Prologue

319 51 12
                                    

You made flowers grow in my lungs,
and although they are beautiful
I can't breathe

...

"Kau baik, Seongwoo hyung?"

Lonceng yang tergantung di atas pintu masuk berbunyi dering mengisi keheningan sore itu. Angin sejuk yang menghiasi suasana hari itu masuk ke dalam toko bunga kecil di pinggiran jalanan kota dengan tanpa izin.

Ong Seongwoo, pemilik toko bunga tersebut dengan pakaian yang terbalut apron untuk florist itu mengangkat kepalanya. Tangannya bergerak menepuk-nepuk bekas tanah yang mengotori celana panjangnya itu.

"Y-ya? Aku baik-baik saja. Tumben sekali kau datang menghampiriku, Niel. Ada apa?"

Jantung Seongwoo berdegup kencang seiring kata-kata tersebut keluar dari bibir kecilnya. Seonwoo lagi-lagi merutuki hatinya yang bodoh ini. Apakah tidak bisa detak jantungnya ini berdetak dengan normal saja?

Beberapa menit yang lalu ia dengan bodohnya berlari terbirit-birit dari lantai atas toko bunga miliknya karena mendapat panggilan singkat dari sahabatnya melalui telepon. Padahal saat itu ia sedang menata beberapa kiriman baru yaitu bunga edelweiss ungu kesukaannya. Menata buket atau vas bunga dari kiriman terbaru ke tokonya adalah aktivitas yang paling Seongwoo tunggu-tunggu setiap minggu.

Dan bisa-bisanya seseorang dapat membuat Seongwoo menjadikan hal tersebut prioritas keduanya.

Namanya Kang Daniel, sahabat Seongwoo sejak pria itu baru saja mengenal bagaimana cara mengayuh sepeda hingga sekarang, hingga Daniel sendiri sudah memasuki dunia perkuliahan semester akhir.

Seongwoo? Dia tidak melanjutkan pendidikannya, dia memutuskan untuk membuka toko bunga sekaligus merawat neneknya yang kini sedang tidur di kamar lantai bawah.

Padahal tadi sebenarnya Daniel hanya menelepon Seongwoo, bertanya apakah tokonya sedang ramai atau tidak. Sebab Daniel ingin berkunjung.

"Loh? Memangnya aku tak boleh mampir ke sini?" Daniel bergerak menghampiri Seongwoo yang masih memegang lututnya, berusaha mengatur kembali pernapasannya agar kembali normal. "Kau ini seperti baru lari maraton saja, padahal aku cuma ingin berkunjung. Sebesar inikah efek diriku pada hidupmu, Seongwoo?"

'Ya sebesar itu, idiot, kalau otakmu dipoles sedikit saja mungkin kau dapat menyadarinya.'

Seongwoo ingin sekali menjawab seperti itu, namun mana mungkin bukan? Daniel pasti akan tertawa mendengarnya, berpikir bahwa perkataan dirinya tersebut tidak lebih dari sebatas tanda kasih sayang dari sahabat biasa.

Berpikir bahwa perasaan Seongwoo itu hanyalah perasaan sayang yang wajar.

Tidak! Perasaan Seongwoo itu tidak wajar, perasaan Seongwoo lebih dari itu.

Tetapi, Seongwoo mana berani mengatakannya. Jadi, yang pria itu lakukan hanyalah tersenyum kecil.

"Aku hampir saja menghancurkanbeberapa buket bunga mawar gara-gara kau datang, kau tahu?"

Daniel terperanjat, tiba-tiba perasaan bersalah mendatanginya. Ia dengan terburu-buru berjalan mendekati rak dimana bunga mawar dengan berbagai macam corak dan warna berjejer rapi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Roses, and then you [Ongniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang