Chapter 1/3

247 27 1
                                    

Gadis itu tak mempedulikan pandangan-pandangan mengejek yang diterimanya, baginya ia berada disekolah itu untuk menuntun ilmu bukan ajang menampilkan kecantikan. Mungkin baginya itu tak penting, tapi bagaimana dengan sekitarnya yang memandang rendah akan sosoknya, diakui penampilan gadis itu memang sangat berbeda, sangat!!! Surai caramelnya yang dikuncir dua, memakai kacamata besar dan bajunya yang tampak kebesaran. Bukankah itu sangat terlihat mencolok dari ratusan siswa lainnya, tapi sebenarnya jika kalian lebih memperhatikannya gadis itu cantik, sangat cantik. Ia memiliki mata yang indah, bibir yang mungil dan ranum, hidung yang mancung, kulit yang mulus bagai porselin, surai caramel yang lembut dan wangi, dan pipinya yang Nampak chubby. Bukankah ia sempurna? Tapi seperti yang sudah dijelaskan diatas, karena penampilannya, kecantikan gadis itu menjadi terhalang dan hanya melihat dari sisi lainnya saja.

Ia memasuki kelasnya, kedatangannya tak memberikan pengaruh pada teman-teman sekelasnya itu. Bagi mereka gadis itu tidak penting, dan lebih memilih melanjutkan kegiatan mereka masing-masing.

Gadis itu duduk disudut ruang terbelakang, yaa..ia memang seperti diasingkan—tapi seperti yang dijelaskan, ia tak peduli..asalkan ia bisa mendapat dan mendengar penjelasan dari para pengajar, itu tak masalah.

Seperti biasanya, ia akan diam dan sesekali mencatat setiap pengajar yang bertugas di kelasnya sedang menjelaskan. Sekali lagi, kemampuan otak adalah diatas segalanya baginya daripada mengandalkan fisik ataupun uang. Ohh sampai terlupa, gadis itu merupakan salah satu murid di salah satu sekolah terkemuka di Seoul, bagaimana ia bisa sekolah disana—tak ada yang tahu, bahkan murid-murid disana menganggapnya sebagai mahasiswa kelas social yang dapat bersekolah disana karena kepintarannya hingga mendapatkan mahasiswa. Gadis itu tak membantah ataupun membenarkan, lagipula tak berpengaruh juga untuk sekolah atau siswa-siwswa disana.

"Soeun-ah boleh aku pinjam catatanmu?" panggilan berbisik itu mengalihkan pandangannya pada sang pengajar. Sosok gadis yang hampir serupa dengannya, walau masih memperhatikan penampilan. Victoria Song, sosok gadis asal China yang kabarnya juga merupakan siswa social.

Gadis yang dipanggil dengan nama Soeun itu mengangguk menyetujui sebelum kembali memperhatikan sang pengajar.

Kim Soeun, sosok gadis yang berpenampilan aneh untuk seorang siswa jaman sekarang, terlihat kuno dan terbelakang. Ia juga dianggap siswa kelas social dan tak ada yang mau berteman dengannya. Bagi mereka, berteman dengan Soeun hanya akan membawa kesialan, salah satunya dijauhi seluruh siswa di sekolah itu. Teman gadis itu hanya satu, Victoria Song—sebenarnya mereka tak benar-benar berteman, hanya saling membantu ketika membutuhkan pertolongan, sisanya mereka akan berjalan masing-masing. Bagi kedua gadis itu tak masalah, mereka ke sekolah itu untuk belajar, mengharapkan apa yang mereka ingin dan capai akan terwujud disana.

[]

Ketika semua siswa lebih memilih kantin ataupun taman ketika sedang beristirahat, Kim Soeun—gadis itu lebih senang menghabiskan waktunya dengan berada di perpustakaan. Tak banyak siswa yang menghabiskan waktu ditempat yang bagi mereka terkutuk itu, bagi mereka tempat itu sebagai hunian oleh siswa-siswi kelas bawah.

Soeun memandang setiap buku-buku yang berjajar rapi di rak-rak yang menjulang tinggi. Mata indahnya bergerak liar menyusuri mencari buku yang diinginkannya. Dapat!! Ia melihat buku yang diinginkannya ada di rak atas sana.

Tap..tap...

Suara injakan lantai oleh sepatu gadis itu, Soeun berusaha menggapai buka yang diinginkannya walau buku itu tampak jauh dari postur tubuhnya. Ia sesekali menghela nafas dan mengembungkan pipinya. Namun hingga menit berikutnya buku itu tak juga berada dalam genggamannya, menghela nafas kembali—hampir putus asa dan juga perpustakaan itu yang Nampak sepi.

[3S] Mask (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang