{ vijf }

53.6K 12.5K 5.3K
                                    

Mungkin hari ini adalah hari tersial yang pernah dialami oleh seorang Lee Haechan.

Bagaimana tidak? Baru saja dia menginjakkan kaki di depan kelas, dia langsung terpeleset karena lantai yang basah akibat baru dipel.

Alhasil, dia jatuh dengan posisi tidak elitnya dan mengundang tawa penghuni kelas.

"Woi Chan, kalo mau santai ya di pantai, bukan di pintu!" Seru Jaemin meledek sebelum tertawa ngakak.

"Aduh, siapa yang ngepel sih?!" Tanya Haechan kesal sambil memegang pinggangnya yang nampaknya encok.

"Gue yang ngepel. Ada masalah?" Balas Jeno dari meja paling belakang dengan nada tidak bersahabatnya.

"E-enggak, g-gue cuma nanya aja." Haechan gelagapan.

"Makanya Chan, jangan suka ngerjain orang. Kena karma kan lo!" Seru Junkyu lalu bertos ria dengan Jihoon dan Jaemin.

"Mampus, siapa suruh ngerjain gue kemaren. Gantian kan lo, haha!" Jihoon tertawa.

Haechan mengerucutkan bibirnya sebal. "Ish, kalian jahat sama Echan. Echan ngam-"

"Berisik."

Tawa seisi kelas kembali meledak. Sunwoo tiba-tiba datang dan langsung menyumpel mulut Haechan dengan kulit pisang yang hendak dia buang.

"Wah, ngajak gelud ya lo, sini maju!" Tantang Haechan setelah menyemburkan kulit pisang yang tidak enak itu.

"Gue berantem sama lo? Cih, gak level."

Wah, ngajak ribut nih.

"Gak level?! Asal lo tau, gue belajar bela diri 7 hari 7 malam tanpa tidur juga tanpa makan dan minum!"

"Serius lo?"

"Ya kagak lah! Gitu aja pake nanya."

Sunwoo mendengus. Karena pusing mendengar cerocosan Haechan dengan suara berisiknya itu, dia kembali menyumpal mulut Haechan.

Tapi kali ini dia menggunakan kain lap yang dia ambil secara asal dari atas meja.

"Udah ya, gue mau ke kantin dulu. Dadah Haechanku, uwu!"

Sunwoo mencubit pipi Haechan dengan gemas. Namun setelah itu langsung dia tampar dan kabur begitu saja.

"Chan," panggil Jaemin sambil menahan tawa.

"Aphwaan?" (Apaan)

"Kain lapnya kan habis Junkyu pake buat ngelap tai cicak."

"ANJER, KENAPA LO GAK BILANG DARI TADI HAH?! PANTES AJA RASANYA GAK ENAK!"


























































Renjun menguap. Matanya sudah setengah watt lagi. Tapi dia belum menemukan tempat untuk tidur yang pas.

Di kelas sedang ramai, kalau di kantin apa lagi. Di perpustakaan mana boleh tidur, kalau di ruang osis lagi banyak orang, sama aja berisiknya.

"Gue numpang tidur di kelasnya Seungmin aja lah. Temen-temen sekelasnya kan pendiem semua."

Renjun akhirnya memutuskan untuk pergi ke kelas Seungmin hanya untuk numpang tidur.

Begitu sampai disana, dia hanya melihat Seungmin yang sedang duduk tenang sembari membaca novel.

"Min, yang lain pada kemana?"

Suara Renjun mengalihkan atensi Seungmin. Dengan cuek dia menjawab, "di perpus, dipanggil Bu Hyuna."

Renjun mengernyit. "Loh, lo sendiri kok gak kesana?"

"Gue lagi gak enak badan."

Renjun mengangguk-anggukan kepalanya. "Btw, gue numpang tidur ya. Ada meja kosong, gak?" Tanyanya.

Seungmin menunjuk meja kosong di belakangnya yang seharusnya jadi mejanya Jisung. Tapi orangnya tidak masuk dengan alasan sakit.

Iya sakit, sakit hati. Tapi pas izin dia bilangnya sakit perut alias diare gara-gara dipaksa makan samyang tiga bungkus sama Felix.

Tapi ada benernya juga sih, dia emang sakit perut.

"Min, kalo ada guru bangunin gue, ya."

Seungmin hanya mengangguk sebagai jawaban.

Renjun yang sudah ngantuk berat menidurkan kepalanya di atas kedua tangannya yang terlipat.

Matanya mulai terpejam. Tapi sedaat kemudian kedua matanya sontak terbuka lebar. Tanpa sengaja tangannya menggebrak meja, membuat Seungmin terkejut.

"Woi, lo kenapa sih?!"

"Ada setan!" Seru Renjun panik sendiri.

"Ck, kirain apaan," decak Seungmin.

Renjun langsung bingung. "Lo gak takut?"

"Ya enggak lah, dia kan temen gue," jawab Seungmin santai.

"Ehh? Lo indigo?"

"Iya, menurun dari ibu."

Renjun bergidik ngeri. Apalagi ketika dia melihat sosok laki-laki yang terbang mengelilingi kelas sambil cekikikan.

"Dia emang iseng, tapi dia baik, kok."

"Baik dari mananya?! Barusan dia hampir nyakar muka gue!"

"Ck, kalo dia bercandanya udah berlebihan, bilang gini, 'Seonho, lo mau gue traktir makanan, gak?' Dijamin auto diem itu setan."

Renjun melongo, dan sosok laki-laki yang sedang terbang itu tertawa keras.

"Orang kaya nih, gue gangguin terus ah. Kan gue bisa minta dia beliin makanan setiap hari."

Renjun bergidik ngeri lagi.

"Oh ya," Seungmin berbalik badan menatap Renjun. "Kalo lo ketemu orang yang rambutnya pirang, lo jauhin dia."

"Ohh, masalah pilihan itu, ya?"

Seungmin menggelengkan kepala.

"Bukan itu aja, ada yang mau nyelakain lo. Jadi gue mohon, jangan pernah pergi sendirian kalo lo masih mau hidup."

Untuk yang entah keberapa kalinya, Renjun bergidik ngeri. Dia merinding.

Bukan karena Seungmin yang mengatakannya dengan nada serius.

Tapi, dia melihat mata Seungmin berubah menjadi merah selama beberapa detik.

Dead or Kill | 00 Line ✓Where stories live. Discover now