"Hah?" kesadarannya yang dipaksa kembali membuat Amanda sedikit linglung dengan situasinya saat ini. "Oh, itu, dia itu adiknya ustad Malik." Sadar bahwa Khaira bingung atau lebih tepatnya tidak mengenali ustad Malik, Amanda buru-buru menjelaskan agar sahabatnya itu tidak menarik kesimpulan yang salah. "Ustad Malik itu ustad yang ada di lingkungan komplek perumahan gue dan itu adiknya ustad Malik, kalau nggak salah sih namanya mas Azlan."

Lipatan di dahi Khaira makin dalam mendengar penjelasan dari Amanda. Bukannya tidak mengerti, tapi lebih kepada heran dengan panggilan Amanda untuk lelaki bernama Azlan tersebut. Lipatan di dahinya berangsur hilang digantikan dengan tatapan mata yang menyelidik menatap Amanda. "Lo ada hubungan sepesial ya sama mas ganteng?"

Seketika itu juga Amanda menggeleng sambil melambaikan kedua tangannya, membantah dugaan Khaira. "Nggak. Atas dasar apa lo mikir begitu?"

"Yakin?" kedua mata Khaira menyipit semakin menyelidik menatap Amanda tepat di matanya, seakan mencari kebohongan di sana.

Merasa risih dengan kelakuan Khaira, Amanda menempelkan telapak tangan kanannya pada wajah Khaira yang kian menyebalkan menurutnya. "Iya.."

Baru saja Khaira ingin melayangkan argumennya lagi, seorang perempuan berjilbab lebar berwarna hijau melon datang menghampiri meja mereka dengan nampan di tangannya yang berisi dua mangkuk bakso serta segelas air jeruk hangat dan dua gelas es teh manis.

"Kak Rissa?"

Wanita tersebut mengangguk dengan senyum yang terukir manis di bibirnya, lalu menyalami Amanda dan Khaira yang masih menatapnya dengan tatapan kekaguman.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumsalam.. ayo kak, duduk." Setelah dipersilahkan untuk duduk oleh Khaira, wanita bernama lengkap Nerissa Putri Nugraha itu duduk di samping Amanda yang hingga kini belum melepas pandangan matanya dari Nerissa yang sukses membuatnya terpana karena aura yang terpancar dari wajah teduh itu.

"Nda, kamu kenapa?" ucapan Nerissa itu sukses menyadarkan Amanda dari pikirannya sendiri. Melihat Amanda yang terlihat bingung, Khaira tertawa keras hampir tak terkontrol sedangkan Nerissa sendiri hanya terkekeh kecil hingga matanya menyipit.

Merasa salah tingkah, Amanda langsung meletakkan makanan dan minuman di depan mereka masing-masing sesuai pesanan. Namun dahi Amanda mengernyit saat menyadari bahwa hanya ada dua mangkuk bakso, sedangkan gelas minumannya ada tiga. Jadi tidak mungkin kalau Nerissa sedang berpuasa sunnah senin-kamis.

"Aku bawa bekal, jadi cuma pesan minum." Nerissa tersenyum sambil mengeluarkan kotak makan berwarna hijau muda dari dalam tas ransel berukuran sedang miliknya.

Perkataan Nerissa lagi-lagi membuat Amanda dan Khaira takjub. Jarang sekali ada orang yang masih mau membawa bekal ke sekolah. Anak SD pun kadang tidak mau membawa bekal dan memilih membeli makanan pada pedagang yang menjajakan dagangannya yang tidak semuanya baik untuk dikonsumsi, apalagi dalam jangka panjang.

Dan kini mereka melihat Nerissa membuka kotak bekalnya dengan tenang lalu mulai memakan bekalnya itu dengan tidak memperdulikan beberapa pasang mata yang melihatnya aneh dan heran. "Kak,"

Nerissa menoleh saat Amanda memanggilnya, dan seketika itu juga ia menepuk jidat sambil mengucap istigfar, "Astagfirullah.. aku lupa nawarin kalian. Kalian mau?"

Dengan cepat Amanda dan Khaira menggeleng, menolak. Khaira ragu, tapi rasa penasarannya melibihi keraguan yang ada di hatinya untuk bertanya dengan Nerissa. "Kak, umm.. maaf sebelumnya, kalau boleh tanya.."

"Tanya aja, nggak apa-apa ko'." Nerissa tersenyum, mengalihkan fokusnya pada Khaira yang menjadi gugup sedangkan Amanda pura-pura asik dengan semangkuk bakso di hadapannya yang sebelumnya telah ia beri dua sendok sambal yang memang disediakan di setiap meja.

Karena-Nya, Dengan Perantara DirimuWhere stories live. Discover now