Serius banget?

"Ayo makan. Itu sup nya udah mateng." Ucap gue sontak membuat mereka menoleh terkejut.

Ini abis pada ngomongin apaan sih?

"Ayo! Kok malah pada bengong?" Lanjut gue.

"Ah! Yeah! Sup! Hahahahah Max laper banget." kicau Max dengan sangat absrud.

Gue meliriknya dengan tatapan bingung

"Gue mau makan, Mas! Iya! Iya! Mau makan. Hahahahahah." ucapnya sambil berlalu menuju meja makan.

Kenapa sih?

Gue berjalan kearah Kinanti, "Kenapa sih?" tanya gue pada Kinanti.

Kinanti hanya mengidikan bahunya.

"Ayo!" Gue merangkul bahunya menuntun dia berjalan menuju meja makan.

"Ayo ayo makan. Ayo Kinanti makan yang bayak." Ibu sangaaaaat ramah pada Kinanti sampai-sampai dia mengambilkan lauk di piringnya Kinanti.

"Yah, sayang banget ya, Ayah di luar kota." Max menyambar.

"Yaudah makan aja sih Max." Ujar gue dengan cepat.

"Dih, Mas Jeff sewot banget coba bu, mentang-mentang tadi istrinya nyaman ngobrol sama aku."

"Hush! Nyaman-nyaman, ngawur aja kamu tuh!" Sulut Ibu.

Kinanti hanya tersenyum pahit saat itu sambil menatap gue dari seberang meja.

Ada apa?

"Ini sup kesuakaannya Jeff." Kata Ibu sambil menuangkan sup itu kedalam mangkuk di sebelah piring Kinanti, "Tapi katanya sekarang sup buatan kamu yang jadi paling favorite." Lanjut Ibu.

Iya. Gue berbohong waktu itu. Sup buatan Kinanti dari mana? Orang dia gak pernah masak buat gue dan gak jago masak juga. Tadi aja kayaknya gimik doang mau bantuin Ibu masak.

Bohong terus lo Jeffrey Aditama. Belom aja lo di kutuk jadi batu.

Kinanti menatap mata gue yang tepat ada di seberangnya itu dengan datar. Iya, gue bersebelahan dengan Max dan Kinanti bersebelahan dengan Ibu. Jadi kami berseberangan.

Gue membalas dengan senyum yang terpaksa. Lalu mulai menghabiskan seluruh makanan yang sudah tersedia di dalam piring gue.

Gak lama sih, karena sekarang gue sudah berada di lantai 2.

Gue seolah sedang bernostalgia pada kamar sederhana yang bertuliskan "Let's Dreaming!" di depan pintunya.

Iya, itu kamar gue.

Kamar semasa bujangan. Kamar yang juga penuh kenangan di dalamnya.

Kamar yang bernuansa serba putih dan abu ini menyimpan seribu kenangan indah dan sejuta kenangan pahit yang membuat gue terdiam mematung ketika melihat sudut dari setiap lekuk kamar ini.

"Rey, maaf tapi aku gak bisa." Gambaran wanita 3 tahun lalu muncul kembali di hadapan gue.

Saat itu rumah memang benar-benar sedang kosong. Hanya ada gue dan wanita ini. Max sudah di U.S sedangkan Ayah dan Ibu sedang pergi ke Solo mengunjungi Mbah Kakung dan Mbah Putri.

Saat itu gue memegang tangan wanita ini dengan sangat erat. Tatapan gue gak pernah berubah sama sekali selama 2 tahun kita berpacaran.

Dan setelah 2 tahun berpacaran, tepat 3 tahun yang lalu, wanita itu memutuskan untuk pergi meninggalkan gue. Di kamar gue sendiri.

"Maaf, Rey.."

"Aku janji gak bakal ngekang kamu lagi. Aku janji bakal support apapun yang kamu lakuin. Aku janji. Tapi jangan tinggalin aku, please. kamu sayang kan sama aku?"

More | JJH ☑️Where stories live. Discover now