Taehyung sedikit tolak tangan Jeongguk nyoba ngegapai kepalanya. Kedua tangannya ngedorong dada bidang Jeongguk sedikit kuatㅡngingat gimana badan Jeongguk itu bongsor kotak kotakㅡsupaya kakinya kembali masuk ke apartemennya.

Sedikit buru buru, Jeongguk lepasin pantofelnya. Bingung, tapi nurut aja waktu Taehyung maksa dengan mata yang ngga berhenti nukik.

Baru mau bertanya lagi, tapi dipotong oleh Taehyung yang telapak tangannya sukses penuh menapak di dahinya. Jeongguk lihat, Taehyung berjengit.

"Panas, Jeongguk!" Katanya, sedikit teriak. Lalu, sedikit kasar ngusap segala penuh di pelipis Jeongguk.

"Istirahat!" Taehyung bilang, nekan, seakan ngga mau ada bantahan yang keluar dari mulut Jeongguk.

"Taehyung, saya baikㅡ"

"Baik apanya?!" Katanya, motong seketika.

Mata Jeongguk yang emang sebenarnya berat, pelan pelan ngelirik Taehyung, cowok itu masih nukik, kini bibirnya dimajukan, sedikit kasar ngelepas ikatan dasi di kemeja Jeongguk. Sedikit, Jeongguk nyungging senyum.

"Istirahat sana!" Katanya, lagi.

"Tae, saya baik." Jeongguk bilang, pelan dan halus, seakan pengen meyakinkan Taehyung dengan katanya, walau gagal.

"Kalo Jeongguk bandel, kita ngga jadi nikah!"

Jeongguk cengo. Itu ancaman berat yang mencakup jiwa, raga, dan masa depan indahnya buat masalah kecil yang sepele menurut dirinya.

"Ngga bisa gitu, dong." Jeongguk bilang. Lalu, tiba tiba sedikit berjengit waktu Taehyung masih sekesal itu buat berusaha ngebuka jas hitamnya.

"Taeㅡ"

"Stt!" Taehyung bilang sekejap, nempatin jarinya di depan bibir Jeongguk, matanya nukik sebagai tanda ngga mau nerima bantahan lagi. "Ngga ada bantahan! Kalo dibilang istirahat, ya istirahat. Jangan bandel. Aku gamau Jeongguk makin sakit di kantor kalo kerja!" Lalu, waktu Jeongguk kira tunangannya itu udah selesai ngomel, Taehyung lanjut lagi, "Lagian, apa susahnya istirahat! Tinggal tiduran, nanti aku buatin makannya, obatnya juga udah aku beli, tinggal diminum!"

Jeongguk ngela nafas, akhirnya. Calon suami udah marah, ngga bisa bantah apa apa. Lagian, Jeongguk kan juga mau dimanja sekali kali.

"Iya, Tuan Jeon."

"Byyyy," Jeongguk bilang, nadanya panjang dan lemas alias manja, jemarinya coba meremat kemeja Taehyung.

Taehyung ngela nafas lagi, matanya diputar jengah sebelum nanya ke cowok yang akhirnya bisa dia buat rebahan di kasur, "Apa lagi?"

"Kamu mau kemana?" Jeongguk nanya.

"Ke dapur. Buat makan untuk bayi gede."

Jeongguk nukik, bibirnya sedikit dimajuin, sebagai tanda bahwa dia ngga mau dan nolak. "Sini dulu aja, peluk saya."

"Kamu makan dulu," Taehyung bilang, sedikit nyempetin buat duduk di ujung kasur, sekedar nyibak rambut panjang Jeongguk untuk ngga ngalau penglihatannya, "Abis itu minum obat."

"Pahit ngga?"

"Iyalah pahit, kamu bukan bayi, Jeongguk."

"Tadi katanya bayi gede."

"Gatau, ah!" Taehyung bilang dan segera beranjak buru buru sebelum Jeongguk sempat ngeraih kemejanya lagi, ngabaikan rengekan Jeongguk yang masih lemah rebahan di kasur. Taehyung mendecak, Jeongguk kalo sakit manjanya naik. Berapa lapis? Ratusan!

SAJANGNIM? / KVWhere stories live. Discover now