13

2.5K 226 30
                                    

Hulahalooooooooooooooooooo~ 

jumpa lagi bersama Babang di sinih! *kedip manjah*

Eit, hampir aja lupa. @VirginHaquarsum, this part is dedicated for you!

Enjoyyyy~


<<

Keheningan mencekam seolah tak ada akhirnya. Isti memecah keheningan dengan denting nyaring sendok stainless yang berbenturan dengan bagian dalam cangkir tehnya.

Jonan sendiri seolah tak memedulikan rasa terbakar di bola matanya akibat terus-terusan memandangi undangan biru pastel di hadapannya. "Kamu yakin mau nikah sama dia?" Akhirnya Jonan bisa mengekspresikan keresahan hati yang susah payah dia tahan-tahan. "You only met him twice."

"Dari info yang aku denger selama ini, Rakan orangnya baik. Ayah dan ibuku juga sependapat."

"Tapi itu tetap bukan alasan untuk menyetujui perjodohan dengan dia. C'mon, Is. I thought you're wiser than this."

"Untuk ukuran mantan, kamu kelewat khawatir deh, Jon."

Tapi Jonan nggak langsung menyerah begitu aja. "Aku cuman nggak kepengen kamu menyesal di kemudian hari," ujarnya yang, kalo boleh jujur, sengaja bernada mengancam juga.

Alih-alih terpengaruh, Isti malah membalas dengan senyuman. "Makanya, doain aja ya biar aku bahagia sama Rakan."

"Kalo kamu mau ngasih aku kesempatan dan waktu yang cukup, aku janji bakal nikahin kamu."

Ekspresi di wajah cantik itu langsung berubah seketika. "No. Please don't do that."

"Kamu nggak percaya sama aku?"

"Tentu aja percaya. Tapi aku juga tahu, Jon, kamu punya isu tersendiri terhadap institusi pernikahan. Dengan latar seperti itu, cepat atau lambat menikah justru akan menggerogoti kebahagiaan kamu dan aku juga." Suasana hening lagi. Isti mencoba melotot tapi nggak cukup meyakinkan. Meskipun tersenyum, cowok itu masih saja tampak mengkhawatirkan dirinya. Sesuatu yang membuatnya tersanjung sekaligus nggak nyaman. Apalagi ketika menyadari kedua mata Jonan tertuju lurus-lurus ke arahnya. Membuat Isti sempat lupa kenapa dulu putus dengan cowok itu.

Ah, iya. Jonan Vilokan Jayasurya alergi terhadap komitmen.

Meskipun terbilang berpacaran cukup lama dengan Jonan—dari SMA sampai tahun kedua di bangku kuliah—Isti selalu dirundung firasat kalo hubungan mereka bakal kandas suatu hari nanti. Tanda-tandanya ada di mana-mana; semua rencana kencan mereka harus sesuai dengan jadwal cowok itu, udah gitu masih sering telat juga. Jonan bilang kepengen hubungan mereka berkembang secara natural, tapi beberapa kali terbukti menjadi sumber masalah setiap kali hubungan mereka melangkah ke fase yang lebih serius. Bilang nggak siaplah, masih terlalu muda buat mikirin pernikahanlah. Membuat Isti sering bertanya-tanya, Jonan beneran kepengen hubungan mereka bertumbuh atau nggak.

Jonan juga punya masalah dalam mengekspresikan perasaan cintanya. Boro-boro bilang 'I love you', waktu Isti bermaksud menggandeng Jonan saat jalan-jalan di mall, cowok itu menepis tangannya dengan satu sentakan pelan. Jonan bilang, malu dilihat orang—tapi Isti tahu persis alasan yang sebenarnya.

Syukurnya, selama berpacaran, Jonan sama sekali nggak menduakan dirinya. Tapi keengganannya berhubungan serius mendorong Isti membuat keputusan final untuk relationship mereka: lebih baik putus.

Untungnya, setelah putus mereka masih bisa terus berteman. Bahkan ketika Jonan pindah ke Singapura pun, mereka rajin bertukar kabar via Skype minimal dua kali seminggu. Jonan juga tahu tentang rencana pernikahan ini dari mulut Isti sendiri—yang kemudian bikin cowok itu terbang ke Jakarta dengan penerbangan pertama. Mengajak bertemu di kafe dekat SMA Modern, tempat mereka kencan pertama dulu.

Naifnya, awalnya Isti mengira kedatangan Jonan adalah untuk menyelamatinya secara langsung. Nggak tahunya....

"You're the best ex-boyfriend I ever had, Jon. Jangan lupakan itu." Pernyataan yang nggak dilebih-lebihkan sama sekali. "But what I want right now is a man who isn't afraid to build a family with me. Sesuatu yang bikin Rakan jauh lebih unggul dibandingkan cowok mana pun di hidup aku. Even you."

Terdiam.

Setelah keheningan cukup lama, "Shit. Kayaknya aku bakal patah hati lagi nih karena kali ini bener-bener kehilangan kamu," ujar Jonan, sementara Isti hanya bisa mengangguk, sembari mati-matian meredam gejolak perasaan di dalam dirinya. Sekali saja dia berpikir Jonan bisa berubah, cinta dan sayang yang selama ini dia anggap sudah mati bisa saja berlompatan keluar seperti jamur di musim hujan.

Mencintai seseorang seperti Jonan nggak hanya berisiko, juga nggak bijaksana. Sampai kapan pun dia tetaplah seorang commitment-phobe sementara Isti sendiri bakalan end up jadi pecundang dengan pengharapan sia-sia kalo cowok itu akan berubah suatu hari nanti.

"Hei, aku tuh cuman married, nggak mati. Kita masih bisa terus kontak-kontakan kok—jalan bareng juga boleh. Ajak Fendi juga."

"...."

"Jangan pundung gitu ah, Jon. Kamunya jadi nggak keren."

Akhirnya Jonan mengangguk kecil dan sudut-sudut bibirnya bergerak-gerak membentuk senyuman. "Berarti aku nggak punya pilihan selain mendoakan yang terbaik untuk pernikahanmu dengan Rakan."

"Aku pasti bahagia, Jon—liat aja nanti."

>>



Tubuh Istianasari bercahaya karena membelakangi sinar matahari yang menyeruak dari jendela besar kafe. Tubuhnya sedikit lebih berisi dibanding dengan kali terakhir Jonan bertemu dengannya, dibalut wrap dress berwarna hijau muda dan sepatu senada. Clutch Charles & Keith didekap erat-erat di dada ketika menyadari dirinya mendadak jadi pusat perhatian di tempat itu. Perasaan awkward itu hanya terjadi sesaat karena orang-orang langsung menyambutnya dengan antusias. Malah beberapa kali Isti tampak kewalahan meladeni pelukan hangat dari cewek-cewek segengnya dulu.

"You look fabulous!"

"Ini baru ya? Kayaknya gue baru lihat kemaren di display-nya Haute & Co."

"Anak lo nggak dibawa, Is?"

Semuanya ditanggapi dengan senyuman tipis, yang sontak berhenti ketika menyadari kehadiran Jonan dan Fendi di seberang ruangan. Cewek itu berhenti berjalan, menggunakan waktu jedanya untuk memandang keduanya secara bergantian. Sesaat kemudian, matanya berkaca-kaca. Tanpa suara, cewek itu mengirimkan pesan untuk kedua teman cowok terbaik yang dia punya, "I miss you so much, guys...." 



--

Sampai jumpa mingdep~

Jangan lupa vote dan comment-nya. Dan, btw, pertanyaan yang dari tadi bikin Babang penasaran: apakah lo bakal kayak Isti juga, memilih menikah dengan yang baru dikenal ketimbang menunggu pacarmu sekarang?

Waktu dan curhatnya dipersilakeun lho!


President of United States of Pepperoniland,

CHRISTIAN SIMAMORA


MADE FOR SIN [a #jboyfriend Birthday Project]Where stories live. Discover now