al barzanji

1K 19 2
                                    

Malam yang sunyi kini telah berubah menjadi meriah, di setiap mushola terdengar sayup-sayup suara dari speaker. Para wanita melantunkan kitab Al Barzanji. Dengan semangat yang begitu menggelora. Namun apa yang aku lakukan? Aku yang diajak malah menolak dengan keras.

“zy, yuk ke mushola!” ajak syifa. Syifa ini sepupu aku dan kebetulan dia satu majlis denganku jadi kita sering bersama.
“ngapain syif?” tanyaku padanya sebab aku tak tahu mau apa dia mengajakku.
“udah ikut aja!” paksa syifa padaku
“tapi mau ngapain aku kan jadi kepo!” tanyaku yang mulai penasaran padanya
“hai zy, hai syifa jadi nggak ke mushola baca kitab Al Barzanji” Amalia yang baru saja mengambil air wudlu di kamar mandi TPQ, tempatku menimba ilmu. Syifa seketika itu langsung melotot ke arah amalia.
“apa mau Al Barzanji an? Sorry ya aku nggak mau ikut ah” celetukku langsung
“lho kenapa zy?” tanya Awan yang juga baru datang. Dia ini adalah seorang santri di suatu ponpes di luar kota.
“aku gak suka Al Barzanji wan?” jawabku dengan nada tinggi
“emang kenapa zy, zyah yang aku kenal itu gak seperti itu kok. Dia selalu menyukai semua pelajaran yang bersangkutan dengan agamanya, agama islam” oh tidak dia mulai ceramah panjang lebar
“aku gak bisa bacanya, kalimatnya itu beda dari kitab suci Al-Qur’an” jawabku
“kamu itu belum bisa, bukan gak bisa. kamu tahu kan sebelum kita bisa akan suatu ilmu kita harus menyukai imu itu, menyukai gurunya, dan menyukai tempatnya, tahu kan?” Awan pun mulai menginterogasi ketidaksukaanku pada kitab A-barjanji.
“iya aku tahu. Makanya aku gak bisa karena apa? Karena memang aku sama sekali gak pernah menyukainya, aku sama sekali gak tertarik sama Al Barzanji” sahutku. Awan seketika itu bengong aja, dia sama sekali gak nyangka kalau aku bakal ngomonng kaya gitu.

Syifa pun menarik lengan Amalia menjauhiku dan Awan ke tempat yang sepi
“Amalia, kamu itu ember banget sih, kalo semisalnya kamu gak ngomong kalo mau baca kitab Al Barzanji di mushola zyah gak bakalan diinterogasiin sama si Awan” kali ini Syifa sangat marah pada Amalia
“lho kok aku yang dimarahin, kan itu salahnya zyah kenapa dia gak suka sama kitab Al Barzanji” Amalia pun tak kalah sebalnya pada Syifa.
“Tapi kalo kita mengajari dia untuk ke mushola, dia gak bakal pergi kok dari mushola dan lama-lama dia juga bakalan suka sama Al Barzanji”
“tahu ah, aku mau pergi aja ke mushola daripada di sini ngajak orang yang gak mau ke sana” amalia mulai marah

“Zy dengerin aku, aku mau tanya sama kamu!” Awan memantapkan suaranya yang besar
“kamu mau gomong apa? Aku dengerin tapi jangan maksa aku buat nurutin kemauan Syifa! Janji!” aku menunjukan jari kelingkingku
“aku bukan mau ngomongin itu, aku Cuma mau nanya, kamu pernah gak suka sama orang?” tanya Awan dengan serius, aku ya bingung masa ganti topik sih
“pernah, dulu waktu kelas VIII, emang kenapa?” aku yang masih sedikit bingung pun keceplosan
“nah sekarang aku tanya, ketika kamu membenci sesuatu yang disukainya, kamu akan lebih memilih meninggalkannya atau terpaksa menyukainya?”
“ya aku memilih menyukainya lah kan aku suka sama dia! Masa aku harus nentang kesukaan dia, ya meskipun dia pergi meninggalkan aku ke luar negeri, aku gak nyesel telah memilih menyukainya sebab itu yang terbaik untukku” jawabku panjang lebar
“nah sekarang, kamu cinta gak sama Nabi Muhammad SAW?”
“aku sebagai seorang muslim ya harus cinta sama Rosul, supaya nanti aku mendapat syafaatnya nanti” aku yang menjawab agak sedikit curiga pada Awan
“katanya cinta sama Rosul, jadi kamu juga harus suka sama Al Barzanji karena rosul pun suka padanya” kan kecurigaanku benar-benar terjadi
“tap…” awan memotong pemicaraanku
“ketika kamu suka sama manusia biasa, kamu juga menyukai hal yang disukanya padaha kamu membencinya, tapi kecintaanmu pada Rosul tidak sebesar rasa cintamu pada manusia biasa, kamu sungguh kelewatan” air mataku langsung meluncu begitu saja di pelupuk mataku
“aku sungguh benar-benar buka umatnya yang setia” akupun mulai terisak
“sudahlah sebelum terlambat perbaikilah diri dulu. Umur kita siapa yang tahu? Hanya Allah swt. Yang tahu zy!” awan mulai menenangkanku.
“zy besok aku kembali ke ponpesku, kamu jaga diri yang baik-baik ya?” Awan melanjutkan pembicaraannya, kini raut wajahku semakin bersedih
“sekarang siapa yang mau menasihatiku lagi kalau kamu pergi wan?” aku yang merasa bingung
“makanya kamu harus selalu mendekatkan diri pada Allah sehingg Dia lah yang akan menyinari jalan hatimu zy!” Awan kembal menegaskan ucapannya.
“makasih banget ya Wan. By the way kapan kamu pulang?” tanyaku ingin tahu
“berangkat aja belum udah tanya kapan balik zyah, zyah” Awan mulai bercanda “mungkin habis lebaran zy” lanjutnya
“lama juga ya! Aku mungkin bakal kangen banget sama kamu wan” aku sungguh tak percaya
“nanti juga aku bakalan melamar kamu zy” kini wajahnya nampak serius namun aku tak mendengarnya
“apa? kamu ngomong apa wan? Kamu mau ngelamar kerja di mana? Kamu kan masih mondok?” aku yang benar-benar tak mendengarnya
“ah! Tidak zy kamu salah denger kali siapa yang mau ngelamar kerja” Awan yang nampak malu-malu
“yah pembacaan Al Barzanji-nya udah selesai, kamu harus nuggu minggu depan deh! Aku gak bakal denger suara kamu ” awan mengalihkan pembicaraan.
“hoam! Aku ngantuk wan” ngantuk sudah mulai melandaku
“zy, baca AL-Qur’an dulu yuk sebentar, ya hitung-hitung perpisahan kita” ajaknya
“yuk! Sebagai gantinya wan” aku pun naik ke ruang kelasku

Usai membacanya aku pun ketiduran, saat itu awan tengah mengambil air wudlu.
“zy bangun zy kamu mau pulang gak, aku antar yuk!” awan tak bisa menyadarkanku dari alam bawah sadarku
“padahal aku sudah wudlu, gak papa deh aku gendong kamu ya?” aku tak meresponnya kara memang gak dengar, tapi akhirnya aku terbangun, aku pun berjalan gontai karena ngantuk awan memapahku Ditengah perjalanan ada sebuah truk besar yang melaju dengan kecepatan tinggi, awan yang melihat ada truk pun langsung mendorongku dan dia tak sempat menyelamatkan diri pun terpental jauh, aku yang menyadari akan hal itu langsung tersentak dan merhambur mendatangi awan yang berlumuran darah
“AWAAAAAAAAN” teriakku memanggil namanya
“zy, aku ada sesuatu untukmu” dia pun mengambil sebuah kotak di jas kebanggaannya
“apa ini wan, yuk kita harus cepat ke klinik” aku yang masih terisak, namun awan menolakku
“aku udah gak kuat zy, zy I LOVE YOU” kemudian aku menuntunnya mengucap kalimat syahadat membantunya melewati sakaratul maut.

Prosesi pemakaman berjalan dengaan uraian air mata. Tak disangka dia juga menyukaiku. Tapi apa daya maut memisahkan kita ternyata tadarusan yang semalam adalah yang terakhir.
Kubuka perlahan kotak pemberiannya yang telah terhiasi oleh rintikan air mataku, di sana terdapat diarynya, foto-fotonya dan sebuah hadiah kenang-kenangan kitab Al Barzanji.
Kini setiap malam jum’at kusempatkan mengirimkan do’a padanya dan mengenangnya melalui pmbacaan Al Barzanji yang diberikannya. semoga kau tenang di alam sana wan.

kumpulan cerita islamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang