Chapter 2

8.8K 373 20
                                    

"Baiklah, kamu bisa percaya padaku" ucap Bryan setelah terdiam.

"Benarkah?? Siapa namamu?? Namaku Charissa. Ce ha a er i es es a" Charissa memperkenalkan dirinya dengan semangat.

"Panjang sekali namamu." ucap Bryan sambil tersenyum.

"Aku hanya mengejanya. Namamu siapa?"

"Bryan. Be er ye a en" ucap Bryan sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya. Charissa pun hanya terdiam melihat senyuman lelaki itu sampai tak sadar dia melamun memandang wajah lelaki itu dan mengabaikan uluran tangannya.

"Hai... Hallo..." Bryan melambaikan tangannya di depan wajah Charissa karena Charissa tak menanggapi uluran tangannya dan malah melamun.

Charissa yang tersadar pun merasa malu dan tiba-tiba salting. Untuk menutupi kesaltingannya dia justru tertawa terbahak-bahak.

"Hahahaha kenapa kamu juga mengejanya" tawanya sungguh garing karena Charissa memang sedang pura-pura ketawa akibat ketahuan sedang melamun, terpesona dengan Bryan.

"Aku hanya mengikuti cara berkenalanmu saja"

"Aah... Begitu. Bagaimanapun, terimakasih ya, sudah membantuku mencari tempat tinggal"

"Hmm.. Aku pergi dulu"

"Aah.. Iya.. Hati-hati di jalan"

Lalu Bryan pergi meninggalkan Charissa. Ia pun masuk rumah kontrakannya yang baru dan mulai menatanya. Mulai dari baju hingga perlengkapan kuliah. Alat masak dan perlengkapan lainnya sudah tersedia dan siap pakai.

"Oh iya... Nomor telpon!!! Aduuh.. Bodoh, kenapa aku gak minta nomor telpon kak Bryan"

Charissa pun membaringkan tubuhnya karena badannya sangat lelah.

"Kira-kira kak Bryan umur berapa ya? Dia sangat tampan, kulitnya putih bersih, sepertinya dia perawatan mahal. Dia juga sangat pantas mengenakan setelah jas. Kira-kira dia bekerja dimana ya? Apakah dia dosen? Haah... Semoga saja aku di ajar olehnya" Charissa senyum-senyum sendiri lalu memejamkan matanya.

Disaat dia memejam, dia teringat nasihat Bryan untuk tidak mudah percaya seseorang, apalagi yang memberikan nomor HP sekalipun itu orang Indonesia. Bisa saja dia itu penipu. Charissa langsung bangun dan melihat ponselnya. Ia melihat nomor Julian dan hendak menghapusnya.

"Apakah dia seorang penipu?" Charissa ragu-ragu menghapusnya.

"Tapi sepertinya di baik kok" Charissa batal menghapusnya.

"Dia bilang gak pernah ke Indonesia tapi bisa lancar berbahasa Indonesia. Jangan-jangan di berbohong untuk menipuku" Charissa kembali ingin menghapus nomor Julian.

"Tapi dia bilang dia satu kampus denganku, apalagi satu jurusan denganku. Apa iya dia benar-benar ingin menipuku?" Charissa ragu lagi.

"Ah... Gak taulah..." Charissa meletakkan HP nya dan tanpa sengaja menghapus nomor Julian karena tangannya tak sengaja menekan tombol OK saat ada persetujuan menghapus.

Charissa bersiap-siap mandi untuk jalan-jalan sebelum dia aktif masuk kuliah. Dia berdandan cantik dengan make up mahal produksi perusahaan papanya. Setelah selesai dandan, dia mengenakan jaket dan kaos tangan. Karena udara sedang dingin.

Charissa pun jalan-jalan keliling dengan jalan kaki. Benar-benar kota yang indah. Gedung tinggi berjajar-jajar. Rumah makan dan cafe dimana-mana. Charissa tinggal memilih tempat makan mana yang di inginkan.

Setelah Charissa makan dan minum di sebuah cafe, dia berjalan lagi dan mendapati dirinya kebingungan kembali ke kontrakannya. Salah dia tak menghafal jalan yang sudah dia lewati. Dia pun kebingungan harus ke kanan atau ke kiri, terus berjalan atau kembali. Bahkan naik taksi pun percuma karena dia belum mengenal nama daerah tempat tinggalnya. Ia pun hampir menangis. Ditambah udara sangat dingin.

Forbidden LoveWhere stories live. Discover now