"Aku bilang enggak ya enggak!"

Lalu gue pergi ninggalin Kak Doyoung sendirian di depan tv.

Tapi sebelum gue masuk ke kamar gue bilang sesuatu dulu kek Kak Doyong.

"Kak." panggil gue.

"Hm? Gajadi marah?" Kak Doyoung noleh ke gue.

"Bukan itu ish! Dibilang ga marah!"

"Iya iya. Kenapa?"

"Kakak kalo ada masalah sama cewek itu selesaiin dulu masalahnya."

Gue nutup pintu kamar dan langsung loncat ke kasur. Teriak di bantal.

Kak Doyoung jadi cowok gak peka banget sih?!

Gatau apa ceweknya marah?!

Udah tau ceweknya marah tapi dibiarin aja! Ditenangin kek apa diapain gitu biar ga marah.

Ugh.

Eh bentar.

Kalo di pikir-pikir lagi, gue kenapa marah ya?

Padahal mantannya cuma nelpon.

Tapi kenapa harus pake kata 'sayang' coba?!

Terus kenapa gue marah kalo mantannya manggil Kak Doyoung pake sayang?

Masa—

"Gue suka Kak Doyoung...?!"

((0,0))

"Hati-hati ya." Kak Doyoung ngusap kepala gue.

"I-iya kak. Duluan." Gue buru-buru lari ninggalin Kak Doyoung.

Jantung gue ga bisa diem sialan.

Masa bener gue suka Kak Doyoung?

Gak! Lo gak boleh Jess!

Lo gak boleh suka sama orang yang pada akhirnya nyeraiin lo. Karena, pada akhirnya yang lo dapatkan hanyalah sakit hati.

"DOR!"

"Eh anjing ayam kaget!"

"Yeuu, jan latah dong!" seru Tzuyu.

"Salah lo ngagetin njing."

"Ya habisnya lo serius amat mukanya. Mikirin apa sih?" tanya Tzuyu.

"Ngga apa-apa. Bukan apa-apa kok. Gak penting."

"Mo bohongin gue lagi?"

Gue diem sejenak sambil ngulum bibir.

"Di kelas aja, nanti gue cerita."

((0,0))

"WOW, WOW, WOW. SUMPAH?!?!"

"Ssstt, jangan keras-keras dong!" ucap gue kesal.

"Oke oke maap."

Gue menghela napas, "Jadi, menurut lo, gimana?"

"Apa? Oh itu— menurut gue sih, iya. Lo emang suka sama Kak Do—"

"Jangan sebut namanya di sini please. Takut ada yang denger kalo lo yang ngomong." kata gue memperingatkan. Tzuyu orangnya tuh ga bisa diem, suaranya keras. Bisik-bisik pun kadang kedengeran.

Dijodohin • Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang