5

2.4K 117 2
                                    

"Ada apa denganmu, hm?" Key sudah di ruangan tempat Kira ditangani. "Hanya goresan saja, Kak." Kira bersuara santai.

"Lebih berhati-hatilah, Kira. Saat melakukan tugasmu jangan memikirkan apapun," Key menasihati Kira.

Inginnya Kira juga seperti yang Key katakan namun otaknya tidak bisa diajak kerja sama. Bayangan wajah Zelvin dan kekasih Zelvin terus menghantui otak Kira hingga akhirnya dia lengah. Tak ada hal yang bisa memperngaruhi selain dari Zelvin.

"Jangan banyak mengoceh, Kak, ayo kita pulang. Aku benar-benar lelah," Kira turun dari ranjang rumah sakit. Key menghela nafas, beginilah Kira kalau dinasehati.

"Kak, tadi aku melihat Zelvin bersama seorang wanita cantik. Apakah wanita itu yang kakak maksud kekasih Zelvin?" Kira ingin memastikan.

"Ah jadi yang membuatmu tidak fokus adalah Zelvin?" tebakan Key mengena ke sasaran.

"Aku bertanya, Kak, kenapa malah jawab dengan pertanyaan?" Kira mendengus sebal.

"Zelvin tidak pernah membawa wanita lain selain wanita yang tak lain adalah kekasihnya. Kamu tahu sendiri bagaimana setianya seorang Zelvin," Mendengar ucapan Key Kira meringis. Ia tahu seberapa setianya seorang Zelvin.

"Lupakan saja dia, Kira. Carilah pria lain," Key mengatakan ini lagi. "Carikan pria yang lebih baik dari Zelvin. Jika Kakak menemukannya maka aku akan melupakannya," Kira mengatakan itu dengan nada menantang Key. Kira akan melupakan Zelvin jika memang ada pria yang lebih baik dari Zelvin, namun sayangnya sampai detik ini dia belum ketemu. Dan Key sendiri tidak pernah menemukan pria lebih baik dari Zelvin.

"Kenapa Kakak diam? Nyatanya sampai detik ini tidak ada yang lebih baik darinya, bukan?" Kira menatap Key dengan senyuman kecutnya.

"Ah sudahlah, terserah kamu saja." Key dibuat menyerah oleh Kira.

♥♥

"Kamu istirahatlah, Kakak akan kembali ke perusahaan. Pekerjaan Reagan benar-benar menumpuk. Aku ingin sekali tidur tapi Reagan sialan itu tidak mau mengambil alih tubuhnya, katanya dia mau menyiksaku dengan pekerjaan," Mobil Key sudah sampai di depan mansion megahnya.

Kira tertawa geli, "Kak Reagan memang harus melakukan itu, tapi omong-omong kenapa dia ingin menyiksamu?"

"Entahlah, Reagan memang rada-rada gila," Key mencibir Reagan.

"Itu artinya Kakak juga gila mengingat Kakak adalah separuh jiwanya Kak Reagan." Setelahnya Kira tertawa lagi. Key hanya berdecih, ia suka dengan tawa Kira. Ya setidaknya meski hatinya seang terluka Kira tidak terlalu terhanyut dalam perasaannya.

"Sudah turunlah. Kakak ada meeting sebentar lagi," Key membukakan pintu untuk Kira.

"Baiklah, Pak CEO," Kira tersenyum menggoda Key. Key benci sekali dengan sebutan itu, ia lebih suka jadi bos mafia daripada CEO.

"Semoga cepat sembuh, Sayang," Key mengecup kening Kira sekilas.

"Terimakasih Kak. hati-hati di jalan,"

"Hm," Key berdeham pelan lalu masuk kembali dalam mobilnya. Key menyalakan mesin mobilnya, dan melajukannya. Baru beberapa meter Key melajukannya mobilnya berhenti lagi. Mata Key menatap sosok Kara yang tengah berdiri di teras lantai dua. Sama dengan Key, Kara juga menatap Key. Key memberikan sebuah senyuman manis untuk Kara, memang tidak cocok dengan kepribadian Key memang tapi orang yang sedang di mabuk cinta sah-sah saja untuk tersenyum termasuk Key sekalipun. Kara yang melihat senyum Key hanya menatap Key datar tapi ia tidak membalik tubuhnya, ya setidaknya itu lebih baik bagi Key.

Key melambaikan tangannya pada Kara, lalu kembali melajukan mobilnya. Gerbang tinggi mansion Key terbuka, Key melewati jalur berbeda dari jalurnya datang tadi. Baru 100 meter Key meninggalkan mansionnya ia memutar balik laju kendaraannya.

Dark ShadowsWhere stories live. Discover now