Chapter 2/3

150 20 1
                                    

Terlihat sosok cantik yang memasuki sebuah club dan melewati dua orang penjaga dengan mudahnya, ia tampak tersenyum singkat pada dua pria penjaga itu dan melenggang masuk tanpa penghalang. Ketika langkahnya semakin masuk kedalam suara degup yang cukup memekakan telinga dan kerja jantung itu terdengar. Ia tersenyum singkat dan mendudukan dirinya di kursi meja bar, bertemu seorang bartender yang sudah menyambutnya dengan senyuman.

"Kau datang?" sapa bartender itu pada gadis cantik yang kini sudah duduk dihadapannya yang memberikan senyuman, "Seperti biasa?" lanjut bartender tersebut.

Gadis itu mengangguk mengiyakan dan melihat-lihat keadaan sekitar, 'tetap sama' yaa tentu saja tempat seperti itu akan terlihat sama. Sebuah tempat yang dianggap buruk bagi orang-orang dan termasuk hati kecilnya, tapi tak ada lagi yang bisa ia tumpahkan segalanya kalau bukan ditempat itu.

[]

Sosok gadis itu masih tertidur lelap di ranjangnya, jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, ia tengah meringkuk dibawah selimut putihnya.

Alisnya berkerut begitu mendengar suara dering ponsel yang tergeletak tak jauh darinya, dengan mata yang masih terpejam, jemarinya meraba-raba seprai berwarna putih gading itu. Alisnya semakin berkerut begitu melihat siapa pengganggunya, deretan nomor yang tak dikenal.

"Nuguseyo?" hal pertama yang dilontarkan gadis itu begitu mendekatkan ponsel putihnya ketelinganya.

'Benar-benar sapaan yang buruk, kau sudah tidur?'

Gadis itu menatap heran screen ponselnya, "Nuguya?" tanyanya setelah kembali menempelkan ponsel itu ke telinganya.

'Baru kemarin sore terakhir kita bertemu kau sudah melupakan suaraku' suara itu kembali mencoba bermain-main dengannya.

"Ya! Jika kau masih tak ingin mengatakan kau siapa, aku akan menutupnya" ancam gadis itu.

'Kim Soeun bisakah bersikap lembut padaku?'

Sosok gadis itu, Kim Soeun menghela nafasnya. Dasar pria gila, rutuk Soeun dalam hati. Baru saja menjauhkan ponsel untuk tak lagi bermain-main dengan pria itu, ia mendengar seruan dari si penelpon.

'Jangan coba-coba untuk menutupnya, aku Lee Donghae' seru pria yang dianggapnya gila tersebut.

Soeun berpikir sesaat, Lee Donghae?

'Jangan katakan kau melupakanku'

"Aku memang lupa" jawab Soeun acuh, terdengar desahan dari pria tersebut.

'Aku pria yang kau temui di perpustakaan dan sekarang kau adalah mentorku' jelasnya

Masih tak ada sahutan untuk beberapa saat, "MWO! LEE DONGHAE!!" Soeun mendudukan dirinya dengan mata membulat.

'Kecilkan suaramu ini sudah malam' seru Donghae begitu mendengar pekikan Soeun

"Salah sendiri kau menghubungiku tengah malam" Soeun kembali menjawab acuh

"Kau ini, besok jam sepuluh aku ke rumahmu"

"Mwo?! Untuk apa?" tanya Soeun.

'Kau kan mentorku—aku ingin kau mengajariku' jelas Donghae

"Mwoya! Bisa-bisanya kau membuat keputusan tanpa persetujuanku terlebih dahulu, kenapa cepat sekali" seru Soeun kesal,

"Mau bagaimana lagi—jadi tak ada pembatalan, aku akan tetap ke rumahmu. Sampai jumpa" Panggilan itu berakhir,

"YA! Lee Donghae!!!" Soeun menggeram kesal karena panggilan itu diakhiri begitu saja oleh pria tersebut, bahkan ia belum kembali melakukan protes.

"Menjengkelkan dia yang menghubungiku dan ia yang mengakhirinya begitu saja—seharusnya aku yang memutuskannya duluan" gerutunya kesal melempar ponselnya ke sofa yang tak jauh darinya dan kembali terlelap.

[3S] Mask (Completed)Where stories live. Discover now