07 - PROBLEM

22.3K 2.2K 34
                                    

 Jangan lupa tinggalkan jejak yah💜


🌙🌙🌙


        Liana berjalan dengan pelan melewati lorong rumah sakit yang terlihat sangat ramai. Mungkin karena ini jam besuk pasien. Jadi lorong rumah sakit terisi penuh oleh keluarga pasien yang ingin membesuk.
 
        Aroma yang begitu menyengat membuat Liana membekap mulut dan hidungnya dengan telapak tangan kanannya. Ia berjalan menunduk, untuk menghindari tatapan mata makhluk tak kasat mata yang ada di sekitarnya.

        Tapi sebuah suara kecil yang berasal dari sebelahnya membuat Liana menoleh. Ia sedikit kaget melihat si pemilik suara itu.

         Anak perempuan dengan rambut lurus yang menjuntai, tatapan mata sayu dan wajah yang sangat pucat. Mata anak itu menatap Liana dengan memohon.

        "Kau?" tanya Liana dengan pelan, sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Melihat orang-orang yang berlalu lalang, tapi orang-orang itu sibuk dengan dunianya sendiri. Jadi, kemungkinannya sangat besar untuk tidak melihat ke arah Liana.

        "Bisakah kakak membantuku, aku ingin mengatakan pada ibuku bahwa aku baik-baik saja sekarang. Aku sudah tidak merasa sakit dan aku tidak suka melihatnya bersedih." anak perempuan itu mengatakan kalimat yang membuat Liana berpikir keras.

         Benar, anak perempuan ini sudah meninggal. Terlihat jelas wajahnya yang pucat pasih.

         "Aku, kurasa aku tidak bisa membantu."

        "Kumohon bantu aku kak, aku hanya tidak ingin melihat ibuku larut akan kesedihan."

         Liana menarik nafas pelan. Ia memejamkan mata sebentar. Sungguh ia tidak tahu konsekuensi apa yang akan manusia dapatkan jika membantu makhluk tak kasat mata. Tapi, kali ini Liana tidak bisa menolak. Anak perempuan itu benar-benar butuh bantuan.

        "Katakan padaku, di mana ibumu?"

         Sontak anak perempuan itu berjalan dan Liana mengikut di belakangnya. Anak perempuan itu membawa Liana menyusuri lorong rumah sakit.

          Anak perempuan itu berhenti di depan ruang rawat. Di sana ada seorang wanita yang terlihat menangis dan memeluk dirinya sendiri. Dengan pelan, Liana mendekat dan mencoba berkomunikasi dengan wanita itu.

         "Permisi, apa boleh aku berbicara sebentar?!" suara Liana membuat wanita itu mendonggak dan menatap Liana dengan mata yang terlihat memerah dan bengkak.

         Sudah berapa lama wanita ini memangis? Sungguh Liana merasa tidak tega.

         "Bisakah kau meninggalkan ku sendiri?! Aku sedang tidak ingin di ganggu."

          Liana menggeleng, "Ini permintaan anakmu." kata Liana dengan pelan. Dan wanita itu langsung menatap Liana dengan tatapan mata terkejud.

          "Apa yang kau katakan, nona? Berhentilah mengatakan omong kosong. Anakku, dia meninggalkanku. Bahkan aku belum sempat memberikan kebahagiaan kepadanya, permintaan terakhirnya..., aku tidak bisa mengabulkannya. Jadi bagaimana lagi caraku melanjutkan semua ini?" wanita itu menangis dengan histeris. Tidak peduli dengan orang-orang yang menatap ke arahnya.

          Wanita itu luruh dan terduduk di lantai. Liana merasakan apa yang wanita itu rasakan, hatinya juga ikut bergetar. Liana juga pernah merasakan bagaimana sakitnya di tinggalkan oleh orang yang paling ia cintai untuk selamanya.

        Tapi, tidak dengan seperti ini. Mungkin rasa sedih bisa ada untuk beberapa hari. Tapi pastikan kalian bisa melanjutkan hidup yang lebih baik lagi. Ikhlas adalah pilihan yang terbaik. Jadi terimalah meski itu sulit.

Singularity [ TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang