PD.3

7.8K 417 37
                                    

♥♥♥






Jeans hitam yang sedikit sobekan di kiri kanan lutut serta dalaman kaos berwarna putih ditambah kemeja lengan panjang kotak-kotak hitam putih, kostum yang kukenakan dengan cepat, usai makan. Tak lupa sneacker krem menjadi opsi terakhir saat aku meraih tas kecil yang kusampirkan di pundak kananku.

Rambut panjangku hanya kuikat dengan karet gelang berwarna hitam plus kacamata hitam pun bertengger di hidung yang lumayan mancung.

Hahaha ... berasa pengen jelong-jelong ke Ancol, mah, kalau begini.

Setelah mematut diri ke arah nakas untuk memastikan apakah tak ada yang salah dengan kostum yang kukenakan, aku pun bergegas melenggang ke arah motor yang juga telah kumandikan pagi tadi.

Cuzzz, berangkat ...

Motorpun melaju menembus kelenggangan jalan di hari libur. Sebenarnya bukan perjalanan menuju warung Mak Yati yang lama, tapi acara dandan yang menghabiskan waktu.

Hahaha ... gimana nggak habisin waktu, kalau yang pengen aku temui itu anak dari Mak Yati yang mau dikenalin ke aku. Uh, sumpah ... nervous itu bikin aku malah risih sendiri.

Biar bagaimanapun ini penting juga, lho. Kali-kali aja tuh duda keren kecantol sama seorang Hanni Aryati Syahied, 'kan? Sedikit narsis nggak papa juga kali. Mumpung lagi jomlo dan aku juga nggak kalah manis dari Lucinta Luna malah. Eaaak.

Ekor mataku sedikit terganggu dengan suara klakson yang beruntun berbunyi dari arah belakang motor. Kulirik spion sebelah kanan, sebuah HR-V putih rupanya ingin menyalip. Bola mataku mendelik kesal.

Tuh, mobil nggak tahu kalau aku juga mau lewat jalan ini apa?

Tanpa mau kalah, aku lantas menarik gas motor dan menambah kecepatan agar segera tiba di warung Mak Yati yang telah terlihat pula plang-nya.

Wuuzzz ...

Alhamdulillah, aku pun tiba tak cukup beberapa menit setelah adegan kejar-kejaran tadi. Aku tiba tepat di depan warung Mak Yati yang rupanya tutup, namun ada dua mobil yang terparkir juga beberapa motor. Aku bergegas turun dari motor dan membuka helm. Baru saja aku hendak melangkah, HR-V yang tadi mengejarku berhenti tak jauh dari tempatku berdiri. Keningku mengernyit heran.

Apa mobil itu pengen berurusan denganku? batinku.

"Neng Hanni? Ayook, Neng, masuk sini, Hehehe ..."

Aku menoleh cepat setelah mendengar suara Mak Yati yang menegurku. Ah, semoga aku tidak terlambat. Senyumku mengembang, oh pangsit andalanku.

"Makkk, Hanni terlambat ya?" tanyaku sembari mengembangkan kedua lenganku dan mendekap tubuh wanita yang--masih--dengan--kostum-kebayanya itu.

"Ih, enggak atuh Neng Hanni. Tuh, anak Mak juga baru nyampe," tukas Mak Yati yang menunjuk ke arah HR-V putih yang terparkir tak jauh dari tempatku berdiri.

"Oh. Itu anak Mak?" jelas aku heran dong, ternyata yang ngejar tadi itu mobil anaknya Mak Yati.

Pintu depan terbuka, seorang anak perempuan dengan rambutnya dikucir dua turun. Usianya sekitar tiga tahunan kayaknya. Disusul seorang perempuan dengan dandanan sedikit berlebihan, ikut turun. Lalu dari arah depan sang pengemudi ikut menyusul.

Mataku menyipit. Sepertinya sosok yang sama yang kemarin malam Mak Yati perlihatkan padaku. Deg. Aslinya justru lebih tampan, Esmeralda. Ckckck. Aku menggumam sesaat setelah melihat anak dari Mak Yati tersebut.

Mak Yati lantas melepas tanganku dan bergegas menyambut anak juga cucunya. Aku tertunduk menyadari bahwa aku bukan anggota keluarga mereka. Kutarik napas demi menetralkan perasaanku sendiri. Nasib anak rantau.

PACARKU DUDA TAMPAN [Terbit]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن