(5). Xavier

136 16 0
                                    

Vier tahu, apa yang dikatakan kepada Vale tempo hari akan membuat gadis itu bingung. Mengatakan suka, bahkan ketika mereka baru dua kali bertemu. Jika di pikir memang tak masuk akal, tapi memang begitulah hidup. Terkadang, hal yang di bilang tak masuk akal itu tak selamanya buruk. Jadi, di coba juga tak masalah kan?

Jika datang ke kos Vale adalah usaha pertamanya untuk mendekati Vale dengan cara yang benar, maka yang dilakukannya kali ini adalah usaha keduanya.

Vier, datang ke kampus Vale seorang diri untuk menemui gadis itu. Entah apa yang akan dia lakukan setelah bertemu Vale, Biar itu menjadi urusan belakangan.

Melihat jam yang ada di pergelangan tangan kirinya, Vier sudah menunggu selama setengah jam. Dia berharap akan bertemu Vale di sini, karena dia tentu tak tahu jadwal kuliah gadis itu.

Beberapa mahasiswa lain juga menatap ke arahnya entah karena apa. Mungkin saja, mereka merasa tak pernah melihat lelaki itu di kampus mereka, atau memang karena mereka merasa jika Vier memang tampan.

Dan hukum alamnya, di mana ada orang tampan, makan dia akan menjadi pusat perhatian.

Pucuk di cinta, ulam pun tiba, ketika tak sengaja dia membalikkan tubuhnya, Vale berjalan bersama kedua temannya mendekat ke arahnya.

Vale sebetulnya juga tak tahu jika Vier akan datang ke kampusnya. Namun ketika lelaki itu berada disana, di depannya, dengan tas berada di gendongannya, kedua tangannya di masukkan ke dalam celana, kemudian mata menatap lurus kearahnya, dia sadar jika lelaki itu adalah Vier.

Mendekati lelaki itu, diikuti kedua temannya, Vale berhenti tepat di depan Vier. Yessy dan Reska saling melirik satu sama lain. Mereka pasti penasaran dengan lelaki tampan di depannya.

"Ngapain lo?" Tanya Vale, sekaligus sebagai sapaan. Tak ada basa-basi sama sekali.

"Cari kamu." Jawabnya lugas, tanpa merasa ada pengelakan. Memang begitulah faktanya. "Masih ada jam kuliah, atau udah selesai?"

"Udah selesai." Tapi tadi mau karaokean.

Vier mengangguk. "Baguslah, bisa tunda rencananya? Ada yang mau aku kasih tahu ke kamu." Vale sadar, Vier bukan lelaki yang suka berbasa-basi. Dan itu sama seperti dirinya. Dia katakan saja apa yang ada dalam pikirannya.

"Gue udah terlanjur janji."

"Enggak... Enggak." Itu suara Yessy menginterupsi. "Kalau kalian mau pergi, pergi aja. Kita bisa karaokean lain kali aja." Begitu katanya. Yang mendapatkan senyuman tipis dari Vier.

"Jadi?" Tatapan Vier mengarah kepada Vale.

"Sepenting apa sih?" Entah kenapa, Vale suka sekali mengelak. Padahal ketika dia tak menemukan Vier waktu itu saja, sempat merasa galau.

Vier kembali mengedikkan bahunya. "Sepenting kamu di hatiku?" Jika Vale adalah gadis kebanyakan, mungkin wajahnya akan memerah ketika mendengar ucapan Vier kepadanya. Sayangnya, Vale tetaplah Vale. Bisa mengendalikan situasi dengan sangat baik.

Bahkan, kedua temannya saja, rasanya ingin memekik, saking gemasnya kepada Vier.

"Kita pergi sekarang?" Vier sadar, keberadaannya di kampus ini membuatnya menjadi pusat perhatian. Karena itu, segera menyingkir sepertinya adalah keputusan yang bijak.

Menggangguk, Vale menyetujui. "Oke." Katanya. Dia memberikan kunci motor miliknya kepada Yessy, agar gadis itu bisa memakai motornya untuk pulang.

"Gue pergi dulu." Pamitnya kepada kedua temannya yang diangguki oleh mereka. Vier hanya menggangguk saja tanpa mengatakan apapun.

Kemudian mereka berlalu dari sana yang diikuti pandangan oleh Yessy dan Reska.

"Itu dia yang gue maksud, Res." Yessy tak tahan untuk segera bicara. "Ganteng kan?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ValentineWhere stories live. Discover now