04. Dear Love

3K 336 31
                                    

Kemauan Chaca terkabul kali ini. Pagi ini satu rumah dibuat khawatir karena gadis itu demam tinggi, menggigil hingga mengiggau.

Pagi tadi Jiko yang hendak  membangunkan sang kakak dibuat terkejut lantaran melihat Chaca menggigil di bawah selimut tebal serta dilihatnya muntahan di atas ambal berbulu itu.

Jiko yang melihat itu menangis dan berteriak memanggil orang tuannya. Tidak pernahnya Chaca sampai seperti ini kalau sakit.

Dengan sigap sang Ayah menggendong Chaca ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit.

Kepanikan tercetak jelas di wajah ketiganya. Jiko yang memangku Chaca di kursi belakang menahan isakannya melihat kakaknya yang masih menggigil sambil memeras perutnya.

Setelah sampai di rumah sakit, Chaca langsung di tangani oleh dokter jaga yang ada di UGD. Demam-nya yang hampir 40 derajat serta asam lambung-nya naik membuat Chaca menjadi seperti itu. Untung saja langsung di tangani.

"Bun, kak Chaca belum bangun ya?" tanya Jiko yang masih sesenggukan di dekapan sang bunda

"Udah ih kok nangis, kak Chaca nya gak papa juga."

Walaupun Jiko udah SMA terlebih dia sorang pria, ia tidak pernah segan untum mengeluarkan air mata nya. Apalagi masalah keluarha. 

"Kasihan kak Chaca bun, Jimo janji gak bakal bandel lagi deh sama kak Chaca." Bunda tersenyum haru melihat betapa sayang-nya anak lelakinya terhadap sang kakak.

"Yaudah, kita tunggu kak Chaca bangun, ya. Tadi adek dengarkan apa kata dokter, kalau Kak Chaca udah gak papa, jadi tinggal tunggu siumannya aja."

Jiko mengangguk, ia mengelap air matanya sambil menarik panjang ingusnya yang hampir meler.

"Adek udah ngasih tau Doy, kalau Kakak masuk rumah sakit?"

Jisung menggeleng, "Jangan kasih tau bun, biar bang Andra kecarian. Jisung kesel sama bang Andra yang terlalu cuek sama kak Chaca."

Lina memang melihat ke cuekan pada diri Doyandra terhadap anak perempuannya itu. Tapi balik lagi, mungkin memang seperti sifatnya.

"Yaudah, bunda pulang dulu, mau ngambil baju-baju kakak. Jiko disini jagain kakak ya, kalo dah siuman langsung panggil dokter."

Jiko mengangguk, "Bunda hati-hati jangan lupa bawain baju ganti untuk adek juga ya."

"Iya adek. Adek jadi gak sekolah juga."

"Sehari ngebolos gak bikin adek bodoh, bunda."

Lina tersenyum dan mengacak surai Jiko walau harus sedikit menjinjit.

"Yaudah bunda pergi dulu, ayah udah nunggu di bawah."

Setelah bunda pergi, Jiko kembali masuk ke dalam ruang inap Chaca.

----

"Chaca gak masuk lagi, Mark?" tanya Dena yang sedang menyusun barang-barangnya ke dalam tas.

"Ah, enggak. Tadi Jiko nelpon gue, katanya Chaca masuk rumah sakit, gue mau bilang sama lo tapi lupa." jawab Mark yang sudah bersiap untuk keluar kelas karena ini mata kuliah terakhir mereka.

"Jadi sekarang lo mau kesana?"

Mark mengangguk,"Iya. Lo ikut gak?"

"Ya ikut lah gue."

Mereka pun bersama-sama keluar dari kelas. Tetapi baru sampai depan pintu, mereka diberhentikan oleh oknum yang bernama Doyandra.

"Chaca mana?"

Dena menyerengit, "Lo gak tau Chaca dimana kak?"

"Ya kalau gue tau, gue gak bakal nanyak lo."

Mark mendecih, "Lo terlalu cuek sama Chaca bang, makanya lo gak tau dia dimana."

Road Love [End] √ Re-PublishWhere stories live. Discover now