Abang Marah-Marah

2.2K 257 157
                                    

Baru tiga hari sekolah, Tin udah sibuk banget. Kemarin dia ikut seleksi tim basket. Untungnya hasilnya langsung diumumkan sore itu juga, dan Tin terpilih sebagai salah satu anggota baru.

Tin sih sudah tau kalau dia bakal masuk, skillnya tidak pernah mengecewakan. Yang Tin nggak tau, prosedur untuk mendaftar ekskul di sekolah barunya ini panjang dan berbelit. Tadi pagi Tin udah bolak balik ke coach, wali kelas, dan waka kesiswaan untuk mendaftarkan namanya dan menyerahkan berkas.

Menurut Mark, karna Tin anak baru makanya urusannya ribet. "kalo lo masuknya dari awal, daftarnya kolektif, nggak ribet gini."

Tin ngangguk-ngangguk aja, dia ngantuk, kecapean keliling sekolah dari pagi. Pelajaran selanjutnya adalah mata pelajaran wali kelas mereka, Bahasa Inggris. Ini pertama kalinya wali kelas mereka masuk di semester ini, Tin curiga kalau mereka nggak bakal belajar. Paling bu Agnes sibuk ngebahas keperluan kelas dan ngomelin siswa yang kemarin nilai rapornya jelek.

Bu Agnes masuk tak lama kemudian, dan benar saja, beliau langsung ngomel-ngomel. "Ini yang piket siapa? Sampah di depan sudah penuh kok tidak dibuang di dumpster? Ayo, buang dulu. Hurry hurry!" Salah satu petugas piket berlari kecil keluar kelas untuk mengindahkan perintah bu Agnes.

"Tin duduk dimana?" tanyanya lagi sambil celingak celinguk mencari Tin. Tin menganggkat tangannya, beberapa temannya juga menunjuk dirinya. "Oh, there you are. Itu yang duduk di sebelah Tin siapa? Pete, ya? Pete masih izin?"

"Masih buuukkk," mereka menjawab serempak. "Besok katanya baru masuk bu," sambung salah seorang siswa.

"Ya sudah. Tin, nanti ambil kartu pelajarmu di ruang TU ya, sama surat keterangan eskulmu sekalian."

"Ya, buk."

"Gimana? Setelah kedatangan temen baru, ada yang bully-bully ndak? Baik baik toh?"

"Baik, buk. Kami kan anak manis buk." Dasar anak SMA, hobinya becandain guru mulu.

Bu Agnes senyum-senyum dengerin siswa kelasnya. "Katanya Tin sudah punya pacar ya, yang sekolah disini juga? Siapa pacarnya? anak kelas ini juga, ndak?"

Kelas langsung heboh. Tin abis disuit-suitin. "enggak, buk. Pacarnya Can buk, anak IPA 3."

Seluruh siswa sibuk memberitahu bu Agnes yang mana Can itu. Bu Agnes ngangguk-ngangguk mendengarkan, kemudian memenangkan para remaja yang nggak bisa denger kata pacar dikit aja. "Can yang anak ekskul debat ibu?"

Kelas mendadak heboh lagi. "Iya buk! Yang itu buk, iya yang manis!"

"eciee Tiiin."

Udah nggak jelas apa yang mereka teriakin, yang jelas Tin udah bersemu. Malu dia urusan percintaannya dibongkar ke bu Agnes.

"Sudah-sudah. Pusing ibu denger kalian teriak-teriak," kata bu Agnes setelah kelas agak tenang. "Inget, pacaran boleh, asal tau batas dan tidak melupakan pelajaran. Masa depan tetep nomor satu loh ya."

Tin cengo di kelas, dia mikir ini gimana ngeberhentiin gosip yang udah kepalang heboh begini. Sampe wali kelasnya udah ngira kalau dia dan Can pacaran. Kemarin aja waktu dia, Can dan teman-temannya makan di kantin, Tin dan Can dicengin sama teman-teman sekelas Tin, dan itu Can sampe ngamuk-ngamuk ke Tin. Apakabar kalo Can dicengin sama guru, bisa nggak dapet jatah sebulan Tinnya.

Jatah pergi kencan maksudnya.

Tapi nggak mungkinlah, yakali guru bakal ngeledekin muridnya yang pacaran.

...

Tin nggak nyangka ternyata ledekan teman-temannya di depan bu Agnes berbuntut panjang. Tin pikir nggak masalah bu Agnes tau kalau Tin dekat sama Can, tapi enggak. Bu Agnes jadi alasan pertengkaran pertama Tin dan Can.

AdekWhere stories live. Discover now