apa yang mereka pakai sampai sebegitu cepatnya memproses gosip. Tapi Fara bersyukur, hanya sampai sebatas itu yang teman-teman kantornya desas-desuskan. Tidak ada yang tahu kalau sebenarnya bahkan Atha sudah melamarnya.

Fara belum siap. Semisal mereka mengetahui kalau Fara dan Atha memiliki rencana ke jenjang lebih serius, ada saja oknum-oknum yang mungkin mulai mengorek masa lalu mereka. Fara tidak bisa mengantisipasi, informasi atau gosip macam apa yang akan orang-orang sebarkan mengenai dirinya dan Atha. Apalagi Athifa sedang sering berkunjung ke kantor. Gadis kecil itu baru saja bertanya pada Fara apa arti 'gebetan' karena mendengar salah satu karyawan menyebut Fara sebagai gebetan Atha.

Kalau sudah begitu, Fara biasanya melarikan diri dan membiarkan Atha dan segala pengalamannya menjadi Ayah Athifa selama ini, menjelaskan dengan susah payah. Tapi lelaki itu tidak pernah memprotes tindakan Fara, justru kadang Atha datang lebih dulu sebagai malaikat penolong sebelum Fara berusaha kabur dari pertanyaan-pertanyaan ajaib Athifa.

"Tapi ya, Ra ... " Fara melirik Ririn yang tiba-tiba kembali bersuara. Perempuan itu sudah memundurkan kursi yang dirinya duduki demi bisa melihat Fara.

"Apa?" tanya Fara, karena Ririn tidak juga melanjutkan.

"Setelah insiden, Adrian nggak pernah keliatan lagi ya di kantor. Hilang aja gitu dia kayak di telan bumi."

Nah, ini juga sebenarnya yang sempat Fara pertanyakan. Tapi jelas dia sama tidak tahunya dengan Ririn. Jadi yang Fara lakukan hanyalah mengangkat bahunya dengan penuh rasa tidak peduli.

"Dimakan Gorgon, kali." Celetuk Fara asal.

"Siapa di makan Gorgon?"

Fara langsung menoleh, begitu mendengar suara Atha ikut muncul di antar percakapannya dan Ririn. Lelaki itu berdiri di depan kubikel Fara sambil membenarkan lengan kemejanya yang sedikit menutupi jam tangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SingleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang