VII

8.9K 926 611
                                    

Haechan merasakan pening pada kepalanya. Melangkah mundur dengan teratur, dia masih menatap Hanwoo yang ada di depannya dengan takut. Tangannya nampak mengepal erat, juga keringat dingin itu mulai membasahi mukanya. Dari situ sudah bisa tergambar jelas jika dirinya sedang ketakutan.

"Mana si bajingan itu? Yang selalu jadi pelindungmu, heh?" Hanwoo berkata dengan nada intimidasi miliknya. Melangkah maju untuk semakin membuat Haechan jadi merasa terancam dan takut.

Haechan menggeleng dengan resah. Matanya mulai melirik tak tentu arah. Ia tak berniat membalas perkataan dari Hanwoo, mencoba menguatkan diri sendiri saja dan mencari celah untuk segera kabur dari pria itu.

Saat ia sudah berbalik dan sudah yakin diri untuk kabur darinya, sedihnya ternyata sudah ada orang lain yang mencegahnya dari belakang. Ia jelas segera membolakan matanya. Pancaran rasa takut itu terlihat dengan semakin jelas. Dia tengah terkepung.

"Ka-kalian mau apa?"

Haechan berucap dengan terbata. Berdiam diri sambil menatap Hanwoo dan teman-teman yang dibawanya itu dengan sangat takut.

Hanwoo mengeluarkan tawa senangnya melihat reaksi takut yang dikeluarkan oleh Haechan. Bersama dengan teman-temannya yang lain, mereka melangkah makin dekat pada Haechan.

"Mau apa? Hanya ingin menyapa, kita sudah lama tak ketemu kan? Tak rindu? Sudah merasa nyaman dengan kehidupan yang baru?" Hanwoo menyindir, sudah berdiri tepat di depan Haechan, menatap sekeliling sebelum memastikan tak ada satupun yang peduli akan eksistensi mereka.

Hanwoo mendorong dahi milik Haechan keras, hingga tubuh gemetar itu agak terhunyung ke belakang dan langsung disambut oleh-oleh teman Hanwoo yang lain dengan dorongan lagi ke kepala belakang anak itu. Teman-teman Hanwoo bersorak ringan, mengatai Haechan lemah, bodoh, jelek, dan lain sebagainya.

Haechan hanya mendunduk semakin dalam saja sambil memeluk tubuhnya sendiri ketakutan. Air mukanya sudah benar-benar nampak pasi, dan bibirnya terus ia gigiti dengan takut.

"Kau tahu, kepergianku adalah untuk kembali dengan membawa sesuatu yang lebih menarik lagi untukmu." Hanwoo menundukkan mukanya, mendekatkannya pada Haechan dan menempeleng kepala milik Haechan dengan ringan sambil setelahnya menertawakannya dengan kencang.

Haechan? Sudah jangan ditanya lagi betapa sangat mengenaskannya keadaannya sekarang. Tubuhnya yang bergetar, mukanya yang pasi, dan bibirnya yang terus ia gigiti, harusnya hal itu sudah cukup untuk menjelaskan soal betapa sangat ketakutannya dia sekarang.

Sudah lama tak menghadapi situasi ini dan dia merasa sangat tak mampu lagi jika harus kembali dihadapkan pada hal ini.

Bermain-main dengan emosi juga sisi sentimentilnya, sudah jelas kini Haechan sangat kalah telak dengan keadaan yang ada. Dia akui dia memang lemah, penakut juga ciut nyali. Dia tak bisa menghadapi Hanwoo, keberanian yang dimilikinya tidaklah akan sampai pada tahap itu. Dia hanya semut kecil tanpa banyak tenaga jika dihadapkan pada sosok Hanwoo yang memang sudah terlahir menjadi predator sejati di piramida kehidupannya.

***

Happy Reading.

Sekeras hati Haechan sudah berusaha untuk tetap tampil dengan senyuman tipisnya juga mencoba untuk tetap terlihat baik-baik saja di mata orang-orang. Dia bahkan juga mampu menanggapi setiap candaan dari Jaemin dengan tawa senang miliknya meski sebenarnya hatinya sedang merasakan sembilu.

Tapi dia tak bisa menampilkan itu. Orang-orang tak boleh tahu soal keadaannya sekarang. Terlebih lagi Jaemin, teman dekatnya ini sudah pasti akan menaruh rasa khawatir yang besar pada dirinya jika dia sampai menampilkan raut muka sedih ataupun murung.

DONT LET ME FALLWhere stories live. Discover now