"Sebenarnya, aku mulai terbiasa dengan rasa sakit ini. Sikapku selama ini semata-mata biar kita bisa bareng terus, dengan tujuan supaya kamu tidak terlalu mencintaiku. Anehnya, usahaku selama ini sepertinya sia-sia karena kamu ga peduli sedingin apa sikapku."
Resaka terkekeh pelan. Lalu kembali terdiam tanpa melihat kamera.
"Kamu tahu maksudku bicara begini? Sebenarnya aku bersikap begini juga buat kebaikan kamu. Supaya kalau suatu hari nanti kita harus pisah, kamu ga akan merasakan sakit seperti yang pernah aku rasain."
Resaka menarik napas panjang.
"Aku mau... cukup aku aja yang pernah merasakan pedihnya kehilangan. Aku ga mau kamu merasakan hal yang sama karena itu terlalu menyakitkan buat kamu. You might not know that I'm trying to push you away because I might hurt you. Supaya kalau ternyata nyawaku lebih dulu dicabut sama Tuhan, kamu ga akan sedih berlarut-larut."
Resaka melepas kacamatanya sebentar untuk menyeka sesuatu yang tipis di bawah matanya sebelum ia kenakan kembali dan tersenyum ke arah kamera.
Sebelum bicara, Resaka menyempatkan mengeluarkan lidah untuk membasahi bibir.
"Delvita, the only thing that I can give you is just my unstoppable attention towards you. Aku harap apapun yang terjadi sama aku setelah kamu lihat video ini, kamu harus tetap menatap masa depan ya. Kamu harus lulus kuliah tepat waktu jangan sampai kena drop out. Harus bikin papa dan mama kamu bangga."
Resaka terdiam cukup lama sambil menatap kamera. Guling yang Delvita peluk kini sudah basah tidak karuan. Video ini sukses menguras air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESAKA [Terbit]
General Fiction[Sudah Terbit! Ready Stock] "Namanya juga berjuang demi keutuhan hubungan. Bosan dan capek itu wajar, yang penting adalah bagaimana kita mengatasi kebosanan itu supaya tetap tinggal. Kalau bosan lalu pergi, kita nggak ada bedanya sama binatang."...