Part 2

18.8K 929 37
                                    

Randy menarik nafasnya dalam. Seperti perkiraan Siena, ada yang salah dari sikap Randy. Ia fokus menatap jalan, namun syarafnya terlihat tegang menahan sesuatu.

"Cil," ucapnya dengan hembusan nafas yang begitu berat.

"Besok.. gue nikah," Randy tertawa hambar disitu.

"Kalau gue nggak ngundang lo, maafin gue. Gue emang orang jahat."

Dahi Randy tampak mengkerut. Ada hal besar yang ia pendam sendiri. Yang membuat ia merasa begitu getir dan miris akan hidupnya.

Hidup itu berat. Tak seringan saat kau melihat aku tersenyum. Jutaan belati, sedang menancap di balik punggungku. Tolong aku.. hanya itu kata yang bisa ku ucapkan. Itu pun, ku ucap lirih hanya di dalam hati. Ku harap, kau dapat mendengarku.

***

Aku membuka mataku perlahan. Rasanya, sudah lama aku tertidur. Namun saat aku sadar, dan ku lihat jam di mobil Randy, ternyata hanya 5 menit aku tertidur. Ah, tapi itu cukup untuk menghilangkan kantuk ini.

Aku memperbaiki posisi dudukku. Dan kulihat Randy menoleh dan tertawa geli melihatku. Aku tidak peduli.

"Ngantuk amat lo bocah?" Tanyanya padaku.

Aku mengambil tisu yang ada di mobilnya. Mengusap wajah kantukku yang menyedihkan ini. "Capek, kak Ran. Emang kakak nggak capek ya?" Tanyaku. Kutarik nafasku dalam, dan ku helakan dengan lega.

"Gue mah, dari dulu udah biasa wara-wiri kesana kemari. Udah kebiasa. Ini aja nanti malam gue mau ke Bali." Jawabnya dengan santai.

Mulutku ternganga menatapnya. Ya Tuhan, dari mana ia mendapat tenaga sebanyak itu? Baru tadi pagi kami sampai, setelah melakukan perjalanan yang melelahkan. Dan malam ini ia akan ke Bali?

Aku tahu dia belum beristirahat. Tapi.. dirinya kan manusia. Dia bisa sakit jika terus begitu.

"Nggak capek, kak Ran? Ke Bali mau ngapain?" Tanyaku perhatian. Entah ia berpikir ini perhatian atau kepo, terserah. Tapi, aku sangat mengkhawatirkannya.

"Justru kalau gue diam di rumah, badan gue makin capek. Gue mau surfing di Bali." Jawabnya santai.

Aku menggerjapkan mataku berulang kali. Enak sekali ya jadi dirinya. Mau berpindah kota, gampang sekali. Tapi, apa benar dia tidak lelah?

Ya Tuhan! Aku menutup mulutku menatap Randy. Tidak. Aku menepis apa yang ada di dalam pikiranku.

"Apa, Cil? Lo lihat-lihat gue kaya lihat setan," umpat Randy.

"Kak Ran," untuk pertama kalinya aku memegang pundaknya tanpa beban. "..jangan bilang kak Ran pakai narkoba." Aku terkejut sendiri dengan  apa yang ku katakan. Dan Randy juga terkejut ku lihat.

"Apaan Cil?! Mulut lo!" Sergahnya dengan cepat. "Lo kan tau, dari dulu program kita menggalangkan suara anti narkoba, bebas sampah, menjaga alam. Ya enggak lah. Otak lo kecil amat, kaya badan lo!"

Aku menghelakan nafasku. Aku sangat takut jika bintang kesukaanku ini terjerumus pada hal buruk. Seperti artis-artis lain yang ku lihat di berita infotaiment.

"Ya habisnya, kak Ran kaya nggak ada capeknya. Kaya orang makai." Ucapku dengan polos.

Dia menjitak kepalaku gemas. Membuatku mengaduh. Ah, cukup sakit kurasakan di kulit kepalaku.

"Gue udah 3 tahun bawa program kita. Dan lagi, udah dari dulu gue menjelajah alam. Kata capek nggak ada lagi di kamus gue." Ia mengambil tanganku dan mengguncang tanganku yang lemah.

"Makanya, lo olahraga. Biar stamina lo tuh terjaga. Berenang kek, lari kek, apa gitu. Lembek amat ini badan, kaya tahu." Komentarnya sembari memberi wejangan.

Rembang Si Reba (Celebrity Mistress)Where stories live. Discover now