2. Allysha

8.9K 658 29
                                    

Hari minggu biasanya dihabiskan dengan bermalas-malasan di rumah oleh sebagian orang, atau pergi refreshing oleh sebagian lainnya. Aku setuju, dan kali ini aku dipaksa untuk pergi menemani Allysha yang minta ditemani untuk membeli sesuatu. Aku tahu bahwa itu hanyalah alasannya saja, dia hanya tidak suka jika aku terus-terusan berdiam diri di kostku, menutup diri dari banyak hal di luaran sana.

"Kak," panggilnya.

"Hm?"

"Nonton yuk!" ajaknya bersemangat.

Aku yang sedang fokus menyetir mengalihkan perhatianku, iya kami naik mobil, Allysha mana mau berpanas-panasan naik motor bersamaku.

"Ada film bagus emang?" tanyaku.

Dia menggeleng. "Nggak tau,"

"Lagian mending kamu nonton sama pacarmu, kakak males nonton isinya orang pacaran semua, bioskop alih fungsi jadi tempat mesum lama-lama," kataku jujur.

Ku lirik sekilas dia memanyunkan bibirnya.

"Dia sibuk," jawabnya terdengar sedih.

Aku terkekeh. "Ya sibuklah, kamu masih bocah pacarannya sama om-om," ejekku.

"Ish dia bukan om-om, dia aja baru 24 tahun," elaknya.

"Kamu 18 tahun," balasku lagi yang membuat dia hanya terdiam.

Akhirnya di sepanjang perjalanan kami menuju mall dia hanya diam saja. Aku mengacak rambutnya gemas.

"Kenapa jadi diem?" tanyaku.

"Kakak ngeselin, masa aku dibilang pacaran sama om-om terus," ketusnya.

"Lah emang sama om-om kan?"

"Tau ah kesel!"

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Aku memarkirkan mobil Allysha. Kemudian mengajaknya turun dan langsung masuk ke dalam mall. Dia selalu bersikap manja saat denganku, seperti sekarang tangannya bergelayut manja di lenganku.

Aku tidak pernah keberatan dengan sikap manjanya ini. Justru aku merasa senang, karenanya, aku benar-benar merasa seperti memiliki seorang adik perempuan.

"Kak," panggilnya kemudian menghentikan langkah.

Aku ikut menghentikan langkahku. "Iya Al?"

"Aku mau main itu," katanya sambil menunjuk timezone.

"Mau main apa?"

"Basket?"

"Boleh," jawabku.

"Ya udah ayo!" ajaknya antusias sambil menarik tanganku.

Aku hanya menggeleng pelan melihat tingkahnya dan dengan senang hati langsung mengikutinya memasuki area timezone. Dia mengeluarkan kartu permainannya kemudian mengisi saldonya. Setelah selesai dia langsung menarikku ke depan permainan basket.

"Gimana kalo kita lomba?" tantangnya.

"Lomba?" tanyaku bingung.

"Iya, yang kalah harus traktir yang menang," katanya sambil tersenyum miring.

"Deal."

"Persiapkan uangmu kakakku..."

•••

Aku tertawa puas melihat Allysha yang cemberut karena kalah saat melawanku. Skor terakhir kami adalah 147 untukku dan 145 untuknya. Sekarang dia sedang mengikutiku berjalan mengelilingi mall, mencari apa kiranya yang ingin ku beli dan dia bertugas membayarnya.

[C]LOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang