2. Canggung? Ujung-ujungnya tetap saja bertengkar.

Mulai dari awal
                                    

Ia berbisik padaku, "Hei, Ra. Keluarkan puppy eyes-mu."

Hei, apa itu? Papi... Papi apa? Gila sekali Seli.. Itu rencana briliannya? Astaga...

Ali menoleh ke arahku, "Benar, Ra?" Aku gelagapan, lalu bergegas mengangguk sedih sambil mengubah raut menjadi selucu mungkin. Apa benar begini puppy eyes-nya? Argh.. menjijikkan.

"Tidak usah begitu wajahmu, Ra. Terlihat mengenaskan saja, ah tidak, mungkin maksudku mengerikan. Udah yuk, kantin." Ujarnya lalu pergi mendahului kami.

Seli mengepalkan tangan, "Yes!" -meniru Ali.

"Hei, yes apanya? Katanya wajahku mengerikan, Seli.. kurang ajar sekali dia. Cantik begini kok." Aku bersidekap kesal seraya menatap punggung Ali yang berjalan duluan.

Seli terkekeh, "Itu artinya dia memang luluh, Raib. Kamu tak menyadarinya.. Dia berhasil dibujuk kan? Lihat, dia langsung beranjak. Haha, Ali memang hanya peduli padamu, Ra. Ayo cepat, kita menyusul Ali." Kata Seli lalu berlari menyamai langkah Ali.

"Hei, aku ketinggalan!" seruku.
Astagaa, menyebalkan!

***

Woah.. suasana kantin terlihat lebih ramai dari biasanya. Aku dan Seli langsung melangkah menuju Ali yang sudah dapat tempat duduk. Cepat sekali dia. Padahal kan kantin sangat ramai. Bagaimana caranya mendapat tempat duduk? Jangan-jangan...

"Mengapa kamu menatapku seperti itu, Ra? " Kata Ali yang merasa terintimidasi.

"Ali, kamu barusan memalak kursi adik kelas ya? Mengusirnya pergi, lalu mendudukinya??" Tanyaku akhirnya.

Si biangkerok itu hanya mengendikkan bahu malas, "Kamu butuh makan, kan? Bagaimana kamu mau makan kalau tidak ada kursi, Raib?? Sudahlah, jangan cerewet."

Hei, apa? Cerewet? Aku hanya bertanya! Ingin sekali aku berteriak seperti itu padanya. Tapi kuurungkan karena ia sudah berbaik hati mencarikan kami kursi -lebih tepatnya memalakkan kursi untuk kami. Hm, baik sekali dia. Sangking baiknya aku jadi ingin membekukan mulutnya.

"Ra, jangan memerhatikan Ali terus.. Nanti kamu cinta." Kata Seli sembari tersenyum jahil. Spontan, Ali langsung menoleh ke arahku.

"Siapa yang memerhatikannya, Seli? Aku hanya.. aku kan hanya.. itu.. Hei kamu jangan tertawa! Aku tidak memerhatikanmu!! Aku hanya membatin kalau kamu baik sekali, sampai-sampai aku ingin mem-"

"Cieee.... Kamu baik sekali~" Ujar Seli menggodaku. Aku melotot.

Sedangkan Ali, dia berhenti tertawa. Dia berdiri dari duduknya, "Um.. Aku akan memesankan bakso untuk kalian." Sekejap, tubuhnya sudah pergi ke kedai bakso.

"Ah, tidak! Hei, Ali, kamu belum mendengar kalimat selanjutnya!! Aku membatin, sangking baiknya kamu aku jadi ingin membekukan mulutmu!! HEI!! Aish..Sial!" Percuma. Dia sudah menghilang ditelan antrean.

Seli cekikikan melihatku. Aku balas memelototinya, "Ini gara-gara kamu, Seli. Kamu memotong kalimatku! Lihatlah, dia jadi tak bisa mendengar kalimat intinya!"

"Hehe.. maaf maaf. Tapi apakah kamu tahu, Ra? Wajah Ali memerah sekali mendengar kalimatmu. Bahkan tawanya langsung terhenti. " Seli menyengir jahil.

"Bisakah kamu berhenti menggodaku, Sel? Ah, gerah sekali di sini."

Kalau wajah Ali memerah, bagaimana dengan wajahku tadi ? Astaga, panas sekali! Aku jadi ingin membekukan ruangan.

***

Setelah beberapa menit, Ali kembali dengan nampan berisi 3 mangkuk bakso dan 3 gelas es jeruk. Menu favorit kami.

"Akhirnya kamu datang juga." Spontanku. Karena aku sudah tak sabar ingin melahap bakso kantin.

RaLi Couple ( RAIB dan ALI )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang