Farhan mengangguk. Lelaki itu menutup laptopnya dan memasukkan benda itu ke ransel.

Gadis yang semula memasang tampak jenuh itu kini berubah lebih cerah. "Jadi kan kita nonton?" tanyanya antusias.

Farhan mengedipkan mata, memasang ekspresi terpolos yang ia punya. "Duh, Fik, udah kemaleman kalau mau nonton." Farhan tahu alasannya terdengar tidak masuk akal. Jam padahal baru menunjukkan pukul tujuh. Kemalaman apaan, bahkan para tukang nasi goreng tek tek baru akan berangkat berdagang jam segini.

"Yah, masa kita hari ini cuma belajar doang?" Fika tidak menyembunyikan nada kecewanya. Penantiannya selama tiga jam tadi ternyata sia-sia?

"Gue udah ada janji sama cewek gue." Farhan tahu besar risikonya saat mengatakan hal tersebut. Untungnya Farhan sudah mengantisipasi dan memastikan gelas-gelas di atas meja mereka kosong sehingga Farhan tidak akan pulang dengan keadaan kepala disiram es kopi.

Fika menahan tangis, kecewa karena Farhan tidak sebaik ekspektasinya. "Brengsek. Bilang dong kalau lo punya cewek! Jangan PHPin gue." Fika lalu meninggalkan Farhan yang diserbu tatapan dan delikan mata pengunjung cafe lain.

Farhan tidak peduli. Lelaki itu mengeluarkan ponsel sambil berjalan keluar dari cafe menuju mobilnya. Farhan menekan nomor yang sudah ia hafal di luar kepala, mendekatkan ponsel ke telinga dan menunggu beberapa saat hingga suara di sebrang sana terdengar.

"Nonton, kuy?"

***

"Dari skala 1-100, kira-kira, nonton bioskop berdua cowo sama cowo, film romantis, beli pop corn paket couple, orang bakal mikir kita pacaran berapa persen?"

Farhan mengedikkan bahunya acuh. "Bodo, nanti kalau ada yang bisik-bisik, sekalian gue cium aja pipi lo kali ya biar pada shock?" Tatapannya terpaku pada layar yang sedang menampilkan trailer-trailer film yang coming soon.

Petra berdecak, Farhan bisa kelewat gila kalau dia mau. Jadi Petra hanya bisa berharap tidak akan ada orang yang bisik-bisik soal mereka. Lagian kenapa juga sih Audy mendadak membatalkan rencana setelah tiket dibeli? Lihatlah sekarang dirinya harus terjebak berdua dengan Farhan nonton film romantis.

Tadinya Petra bersikeras untuk mengganti saja film yang akan mereka tonton karena Audy tidak jadi ikut, tapi Farhan ngotot kalau dirinya tidak masalah untuk nonton film cinta-cintaan berdua Petra. Lagipula sayang tiketnya sudah dibeli.

"Pet, lo nggak suka kan sama Audy?" Farhan bertanya di sela-sela adegan membosankan dari film yang mereka tonton. Adegan di mana sang dua tokoh saling bertatapan tanpa mengatakan apapun, Farhan geli melihatnya.

Popcorn caramel yang baru akan mencapai mulut Petra sempat terhenti di udara sepersekian sekon sebelum akhirnya kembali masuk ke dalam cup. Entah kenapa tiba-tiba Petra kehilangan selera. "Kenapa emang?" tanyanya tanpa memandang Farhan.

Farhan mengedikkan bahu, mulutnya sibuk mengunyah nachos. "Nggak tau... tapi kayaknya gue mau deketin Audy?"

"Kayaknya?" Petra mengulangi dengan sedikit penekanan. Tetapi tetap menjaga agar volume suaranya tidak harus membuat mereka berdua ditendang keluar studio.

Farhan mengela napas. Sepenuhnya mengabaikan adegan yang membuat beberapa anak ABG di sebelahnya sampai menahan napas. "Gue males pacaran sama cewek-cewek yang nggak gue kenal luar dalem. Apalagi yang awalnya strangers terus gue ajak kenalan dan deketin abis itu jadian." Tangan Farhan berganti merogoh popcorn milik Petra. "Siapa tau kalau gue pacaran sama Audy, yang notabennya sahabat gue bisa berhasil. Kayak tokoh di film ini."

Petra merasakan suatu gejolak tidak nyaman di dada. Petra ingin mencoba denial dengan meyakinkan diri bahwa itu hanya efek dari suhu rendah bioskop, tapi Petra tidak bisa. Petra tahu itu adalah efek dari perkataan Farhan.

Melihat Petra tidak kunjung merespon pertanyaannya, Farhan menambahkan. "Cuma kalau lo suka... ya gue nggak mau sampai slek. Mumpung gue juga belum naksir Audy."

"Lo nggak naksir tapi mau macarin?"

"Ralat. Belum naksir banget." Farhan kini menghadap ke arah Petra langsung yang juga sedang menatapnya. Ia memasang cengiran jahil khas seorang Farhan. "Bukan nggak sama sekali."

Petra tidak menjawab dan memilih mengalihkan tatapan ke layar bioskop. "Terserah."

"Nanti gue pacaran sama Audy, lo ngambek."

"Pede banget dia bakal nerima lo." Petra menjawab dengan datar. Saat seperti ini Petra benar-benar mirip Bani dan tidak diragukan lagi kalau mereka adalah saudara.

Farhan sendiri sudah terbiasa. Berteman dengan dua orang dari keluarga Hadianputra membuat Farhan kebal dengan segala bentuk ucapan pedas dua lelaki itu. Kalau untuk level kepedasan, Bani lebih juara. Kalau Petra hanya di beberapa moment saja, biasanya kalau moodnya jelek. Seperti sekarang contohnya. Lebih seringnya Petra itu menyebalkan, tetapi tidak segalak Bani.

"Jadi... boleh nggak?" tanya Farhan sekali lagi. Bukan untuk memastikan tetapi lebih karena ingin mengisengi Petra karena sedikitnya Farhan sudah tau arti dari kata terserah yang Petra lontarkan.

Petra menoleh, memasang tatapan super galak yang ia bisa meski sulit karena bentuk wajah Petra tidak mendukung. Terutama matanya. Matanya bulat, kalau dibuka lebar malah jadi tampak lucu menggemaskan. Jadi percuma jika mau sok galak.

"Tinggal bilang nggak boleh, susah banget." Farhan mencibir. "Tapi kalau lo kelamaan nggak ngajak Audy pacaran juga, gue tikung bodo amat."

***
a/n: Kira-kira hubungan mereka bertiga bakal gimana hayo?

Remedy [Sequel of Infinity]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang