3.The Past

45 5 2
                                    

Seorang gadis kecil berjungkuk dibalik pintu kamar nya. Dia takut, sangat takut. Mendengar suara dua orang yang saling membentak dibalik pintu itu.

Gadis kecil itu berdiri dan mengusap pipi dan matanya yang basah karena air matanya. Dia berjalan kearah sebuah figura yang tergantung di temboknya, lalu melepas figura itu. Terdapat lubang kecil dibaliknya.

"Kakak..." Lirihnya melalui lubang itu. Kamar kakak kembarnya, itu lah yang ada di sebrang lubang di tembok. "Jangan ganggu aku, Carmen. Dan tolong, kita bukan lagi saudara sekarang. Jadi jangan panggil aku 'Kakak'" Jawab kakak nya tegas. Kakak nya masih diam, duduk di meja belajarnya. Membaca buku-buku tebal yang membosankan itu.

Carmen kecil rindu kakak nya yang dulu, yang mengajaknya bermain, yang membelikannya eskrim dan hal menyenangkan lainnya. Carmen ingin berjalan-jalan bersama kakak nya lagi di taman saat sore hari. Tapi ia tau itu tidak akan lagi terjadi.

Drap! Drap! Drap!

Carmen yang mendengar suara langkah berat yang mendekati nya pun cepat-cepat menutup kembali lubang itu dengan figura seperti semula.

"CARMEN! BUKA PINTU NYA!" Bentak seseorang di balik pintu kamar Carmen, dengan langkah gemetar, Carmen membuka pintunya. Itu ayahnya. Ayahnya langsung menarik kasar tangan Carmen.

Ayahnya berhenti di ruang keluarga. "Carmen, be a good girl today for me okay?" Ayahnya menatap tajam Carmen, Carmen hanya mengangguk pelan "Pergi ke rumah di blok depan and do your job!" Tanpa basa-basi, Carmen langsung berlari keluar rumahnya dan mengikuti perintah ayahnya.

°°

Rumah yang sepi. Itulah yang Carmen lihat sekarang. Rumah yang akan ia curi. Sebenarnya Carmen tidak mau jikapun ia bisa memilih. Tapi apa boleh buat, dia tidak bisa melakukan apa apa. Ia hanya bisa menerima semua takdirnya.

Perlahan, Carmen merangkak melalui lubang khusus untuk hewan peliharaan masuk —Lubangnya agak besar, untuk ukuran Golden Sepherd atau Husky dewasa.

'Berhasil!' Batin Carmen, meski sedikit sesak, ia bisa masuk melalui lubang itu.  Dengan bersemangat, Carmen mengelilingi dan mengecek satu persatu tempat di rumah yang menurutnya sebesar istana itu.

°°

Jason, membalut tubuhnya didalam selimutnya. Ia takut. Ayah ibu nya pergi sementara, dan ia sendirian. Dan tak lama, terdengar suara derap kaki berlarian dari balik pintu kamarnya.

Tubuhnya gemetar, ia sangat takut. Matanya sudah mulai berair. Berulang kali ia mengulang kata 'Aku berani!' dalam hatinya, walaupun tubuhnya tak berkata begitu.

Jason memberanikan diri untuk mengintip sedikit dari balik selimut nya. Kenop pintunya bergerak, setelah pintu terbuka. Terpampang seorang anak kecil perempuan yang menatap Jason takut dan terkejut. Jason mengalihkan matanya dari si anak itu menuju ke apa yang dia bawa.

Entahlah, dia membawa secarik kain yang seperti nya berisi kan sesuatu. "S-siapa kau?" Tanya Jason takut. Anak kecil yang berada di ambang pintu itu juga tidak kalah takutnya. Tanpa menjawab pertanyaan Jason, anak kecil itu berlari keluar. "HEY, TUNGGU!" Jason turun dari kasurnya. Dan mengejar anak kecil itu.

°°

Carmen berlari kecil dengan senyum lebar mengembang di wajahnya. Ia akan mendapatkan banyak curian dari rumah itu. Pengamanannya tidak terlalu ketat, sehingga dengan mudah Carmen melewati nya. Rumahnya juga sepi, tidak ada satupun orang disini.

Ya begitulah batin Carmen sebelum ia menemui seorang anak kecil yang umurnya tak jauh darinya ada di salah satu ruangan itu.

Kaki Carmen bergetar, ia ingin berteriak. Tapi tidak bisa, karena Carmen 'orang jahat' nya disini. Seketika, pelupuk matanya banjir air mata yang akan jatuh sebentar lagi. Senyumnya sirna begitu saja.

Belum lagi saat anak lelaki itu bertanya padanya. Rasanya ia ingin sekali membungkam mulut anak itu agar tak lagi berbicara sehingga tidak akan ada 1 orang pun yang tau tentang keberadaannya.

Tanpa berpikir panjang, Carmen berlari sekencang mungkin agar ia bisa melarikan diri. Carmen melongok sebentar sambil terus berlari, anak lelaki itu mengejarnya sambil berteriak padanya. "PERGILAH! KUMOHON!" Balas Carmen yang sudah menangis lalu mempercepat larinya.

Carmen memikirkan cara cepat, tapi gila. Ini lantai 2 tidak terlalu tinggi memang tapi tetap saja. Melompat dari ketinggian 4 meter bukanlah hal yang bagus untuk dilakukan, terlebih lagi anak kecil yang melakukannya.

Jika Carmen mengikuti rute awalnya —lewat lubang anjing. Hal itu akan membuang waktu yang sangat lama. Ia bisa tertangkap, mau tidak mau. Ia memberanikan diri melompat dari jendela lantai 2. Carmen menatap keluar jendela sebentar lalu berganti kearah anak yang mengejarnya. Ia meneguk air liur nya, memberanikan dirinya.

Dan akhirnya Carmen, melompat dari jendela itu, lalu. . .

"HEY, SIAPAPUN KAU! JANGAN LAKUKAN ITU!"

BRAK!

To be Continued. . .

Maap yg ini lebih pendek daripada chap yang lainnya. Cuz ay pen bikin ini ngegantung h3h3 //plak

Sesuai janji, ay dabel apdet ini yee

I am A Good Girl, Isn't?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang