2. Biasa

111 21 0
                                    

Cipp~ cipp~~
Sasa menggeliat di atas kasurnya lantaran silau karena sinar matahari yang menelusup dari balik gorden kamarnya. Perlahan namun pasti, Sasa membuka matanya. Ia mengedarkan pandangannya ke sana dan kemari. Ia mengernyit pelan kala mendapati dirinya sedang tidak berada di kamarnya yang biasa. Ah iya, lupa kalau semalam Sasa tidak tidur di rumahnya atau lebih tepatnya lagi di rumah Hanbin.

Sasa menghela napas sembari beranjak dari posisinya. Ia menengok ke arah jam dinding di kamar apartemennya, jam 12 siang ternyata, batinnya. Masih terlalu awal untuk pulang ke rumah Hanbin karena ia yakin kalau tunangan dari suaminya pasti belum pergi dari rumah itu.

Dengan perlahan, Sasa menuruni anak tangga satu persatu agar sampai di bawah dengan selamat. Ia berniat untuk membuat sarapan untuk dirinya sebab ia sama sekali belum makan dan cacing di perutnya terus saja meronta minta diberi makan.

Sasa membuka pintu kulkas lalu menscan isi kulkas. Sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak padanya. Bagaimana bisa di dalam kulkasnya sama sekali tidak ada makanan? Padahal tadi ia berharap setidaknya ada satu butir telur yang tersisa. Namun karena apartemen ini sudah jarang ditempati, jadi sepertinya wajar saja kalau tidak ada bahan makanan sedikitpun dan itu artinya mau tidak mau Sasa harus pergi makan di luar.

Sasa melangkahkan tungkainya kembali ke kamarnya dengan malas. Ia berniat untuk bersiap siap pergi ke restoran. Tidak mungkinkan ia akan pergi ke restoran menggunakan piyama bergambar kartun we bare bears? Tentu saja tidak. Katakan Sasa gila jika ia berani keluar menggunakan piyama kesayangannya yang sudah buluk itu.

Tidak butuh waktu lama, Sasa sudah selesai dan siap untuk pergi ke restoran. Sasa sekali lagi memperhatikan pantulan dirinya di cermin sambil sesekali berputar. Sempurna!

****
Sasa berjalan sambil sesekali bersenandung mengikuti lagu yang tengah di dengarnya lewat earphone. Iya, saat ini Sasa sedang berjalan menuju restoran terdekat. Sasa memang bukanlah orang yang suka menggunakan kendaraan jika bepergian apalagi jika jaraknya tidak jauh seperti misalnya apartemen yang ia tinggali dan restoran yang berjarak tidak sampai 2 km.

Sasa hendak memasuki restoran tersebut sebelum netranya menangkan seonggok mobil mercy hitam terparkir di depan restoran itu. Mobil itu sama persis dengan mobil Hanbin, tapi— apa yang Hanbin lakukan disini?? Ah sudahlah, mari hentikan pemikiran itu dan segera masuk ke dalam karena perut Sasa sudah tidak bisa menahan rasa lapar yang ia rasakan.

Sasa memilih duduk di satu tempat yang berada dekat jendela, ia melihat-lihat menu yang disodorkan oleh sang pelayan dan memutuskan untuk memesan satu porsi pasta saja. Sudah lama dia tidak memakan makanan khas itali itu.

Tak lama kemudian makanan yang Sasa pesanpun datang, matanya berbinar senang kala melihat makanan itu. Namun, baru saja ia mau menyantap makanan itu, lagi-lagi netranya menangkap sesuatu yang familiar. Bukan, ini bukan mobil melainkan sesosok figur yang sangat dia kenali. Itu Hanbin bersama— tunangannya. Matanya memanas begitu melihat pemandangan itu. Hatinya serasa ditusuk ribuan jarum kala melihat Hanbin dapat tertawa lepas saat berdekatan dengan tunangannya. Berbanding terbalik saat dia sedang bersama Sasa.

Sasa menunduk lalu memejamkan matanya, berusaha untuk menahan air matanya. Sudah biasa. Sudah biasa Sasa memergoki Hanbin 'berkencan' dengan tunangannya. Maka seharusnya ia tidak perlu sampai merasa sesakit ini bukan? Ada apa dengan hatinya? Mengapa hatinya masih saja merasakan sakit yang teramat sangat saat melihat hal seperti ini?

Sasa dengan secepat kilat memakan makanannya, membayar makanannya dan segera beranjak dari tempatnya. Yang ia inginkan sekarang adalah pulang ke apartemennya dan menangis sepuasnya.

Ia berjalan dengan sangat buru-buru. Tapi sangat disayangkan, matanya malah bertubrukan dengan tatapan dingin Hanbin. Ia menatap sepasang mata itu dengan tatapan penuh kesakitan dan kesedihan yang tentu hanya dibalas dengan tatapan dingin milih Hanbin. Dengan cepat, ia memutuskan kontak mata mereka dan segera keluar dari restoran itu.

Sasa berlari ke arah apartemennya. Jarak restoran dan apartemen yang cukup dekat sangat menguntungkannya. Ia jadi bisa cepat sampai apartemen.

Sesampainya di apartemen, Sasa segera masuk ke dalam dan mengunci pintunya. Sesaat setelah mengunci pintu, tubuhnya jatuh, meluruh ke bawah. Ia menangis sejadi-jadinya, hancurlah semua pertahanannya hanya karena seorang Kim Hanbin. Seburuk itukah aku di mata kamu, Hanbin, sampai-sampai kamu melakukan hal seperti ini ke aku?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Haii, terima kasih karena sudah mau membaca cerita saya! Maaf kalau ceritanya kurang bagus dan kurang marik. Saya terima kritik dan saran, jadi jangan sungkan untuk memberi tau saya kalau ada kesalahan ya! Ah, satu lagi, boleh saya minta vote dan komennya? :') terima kasihh. Terakhir tapi tidak kalah penting, semangat untuk hari ini! Aku tau kita bisa lewatin ini semua, akan selalu ada pelangi sehabis badai, percayalah. Stay strong fam! Stay strong iKON! Stay strong iKONIC! ❤️❤️

- lots of loves, Author.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 26, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Forced | KHBWhere stories live. Discover now