16. iya, hati Taehyung selamanya singgasana Seokjin (end)

2.7K 312 309
                                    

Maafin papa ya Taehyung, sebenernya kamu itu anak pungut.















































Ingin rasanya mendengar kalimat itu terucap dari orang tuanya. Namun yang terdengar saat ini hanya,

"Dokter udah usahain sekuat tenaga, tapi hasilnya, semua ada di tangan Tuhan,"

Masih dini hari, dingin sekali. Taehyung harus menguasai diri sebelum memasuki ruang rawat adiknya.

Pegangan pintu itu rasanya dingin di genggaman Taehyung, ia mendunduk.

Jangan nangis. Jangan nangis. Jangan nangis. Seokjin bakalan marah kalo gue pulang-pulang nangis, bukannya senyum. Batin Taehyung berteriak.

Dengan perlahan, pintu itu dibuka dan ia melangkah masuk. Bau khas rumah sakit yang pertama menyapa indra penciuman, tidak menyenangkan.

Yang pertama dilihatnya adalah tubuh lemah sang adik terbaring di atas ranjang pesakitan dengan selang dan segala peralatan yang ada disampingnya.

Dengan langkah berat, Taehyung mendekat. Pandangannya sedikit teralihkan dengan mesin yang menunjukan detak jantung sang adik. Ia tidak terlalu mengerti hal-hal seperti ini, namun ada garis tidak teratur yang artinya adik kembarnya ini masih hidup.

Masih hidup.

Langkahnya kian berat kala sampai pada sisi ranjang, wajah adiknya hampir tertutup sempurna dengan perban dan masker oksigen.

Matanya terpejam tenang, seolah ia sedang tidur dipeluk oleh malaikat baik.

Taehyung bingung harus apa. Mengatakan sesuatu? Apa mungkin Seokjin bisa mendengarnya? Bisa membuatnya sadar begitu suara dalam yang dirindukan ini menyapa telinga?

Atau Taehyung harus diam saja? Apa gunanya pulang jika begitu.

Perlahan, Taehyung bergumam pelan sembari menggenggam tangan halus milik Seokjin. "Dek, abang pulang. Kamu malah mau jadi snow white ya? Abang bakar rumah sakit nih biar jadi ribut kalo kamu gak mau bangun," kekehnya sendu.

Taehyung diam. Berharap reaksi yang ia sendiri tahu bahwa tidak akan diterima. Seokjin tetap geming.

Kemudian Taehyung duduk di kursi yang disediakan di samping ranjang, lalu menunduk.

"Tadi abang masuk ke kamar kamu," lirihnya, tenaga Taehyung untuk bersuara hilang entah kemana, "Terus baca diary yang judulnya ada nama abang, se sayang itu ya sama abang?" ia mengangkat wajahnya sebentar lalu tersenyum kecil, sebelum menunduk lagi karena matanya terasa perih.

"Semoga kamu gak marah sama abang ya sayang? Tau sendiri abang gampang banget penasaran, inget dong dulu gimana chat kamu aja abang balesin biar kamu gak digangguin?"

Taehyung mendesah pelan. Ia mengamati wajah Seokjin berharap akan ada reaksi, namun tidak ada sama sekali.

"Semua chat dari kamu selama ini, abang baca semuanya," Taehyung kembali menunduk.

Air matanya mulai menetes ke genggaman tangan. Ini sialan. Air matanya tidak bisa dikendalikan. Namun Taehyung segera menghapusnya.

Ia memaksa mengangkat wajah kembali dengan senyum manis, menatap wajah Seokjin.

"Makasih ya dek," suaranya gemetar, tubuhnya juga. "Makasih, selama ini kamu udah mau jadi adek paling baik, paling cantik sedunia. Abang seneng selama ini bisa bareng sama kamu. Semua tentang kamu itu definisi dari bahagia. Abang pikir, kita bisa bareng selamanya dek."

chatting ㅡ taejin [completed]Where stories live. Discover now