Part 1

16.7K 803 5
                                    

"Mbak, maaf. Aku mau minta tolong, bisa ngga?" ucap Desi setelah berbasa basi menanyakan kabar. Dia yang dua hari lalu menelponku untuk ketemuan di sini. Di Cafe Latte.

"Tolong apa?" jawabku.

"Bisa ngga, Mbak ngga ikut campur ngurusin Lala lagi?"

"What! Maksud kamu apa?"

"Maksudnya biar Lala aku yang ngurusin, Mbak ngga usah ikut campur lagi," pintanya.

"Kamu cemburu denganku, karena Mas Adi masih sering menghubungiku karena urusan Lala?" tanyaku langsung tanpa basa basi.

Desi adalah istri mantan suamiku. Mas Adi memang masih sering menghubungiku, tapi hanya sebatas urusan anak, tak lebih dari itu.

"Bukan begitu, Mbak. 'Kan Lala sudah ada aku."

"Sudah ada kamu? Oke, tapi apa kamu bisa memperlakukan Lala sama seperti anak kandungmu yang lain? Kemarin, kamu jalan dengan kedua anakmu bareng Mas Adi, yang bukan ayah dari anak kamu, tapi apa kalian juga mengajak Lala?" tanyaku dengan ketus.

Aku sudah mulai geram, ini salah satu saja yang aku tanyakan. Banyak hal yang sudah aku dengar tentang tidak adilnya dia terhadap Lala, dari makan yang dibedakan, kedua anaknya makan dengan lauk yang dibeli dengan jasa antar, sedangkan Lala hanya diberi lauk telur ceplok. Baju anaknya branded, sedangkan baju Lala cuma dibelikan di pasar malam. Bahkan, sampai sekolah yang dia ajukan. Lala ingin di sekolahkan di sekolah biasa, sedangkan kedua anak bawaanya di sekolahkan di sekolah international.

"Atau ngga Lala ikut Mbak, aja."

"Denger, ya, Des. Dari awal saat kamu menggoda Mas Adi,  sebelum ketok palu pengadilan. Aku sudah meminta  baik-baik Lala untuk ikut denganku. Tapi Mas Adi ngga ngijinin, Mas Adi mau hak asuh tetap di dia. Dia ingin dekat dengan putri kandungnya."

"Mantan suamiku tidak pernah ikut campur dengan urusan anak-anaknya," kilahnya.

"Apa bapaknya anak-anakmu ikut biayain hidup mereka?" Desi hanya diam saja. Ya, aku tahu. Mantan suamiku 'lah yang membiayai mereka semua.

"Denger, ya, Des. Lala anak kandungku. Sedangkan kamu cuma ibu tirinya. Kamu boleh mengambil Ayahnya Lala dariku. Tapi kamu ngga bisa menyingkirkan Lala dari ayahnya, hubungan darah itu lebih kental!" Bentakku sambil menunjuk ke arahnya, setelah itu aku pergi meninggalkannya, sebelum amarahku lebih tak terkendali.

Kalau aku mau, dari dulu bisa mengambil Mas Adi kembali. Namun, permintaan rujuknya ngga aku terima, karena dari dulu aku belum siap atau tak akan pernah siap untuk berbagi suami.

Teringat dulu saat pertama kali Desi dibawa ke rumah, dia tampak baik dan sayang dengan Lala, itulah sebabnya saat itu aku memilih mundur. Hingga akhirnya, kebaikan yang ditunjukkan Desi, ternyata hanya topeng.

Sekarang, penyesalan yang aku rasakan. Sebisa mungkin aku berusaha untuk merebut Lala dari hak asuh Mas Adi.  Memiliki penghasilan tetap dan  memberikan perhatian kepada Lala seperti dulu, saat aku masih menjadi istri ayahnya.

Istri Mantan SuamikuTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon